NovelToon NovelToon
TURUN RANJANG : Dinikahi Pilot Galak

TURUN RANJANG : Dinikahi Pilot Galak

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Pernikahan Kilat / Angst / Romansa / Pihak Ketiga / Naik ranjang/turun ranjang
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dhanvi Hrieya

Aruna Mayswara terpaksa menerima pernikahan yang digelar dengan Jakson Mahendra-mantan kakak iparnya sendiri, lelaki yang sempat mengeyam status duda beranak satu itu bukan tandingan Aruna. Demi sang keponakan tercinta, Aruna harus menelan pahitnya berumah tangga dengan pria yang dijuluki diam-diam sebagai 'Pilot Galak' oleh Aruna dibelakang Kinanti-almarhumah kakak perempuannya. Lantas rumah tangga yang tidak dilandasi cinta, serta pertengkaran yang terus menerus. Bisakah bertahan, dan bagaimana mahligai rumah tangga itu akan berjalan jika hanya bertiangkan pengorbanan semata.

***

"Nyentuh kamu? Oh, yang bener aja. Aku nggak sudi seujung kuku pun. Kalo bukan karena Mentari, aku nggak mungkin harus kayak gini," tegas Jakson menatap tajam Aruna.

"Ya, udah bagus kayak gitu dong. Sekarang tulis surat kontrak nikah, tulis juga di sana perjanjian Mas Jakson nggak akan nyentuh tubuhku," ujar Aruna menggebu-gebu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24. JEBAKAN SANG KAKAK

"Kenapa, Dek?" tanya Kinanti lembut saat Aruna terlihat menyentuh kerongkongannya yang terasa tak nyaman.

Kepala Aruna mengeleng sekilas, "Nggak tau, Mbak. Huk, kerongkonganku sakit. Dan badanku rasanya kek lemas."

Sahutan dari Aruna terdengar parau jauh ke dalam, Kinanti menghela napas berat. Ia tersenyum tipis, telapak tangannya menyentuh dahi Aruna.

"Nggak panas kok, mungkin karena perjalanan dari desa ke sini bikin kamu kecapean. Malam ini tidurnya di kamar Mbak aja ya, lagian Mas Jakson nggak balik dua hari ini dia lagi tugas." Kinanti melirik Aruna dengan tatapan aneh, piyama tidur tanpa lengan yang dikenakan oleh Aruna adalah miliknya.

Hati Kinanti meragu namun, perasan cinta yang teramat besar membuat hatinya membeku. Kinanti divonis jika ia mengalami sindrom rahim dingin. Membuat Kinanti ketakutan bukan main, apalagi di saat ia tidak sengaja mendengar pembicaraan ibu mertuanya dengan kakak iparnya. Karena dia dan Jakson belum memiliki anak, akan sangat mudah dipisahkan. Kinanti tidak mau berpisah dengan sang suami, sudah banyak yang ia korbankan untuk bisa menjadi istri Jakson.

"Mbak," panggil Aruna parau.

"Oh, ah. Mbak jadi melamun, kita ke kamar sekarang ya. Kamu harus istirahat," tutur Kinanti, ia menggandeng tangan sang adik menuju kamarnya.

Aruna tidak curiga dengan tindakan serta kondisi tubuhnya yang terasa semakin lemah tak bertenaga, gadis remaja itu hanya berpikir jika stamina tubuhnya drop dikarenakan perjalan jauh yang pertama kalinya ia tempuh. Ia cukup senang bisa berlibur ke Ibu Kota, mengingat bisa bertemu dengan kakaknya.

"Nah, tidur aja. Lampunya Mbak matiin ya, biar lebih nyaman tidurnya," kata Kinanti saat membaringkan Aruna di atas ranjangnya.

Aruna hanya mengangguk sebagai jawab, mengingat suaranya semakin menghilang. Aruna memejamkan kedua kelopak matanya, Kinanti mematikan lampu kamar dan ke luar dari kamar. Jari jemari Kinanti bergetar, kedua kelopak matanya tertutup perlahan. Embusan napas dari mulut menjadi penenang untuk Kinanti, ia tidak mungkin menyewa ibu pengganti untuk melahirkan anaknya.

Itu akan menjadi alasan paling pas untuk ibu mertuanya agar Jakson menceraikannya, sebelum ibu mertuanya bertindak. Hamil lebih dahulu adalah cara terbaik, dan memanfaatkan Aruna demi kepentingannya adalah jalan satu-satunya yang dia miliki.

