NovelToon NovelToon
Oh My God, Aku Punya Harem

Oh My God, Aku Punya Harem

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie / Sistem
Popularitas:14.7k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

lili ada gadis lugu yang Bahkan tidak pernah punya pacar. tapi bagaimana Ketika tiba di hari kiamat dia mendapatkan sebuah sistem yang membuatnya gila.

bukan sistem untuk mengumpulkan bahan atau sebuah ruang angkasa tapi sistem untuk mengumpulkan para pria.

ajaibnya setiap kali ke pria yang bergabung, apa yang di makan atau menghancurkan sesuatu, barang itu akan langsung dilipatgandakan di dalam ruangan khusus.

Lily sang gadis lugu tiba-tiba menjadi sosok yang penting disebut tempat perlindungan.

tapi pertanyaannya Apakah lili sanggup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35

Suara ledakan dan jeritan burung mutan memenuhi udara malam yang dingin. Di tengah medan pertempuran, Real ,berdiri dengan nafas memburu. Tubuhnya penuh luka cakaran dan darah burung,jika saja dia manusia biasa, besar kemungkinan untuk berubah menjadi zombie.

Telapak tangannya menghanguskan seekor burung besar yang menyergap dari belakang. Kilatan petir menyambar dari tubuhnya, menari di udara dengan gemuruh. Tiga burung mutan yang terbang mendekat langsung jatuh ke tanah, terbakar dan mengepul.

Sesaat dia berhenti. Nafasnya terengah. Dan saat itulah… dia melihatnya.

Dia melihat Evan Qi dengan senyum sok pahlawan dan gerakan gagah-gagahan,berdiri di sisi Lili. Membunuh burung-burung yang seharusnya bisa Lili hadapi sendiri. Melindunginya seperti pahlawan dalam dongeng… padahal Real tahu, itu semua hanya sandiwara.

Rahangnya menegang. Matanya menyipit.

"Dasar ular berbisa yang menyamar jadi domba,"* pikirnya getir. "Lili terlalu baik untuk melihat kebusukanmu, Evan."*

Namun kemudian, di dalam benak lili, sebuah jendela sistem terbuka. [Keseimbangan Emosi Terdeteksi] Lili memandang real dan dia perlu menstabilkan emosi pria itu.

"Real, fokus lah" teriak Lili yang membuat Real kembali pada realita.

Real mengertakkan giginya lebih keras.

"Lili punya sistem harem... maka Lili butuh pria yang bisa jujur, melindungi tanpa topeng, bukan penipu bermulut manis." kata Real dalam hati.

Ia kembali menyalurkan petir dari lengannya, menyambar seekor burung yang hendak mencakar Lili dari belakang. Tubuh burung itu meledak, dan seketika Real melompat mendekat ke arah Lili.

Lili menoleh kaget saat Real tiba-tiba memeluk pinggangnya dari belakang**.

"real A—apa kau gila?" serunya, kaget dan gugup. apa yang dilakukan oleh real sangat berbahaya, tidakkah dia memikirkannya.Real tak menjawab Lili. Sebaliknya, matanya menatap tajam ke arah Evan yang masih berdiri di dekat mereka.

“Lili bukan bagian dari Kingdom.”*Ucapnya dingin. Suaranya rendah, namun menggema di antara suara pertempuran yang mulai reda.

“Bukan tugasmu melindunginya, Evan.”

Untuk sesaat, keheningan jatuh di antara mereka bertiga. Evan tertawa kecil, menyeka darah di pipinya dengan angkuh.

“Ah, Real… kenapa cemburu kalau kau sudah punya tempat sendiri di hatinya, huh?” ujarnya genit namun sinis.

Lili menatap keduanya dengan wajah bingung dan merah padam. Tapi sebelum ia bisa bicara, seekor burung terakhir meluncur dari kegelapan

ZRAAAK!

Petir kembali meledak dari telapak tangan Real, dan burung itu jatuh sebelum sempat mendekat.Real kemudian menatap Lili dari balik bahunya. Nafasnya berat, namun matanya tulus.

 "Jangan percayakan punggungmu pada siapa pun, kecuali aku."

Lili tercekik,dia mau tidak mau khawatir jika tingkat kesukaan Real akan semakin jatuh karena kehadiran evan.dia membandingkan mukanya agar tidak melihat Evan.

rasa sakit hati bertambah berat di hati Evan.

