Dalam menimba ilmu kanuragan Getot darjo memang sangat lamban. Ini dikarenakan ia mempunyai struktur tulang yang amburadul. hingga tak ada satupun ahli silat yang mau menjadi gurunya.
Belum lagi sifatnya yang suka bikin rusuh. maka hampir semua pesilat aliran putih menjauh dikala ia ingin menimba ilmu kanuragan.
Padahal ia adalah seorang anak pendekar yang harum namanya. tapi sepertinya pepatah yang berlaku baginya adalah buah jatuh sangat jauh dari pohonnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ihsan halomoan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan Sengit
Getot tidak membuang waktu. Ia melayani pria kekar itu dengan Jurus Tapal Bantam miliknya, namun dengan gerakan yang jauh lebih memukau, akurat, dan cepat. Setiap gerakannya mengalir sempurna, memancarkan tenaga yang besar. Pria kekar itu terlihat terpana. Ia mulai terdesak, kesulitan mengikuti kecepatan dan ketepatan serangan Getot.
Anehnya, pria itu sama sekali tidak menunjukkan keheranan saat melihat Getot menggunakan jurus yang sama dengannya. Ia hanya terus bergerak, menghindar dari cepat dan bertenaganya serangan Getot. Terkadang, satu serangan hampir saja menghantam mukanya, meninggalkan jejak angin yang tipis. Pria itu mulai memutar otak, mencari celah, dan pada akhirnya, ia melancarkan sebuah serangan balik dengan Jurus Tapal Bantam, namun dengan gerakan yang terbalik dan tak terduga.
Gerakan terbalik itu membuat Getot kebingungan. Ia tak pernah melihat variasi seperti itu di Dinding Berukir. Kini, Getot yang mulai terdesak, tubuhnya goyah saat sebuah tendangan menyapu udara, nyaris menghantam tubuhnya.
"Sial!" umpat Getot dalam hati.
Nahas, setelah tendangan itu, Getot dibuat terkejut dengan sebuah tinju yang mendarat telak di dadanya. Buggg! Suara hantaman yang keras menggema di hutan. Getot terpental mundur beberapa langkah, namun ia berhasil menguasai tubuhnya agar tidak jatuh. Dada kirinya terasa nyeri, namun ia menolak untuk mengalah. Matanya menyala penuh tekad.
"Lumayan juga kau, tua bangka!" Getot menyeringai, meskipun dadanya masih terasa sakit. "Tapi ini belum selesai!"
Ia bersiap untuk menyerang dengan kekuatan penuh. Pria kekar itu melayani Getot tetap dengan Jurus Tapal Bantam versi terbalik dan gerakan yang terus berubah-ubah, sulit diprediksi. Ini membuat Getot semakin jengkel. Ia meningkatkan tenaga dalamnya, mengalirkan lebih banyak energi ke setiap serangannya.
Dalam satu gerakan, Getot melancarkan tinju cepat ke arah wajah pria itu. Pria kekar itu dengan lihai menghindar, menggerakkan kepalanya ke belakang, dan ia berhasil menghindari pukulan langsung.
"Hahaha, kau lambat, bocah!" ejek pria itu.
Namun, sedetik kemudian, ia dibuat terkejut. Tiba-tiba terjadi ledakan udara persis di ujung tinju Getot, menciptakan gelombang kejut tak terlihat yang menghantam wajah pria itu dengan keras. Wajahnya terhentak kuat ke belakang, dan ia pun terpental beberapa langkah. Meskipun pria itu bisa mengendalikan tubuhnya hingga tidak terjatuh, ia terhuyung-huyung dan nyaris kehilangan keseimbangan. Wajahnya kini terlihat memar, dan ia mengusap sudut bibirnya yang nyeri, tampak sangat terkejut dengan kekuatan tak terduga dari Getot.
"Apa-apaan itu tadi?" batin pria kekar itu, menatap Getot dengan pandangan tak percaya. Ia tak pernah melihat Jurus Tapal Bantam menghasilkan efek seperti itu. Ada sesuatu yang sangat berbeda dari Getot, sesuatu yang jauh melampaui teknik dasar yang ia kenal. Pertarungan ini jauh lebih berat dari yang ia bayangkan.
"Hahaha… bagaimana, tua bangka? Apakah wajahmu terasa nyeri?" Getot mengejek, senyum puas tersungging di bibirnya melihat memar di wajah lawannya.
Pria kekar itu mendengus. "Hmm... jangan sombong dulu, bocah ingusan!"