"Maafin Mbak, Na. Mbak nggak bisa hidup tanpa Mas Jakson, Mbak cinta banget sama dia. Mbak janji, Mbak bakalan kasih semua yang terbaik buat Aruna setelah ini. Apapun yang Aruna butuhin bakalan Mbak penuhi," monolog Kinanti lirih.

...***...

Deru mesin mobil terdengar berhenti di depan rumah, Kinanti yang telah menunggu Jakson dari satu jam yang lalu sontak saja bangkit dari posisi duduknya. Ia melangkah menuju pintu utama, membukakan pintu melirik ke arah sang suami yang terlihat lelah.

"Mas," panggil Kinanti tak lupa menyalami sang suami.

Jakson mengangguk, Kinanti meraih koper mini yang ditarik oleh Jakson-suaminya. Tangan Jakson digandeng menuju ruangan keluarga, ia paham betul kebiasaan sang suami yang istirahat lebih dahulu di sofa keluarga sebelum membersihkan tubuhnya.

"Mas mau aku bikinin kopi?" tawar Kinanti lembut seperti biasanya.

Jakson mengangguk, "Iya, boleh."

Kinanti tersenyum ia melepaskan gandengan tangannya pada tangan Jakson, melangkah menuju kamar utama. Meletakkan koper di sudut ruangan lalu keluar dari kamar, Kinanti melangkah langsung ke dapur menyiapkan segelas kopi tanpa gula. Tangannya bergetar saat menaburkan obat di dalam kopi mengaduk perlahan.

Degup jantung Kinanti bertalu-talu, ia melangkah dengan gugup kembali ke ruangan keluarga. Segelas kopi hitam hangat telah terhidang di atas meja, Jakson menunduk meniup permukaan dan menyesapnya perlahan.

"Adikmu jadi ke sini?" tanya Jakson membuka pembicaraan.

Kinanti mengangguk patah-patah, tak lupa menarik paksa kedua sisi bibirnya untuk tersenyum. "Ya, jadi. Dia tadinya lagi nungguin Mas bersamaku tapi, udah ngantuk berat. Jadi, aku suruh aja langsung tidur aja di kamar tamu," dusta Kinanti.

Jakson mengangguk tanpa bertanya lagi, ia kembali menyesap kopi hangat itu menyisakan separuhnya di atas meja.

"Mas mau mandi?" tanya Kinanti saat melihat Jakson bangkit dari posisi duduknya.

"Ya."

"Air di kamar mandi kita mampet. Mas mandi aja di kamar mandi luar, baju ganti udah aku gantung di sana." Kinanti menunjuk ke arah kamar mandi yang dekat dengan ruangan meja makan.

Jakson mengangguk tanpa ada terselip rasa curiga, melangkah ke arah kamar mandi. Kedua telapak tangan Kinanti basah berpeluh, telapak tangannya menyentuh dadanya di mana jantungnya berdegup kencang.

"Semoga berhasil," gumam Kinanti nyaris berbisik.

Kinanti melangkah meninggalkan ruangan keluarga, harap-harap cemas dengan rencana yang telah ia susun serapi mungkin. Dari mulai pakai, parfum, sampai antisi obat-obatan. Anggap saja Kinanti egois, ia hanya ingin memiliki lelaki yang dia cintai dan mempertahankan Jakson di sisinya. Perjuangan Kinanti sampai ketahap yang bukan main, meniru Elena hingga kehilangan jati dirinya sendiri. Barang palsu tetaplah palsu tidak akan bisa menggantikan barang asli.

Kinanti tahu betul itu, hanya saja ia berharap suatu saat nanti Jakson bisa melihatnya bukan sebagai bayang-bayang Elena. Keluarga Jakson bisa menerima Kinanti karena kesabarannya, jika tidak bisa memiliki keturunan menjadi penghalang. Maka ia bersedia melakukan apapun agar tidak ada celah untuk menyingkirkan Kinanti di kehidupan Jakson, tidak akan pernah ada.

...***...

Mobil yang Kinanti bawa mengerem mendadak saat ia sudah sangat jauh dari gang masuk perumahan, dahinya menghantam stir mobil. Kinanti menoleh ke belakang saat mengangkat kepalanya, ibu jari tangannya digigit-gigit menandakan empunya tubuh mulai gelisah. Ia sengaja keluar rumah di tengah malam, agar memiliki alasan pada Aruna di pagi harinya. Bisa saja ia memberikan alasan jika kepulangan Jakson yang mendadak sementara dia mendapatkan panggilan operasi pasien yang gawat darurat, hingga meninggalkan rumah begitu saja.