Langit senja mulai meredup, namun bara di hati Tang Mian justru berkobar semakin panas. dia sudah menyaksikan bagaimana interaksi tiga orang itu dari kejauhan.

sebagai seorang wanita bagaimana mungkin hatinya tidak cemburu . tapi tapi sebagai seorang kapten ya harus memikirkan timnya terlepas dari alasannya.

Saat dia punya kesempatan, dia berjalan mendekat ke arah Real dengan senyum tipis, anggun seperti biasanya, seolah pertempuran ini tidak membuatnya kehilangan kendali. “ kapten Real kemana Tujuan kalian selanjutnya?” tanyanya ringan, tapi nada dalam suaranya tersembunyi maksud lain.

Real, dengan wajah penuh debu dan darah kering, menoleh sekilas. Saat ini kondisi mereka sedang bertempur tapi bisa-bisanya kapten dari sebuah tim yang bagus mempertanyakan tujuan kelompok mereka secara terang-terangan.real pikir tidak perlu menjaga hati orang lain, Suaranya keras dan tak kenal basa-basi, “Kami punya urusan sendiri. Kapten tang mian, kami jelas tidak ingin diikuti.”

Jleb.

Tang Mian merasa wajahnya dihantam keras, meskipun ia berusaha tetap tersenyum. Tapi dadanya sesak. Perkataan Real,bukan hanya penolakan, melainkan penghinaan tidak langsung.

Dia lupa, jika sebenarnya mereka mengikuti tim militer secara diam-diam. tindakan seperti itu sebenarnya adalah sebuah tindakan yang sangat memalukan.

Evan Qi melihat ke arah tang mian dengan rasa bersalah.

Dan Lili… gadis itu berdiri tak jauh, masih dengan senyum yang terlalu polos, terlalu lembut, seperti tak sadar bahwa dirinya telah merebut semua.

“ lili benar-benar… tidak tahu malu, jika bukan karena kau menggoda pacarku bagaimana mungkin aku dipermalukan seperti sekarang semuanya gara-gara kau , Lili gara-gara kau”* batin Tang Mian.

Semua usahanya untuk mendapatkan Evan,usaha mencuri perhatian, menebar pesona, bahkan mengorbankan orang-orang lain di masa lalu,semuanya berhasil. Sampai gadis itu datang.

Lili.

Gadis yang bahkan tidak menunjukkan ketertarikan pada Evan, tapi justru berhasil menarik perhatian pria itu tanpa usaha.

Dan lebih parah lagi,Evan tertarik.

Bukan pada dirinya yang sudah bekerja keras memberikan dia penghidupan yang layak di hari kiamat, tapi perhatian ini justru jatuh pada Lili.

gadis yang tidak melakukan apapun sama sekali.

Tang Mian menggertakkan gigi di balik senyum lembutnya. "Apa yang dia punya sampai bisa membuat Evan begitu tergila-gila?”* pikirnya dengan getir.

Ia mencuri pandang pada Evan, yang berdiri tidak jauh dari Lili,bahunya sedikit condong, tubuhnya seolah refleks ingin melindungi gadis itu meski tak ada lagi serangan.

Tang Mian tahu, Evan bahkan tidak sadar bahwa ia sedang menjaga orang lain,dan bukan dirinya.

Sakit.

Namun, lebih dari sakit, Tang Mian dipenuhi tekad.

"Kalau dia pikir Lili pantas mendapatkannya, aku akan buktikan bahwa dia salah besar."

"Evan, hanya aku yang layak berdiri di sisimu,dulu, sekarang, dan nanti."

Lalu matanya melirik ke arah Real.

Pria itu bukan saingannya, bukan orang yang dia cintai, tapi dia simbol kegagalan dari seorang pria.

“Tak bisa menjaga wanitanya sendiri. Tak tahu kalau wanitanya adalah penggoda. Dasar bodoh.”

tapi sekali lagi tang mian harus mengakui kesalahannya dia berkata,"maaf kapten sebenarnya kami tidak bermaksud untuk menunggu tapi tidak akan ada kami kedua , maaf"

Tang Mian menarik napas dalam, dan dengan Serangan keras, dia menembakkan kemampuan api birunya ke atas langit dan berhasil menjatuhkan beberapa burung sekaligus.akhirnya tang mian kembali bergabung dengan pertarungan ,tapi dalam hatinya sudah tertanam benih rencana.