Tanpa membuang waktu, pria itu kembali menyerang. Kali ini, gerakannya lebih cepat dan tidak terduga. Ia meliuk, memutar, dan melancarkan kombinasi pukulan serta tendangan yang sulit dibaca. Namun, Getot sudah mempelajari dan memahami seluk-beluk Jurus Tapal Bantam, bahkan variasi terbaliknya sekalipun. Dengan meningkatkan ilmu peringan tubuhnya, Getot kini bergerak bagai bayang-bayang. Ia melesat secepat hantu yang berkelebat, menari di antara serangan-serangan brutal pria itu.
Tak ada satu pun serangan yang berhasil menghantam tubuh Getot. Setiap tinju dan tendangan pria kekar itu hanya melewati udara kosong, meninggalkan desiran angin di belakang Getot yang sudah berpindah posisi.
Dalam hati, pria kekar itu mulai merasa kagum dengan ilmu peringan tubuh milik Getot. Ia mengerahkan seluruh kecepatannya, melancarkan rentetan serangan tanpa henti, mencapai puncak kecepatan serangannya, namun tetap saja, tak satu pun pukulannya yang berhasil mengenai Getot.
"Sial! Cepat sekali dia!" umpat pria itu dalam hati, keringat mulai membasahi dahinya.
Namun, Getot dibuat terperanjat lagi. Karena pria kekar itu tiba-tiba merubah gerakan jurusnya. Dari pola Tapal Bantam yang terbalik, kini gerakannya beralih ke pola yang lebih aneh dan tak terduga. Tiba-tiba, dalam satu serangan yang menjurus ke wajah Getot, kedua tangan pria itu meluncur cepat ke depan.
Getot menghindar, memiringkan kepala ke samping, namun ia langsung memicingkan mata dan meringis. Gendang telinganya nyeri mendengar suara tepukan yang memekakkan.
Getot tersentak mundur, tangannya mengusap telinganya yang berdenging. Suara tepukan itu persis sama dengan Jurus Gendar Sukma yang baru saja ia pelajari, namun di tangan lawannya, suara itu terasa lebih menusuk dan mengganggu.
"Jadi kau juga bisa jurus Gendar Sukma?" seru Getot, nadanya penuh keterkejutan dan kemarahan. Ia kini tahu bahwa kemiripan ini bukan kebetulan belaka. Pria di depannya bukan sekadar perampok biasa.
Pria kekar itu hanya menyeringai, tidak menjawab. Ia kembali menyerang, kini mengkombinasikan kecepatan Tapal Bantam dengan efek suara dari Gendar Sukma. Setiap serangannya disertai tepukan tangan yang memekakkan, berusaha mengganggu konsentrasi Getot.
Getot pun membalas dengan jurus yang sama. Pertarungan kini berubah menjadi adu kecepatan dan perang suara. Dentingan pukulan berpadu dengan ledakan udara dari tinju Getot dan tepukan memekakkan dari pria kekar. Hutan yang tadinya sunyi kini dipenuhi oleh gemuruh pertarungan dua pendekar.
Debu dan dedaunan kering pun mulai berterbangan di udara, terangkat oleh hentakan energi dahsyat dari kedua petarung. Tepukan-tepukan keras dari Jurus Gendar Sukma yang mereka gunakan mulai menggetarkan ranting-ranting pohon, menyebabkan daun-daun dan ranting kecil berjatuhan. Burung-burung yang bertengger di dahan-dahan pun panik, berhamburan terbang menjauhi area pertarungan yang semakin memanas.
Pertarungan itu semakin sengit dan brutal. Getot dan pria kekar itu bergerak bagai angin puyuh, silih berganti menyerang dan bertahan. Terkadang, Getot terhentak mundur, dadanya nyeri terkena tinju telak dari pria itu.
Namun, ia akan segera bangkit, melancarkan tendangan balasan yang tak kalah cepat dan bertenaga. Terkadang pula, pria kekar itu yang terjengkang, tubuhnya terhantam tendangan mematikan dari Getot. Tapi seperti Getot, ia juga segera kembali berdiri, seolah tak kehabisan tenaga sedikit pun.
Mereka melompat, menghindar, memutar, dan menyerang dengan kecepatan yang luar biasa. Setiap pukulan dan tendangan mereka mengandung kekuatan besar, menciptakan ledakan udara dan gelombang suara yang memekakkan. Wajah mereka berdua sudah dipenuhi keringat dan guratan lelah, namun mata mereka tetap menyala penuh tekad.
Ini bukan lagi sekadar pertarungan memperebutkan tuak atau keping emas, ini adalah adu gengsi, adu kekuatan, dan adu ilmu antara dua pendekar yang sama-sama keras kepala. Mereka terus bertarung, tak ada yang mau mengalah, menciptakan pusaran energi yang memecah kesunyian hutan.