"Kamu sudah nggak waras, Kinanti," gumam Kinanti mengatai dirinya sendiri saat hati nurani mencela perbuatannya.

Kepala Kinanti mengeleng kuat-kuat, menolak apa yang ada di otaknya. Dia tidak kejam, dia pasti akan memberikan semuanya pada Aruna nanti, bahkan ia akan melakukan operasi keperawanan untuk adiknya. Lantas salahnya di mana, ia hanya meminjam rahim Aruna. Kinanti akan membesarkan anak itu dengan penuh kasih sayang, seperti ibu kandungnya sendiri. Lama sekali mobil berhenti di pinggir jalan, perang batin terus terjadi.

"Ughh..., haruskah aku putar balik?" tanyanya pada dirinya sendiri setelah dua puluh lima menit berdiam diri.

Kinanti melirik kaca spion, tidak ada kendaraan yang melaju di jalanan. Ia membelokkan mobil kembali menuju perumahan, degup jantungnya bertalu-talu. Satpam di pos mengerutkan dahinya, baru tiga puluh menit yang lalu majikannya pergi malah kembali lagi. Pintu gerbang dibuka tanpa harus dibunyikan klakson, Kinanti mematikan mesin mobil saat sudah terparkir di pekarangan.

Perlahan kunci pintu dimasukan ke lubang kunci, dibukanya perlahan. Ruangan terlihat temaram, pintu kembali dikunci dari dalam. Kinanti merasa jantungnya berdetak keras. Langkah kaki terlihat bergerak perlahan, suara derit pintu kamar utama menghentikan langkah kaki Kinanti. Kinanti bersembunyi di balik dinding pembatas, menatap siapa yang ke luar dari dalam kamar.

Kinanti mengigit bibir bawahnya melihat Aruna keluar dengan keadaan kacau, matanya memerah pipinya dipenuhi oleh air mata. Gadis remaja itu menyeret kakinya menuju kamar tamu, Kinanti masih memperhatikan pergerakan Aruna sebelum menghilang di balik pintu kamar tamu.

Lama sekali Kinanti berdiri di balik dinding, seakan tengah bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Desahan berat mengalun samar dari bibirnya, Kinanti melangkah pelan menuju kamar utama. Pintu dibuka perlahan, aroma sisa-sisa percintaan panas menguar di udara. Hatinya nyeri namun, semuanya adalah pilihan Kinanti.

Pintu ditutup sepelan mungkin, Kinanti melangkah menuju ranjang. Ia membuka seluruh pakaiannya dengan air mata berlinang, naik ke atas ranjang memeluk pinggang Jakson dari belakang.

'Kamu cuma milikku, bukan milik wanita lain. Semua pengorbananku harus kamu bayar dengan cinta Mas, tolong lupakan Elena. Cintai aku sebagai Kinanti, Mas. Kumohon.' Kinanti mengusap air matanya yang jatuh berderai.

Untuk sesaat ia lupa ada gadis malang yang menangisi kesuciannya hilang, sekeras apapun Aruna berteriak tidak ada suara yang ke luar dari bibirnya. Meronta pun percuma tidak ada tenaga yang ia punya, pada akhirnya ia patah dalam kekecewaan dan hancur dalam kegelapan malam. Bagaimana caranya ia mengatakan pada kakaknya, dan bagaimana jika ia hamil di usia belia. Ia baru akan menempuh tahun ajaran baru untuk kelas dua belas SMA, Aruna mengerang tertahan sakit di sekujur tubuh dan hatinya. Kinanti-kakaknya pasti membenci Aruna jika tahu Aruna telah disentuh oleh suaminya sendiri, bisa saja rumah tangga kakaknya yang baru seumur jagung hancur. Apa yang harus Aruna lakukan, ia takut teramat takut. Bayang-bayang sentuhan yang dilakukan tanpa persetujuannya, dan dirobek tanpa perasaan membuat torehan trauma untuk Aruna.

Bersambung....

1
Reni Anjarwani
binggung yaa kisahnya
Mymy Zizan
bagussssss
Suryani Tohir
llanjut
Suryani Tohir
next
Shafa Ayudia
ceritanya bagus, banyak plot twist nya. bagi yg suka cerita seru dan menantang,sangat recommended untuk dibaca.
Dhanvi Hrieya: makasih udah mampir kakak, dan makasih atas ulasannya ❤️☺️
total 1 replies
Shafa Ayudia
ceritanya bagus kak, semangat updatenya yaa
Dhanvi Hrieya: siap, kakak ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!