Lili harus dijatuhkan.

Real harus dibuktikan tak pantas.

Dan Evan,akan kembali padanya.

Dengan senyum tipis yang lebih gelap, Tang Mian menatap punggung Lili dan berkata pelan di dalam hati, “Tunggu saja, aku akan buatmu menyesal pernah merebutnya dariku.”

Langit di atas mereka kini bergemuruh, bukan karena cuaca, tapi karena puluhan sayap mutan yang mengoyak udara dengan kecepatan buas. Udara dipenuhi bau darah, bulu hangus, dan teriakan manusia.

Tang Mian melompat ke atas batu besar. Kedua tangannya menggenggam udara, lalu api biru,menyala liar dari telapak tangannya. Api itu tak seperti api bias,ia menari-nari bagai makhluk hidup, melahap burung mutan yang mendekat.

tidak ada yang mengetahui tapi tanpa sadar kemampuan tang mian langsung naik ke level tiga.

“Minggir!*” teriak Tang Mian. Lidah-lidah api biru menjilat langit, membakar tiga ekor burung mutan lagi hingga hanya tersisa abu.

Sementara di sisi lain, Real berhasil memukul jatuh seekor burung dengan tangan kosong, lalu mengangkat satu tangan ke atas. Petir menyambar dari langit, mengikuti isyarat tubuhnya.

Crakk!!

Suara petir meledak, menyambar lima ekor sekaligus.**

Namun wajah Real tetap serius. Ia tahu, jumlah musuh mereka terlalu banyak. Ia tak bisa terlena.

Di belakangnya, Lili berdiri gugup, dengan pisau di tangan**. Dia mencoba menusuk satu burung yang terbang rendah, tapi serangannya hampir saja meleset.

Lili agak gemetar, tapi matanya tak lari dari medan pertempuran.

Real sesekali menoleh ke belakang. “Tetap di belakangku.”

Lili mengangguk, meski hatinya gundah.

Di sisi lain Evan Qi menebas satu ekor burung mutan dengan parang pendeknya. Nafasnya berat. Ia mencoba terus melindungi sisi Lili . Tapi saat sedang lengah, seekor burung menyambar cepat ke arahnya dari belakang.

Craaakk!

Cakar tajam burung itu merobek bahunya,darah muncrat** dari luka menganga.

“ARGHH!” Evan terhuyung dan jatuh berlutut. Parangnya hampir terlepas dari genggaman.

Matanya membelalak… kulit di sekitar lukanya mulai membiru samar.

untuk mengetahui apakah seseorang dari infeksi setelah harinya tercakar, itu perlu dilihat dari warna darah yang keluar. darah biasa akan berwarna merah cerah seperti biasanya tapi darah yang terinfeksi akan berubah menjadi kehitam-hitaman.

melihat warna merah batam-hitaman yang jatuh ke tanah Evan langsung ketakutan.

“T-Tidak… Ini tidak mungkin…”

Tang Mian yang sempat melihat itu menoleh panik. “Evan!”

Tapi bukan hanya rasa khawatir yang menguasainya. Ada ketakutan lebih besar…

Semua orang tahu, burung mutan ini pernah terpapar virus zombie , meskipun tidak akan terlalu mengkhawatirkan seperti burung zombie, tapi efeknya akan tetap sama jika kau berhadapan dengan hutan yang memiliki kemampuan lebih tinggi.

Cakaran mereka bisa menyebarkan infeksi.

Jika Evan terinfeksi—itu berarti...

Lili juga mendengar teriakan Evan. Ia berbalik, dan matanya membelalak melihat darah mengalir deras dari lengan Evan.

“Evan!!”

Real juga menoleh, dan mendengus pelan. Ia tahu ini bukan waktunya untuk drama, tapi luka itu terlalu berbahaya. Jika Evan berubah, mereka semua bisa terancam.**

Tapi saat Lili hendak menghampiri Evan, Real menariknya lagi ke belakang.

“Jangan. Luka seperti itu… bukan hal kecil,” katanya dingin.

“Tapi dia bisa mati! Kita harus menolongnya—!”

“Kalau dia berubah, kau yang akan pertama kali dia serang,” Real menatap tajam, “Kau mau mati sekarang?”

Lili terdiam, hatinya bergejolak. Di depan sana, Evan Qi menggigit giginya keras-keras, mencoba bangkit, meski wajahnya sudah pucat pasi. Tangannya gemetar, namun dia tetap mencoba menangkis burung mutan yang masih menyerbu.

Tang Mian berdiri di sisi lain, matanya melebar antara panik dan takut kehilangan, lalu kembali mengangkat kedua tangannya, mengirimkan gelombang api biru untuk membakar barisan terakhir burung mutan yang mendekati Evan.

Namun dalam hatinya, kecemasan berubah menjadi kepanikan.

"Tidak boleh! Evan tidak boleh mati! Jika dia terinfeksi... Jika dia berubah… Aku akan kehilangan dia untuk selamanya!"

Langit akhirnya sunyi.

Asap menyelimuti perbukitan,dan tanah berserak dengan bangkai burung mutan yang hangus, tercabik, atau meleleh terkena petir. Suara kepakan terakhir menghilang di angkasa beberapa burung mutan tersisa memilih kabur,menjauh dari lokasi pertempuran yang menyisakan kehancuran dan tubuh-tubuh penuh luka.

Lili berdiri kaku di tempatnya. Punggungnya masih terasa hangat karena perlindungan Real, tapi pikirannya kacau. Ia memandang ke arah Evan Qi yang kini terduduk lemas, wajahnya pucat, dan bajunya berlumuran darah di bahu.

Namun sebelum ia sempat bergerak, Tang Mian melangkah cepat dan berdiri di hadapannya.**

Tanpa aba-aba,"PLAKK!"

bukan tamparan, tapi sundulan keras di kening membuat kepala Lili terdorong ke belakang.

“Kau yang menyebabkan ini!” seru Tang Mian dengan suara tajam. Wajahnya memerah karena marah, tapi matanya berkaca-kaca karena ketakutan.

Lili terbelalak. “Apa maksudmu—?!”

Tang Mian menuding wajahnya. “Kalau bukan karena kau, Evan tidak akan menyarankan mengikuti kalian diam-diam dari belakang! Kau pikir siapa yang membuatnya terlalu peduli dengan kalian? Kau yang menarik perhatiannya, wanita licik!"

Lili menatapnya tajam, rasa sakit di dahinya tidak seberapa dibandingkan sakit hatinya diperlakukan begitu. “Kami bahkan tidak tahu kalian mengikuti dari belakang. Kami berangkat sendiri, bukan mengajakmu. Jadi kenapa jadi salahku?!"

tim Kingdom yang berdiri tak jauh dari mereka mencoba menenangkan. Salah satu dari mereka, seorang wanita dengan bekas luka di pipi, angkat bicara, “Tang Mian, itu tidak adil. Lili tidak tahu apa-apa soal kita yang memilih mengikuti mereka. Dan lagipula, lalu apa hubungannya luka Evan dengan Lili?**”

Tang Mian mengabaikannya. Nafasnya kasar, matanya masih terpaku pada Lili.

“Kau kira aku tidak tahu? Sejak awal kau berlagak manis di depan semua pria! Kau menebar pesona dan membuat Evan… membuat dia terlalu lunak! Dia jadi ceroboh!"

Lili mengatupkan bibir, dadanya naik-turun. Amarah mulai menyulut dalam hatinya.

“Dan kau kira aku yang memohon dia ikut? Kau pikir aku yang menyeretnya ke tengah bahaya ini? Kami tidak tahu kalian membuntuti! Kalau dia luka, itu karena keputusan dia sendiri!”

Tang Mian melangkah mendekat, kini hanya sejengkal dari wajah Lili.

“Kau akan membayar ini semua. Kalau Evan sampai mati karena virus itu—aku tidak akan memaafkanmu, selamanya”

Real yang selama ini diam mulai melangkah ke depan, menahan Lili dengan satu tangan di bahunya. “Cukup. Ini bukan waktunya bertengkar.”

Tang Mian mendengus, menoleh ke arah Real. “Dan kau… pria macam apa yang membiarkan wanitanya dirayu dan dilindungi pria lain?! Kau bahkan tidak bisa menjaga milikmu sendiri!”

Wajah Real tetap tenang, tapi matanya menggelap. “Aku tak butuh menjelaskan pada orang yang bahkan tak tahu batasan.”

Tang Mian menggertakkan gigi, lalu dengan gerakan tajam ia berbalik menuju Evan Qi yang tengah diperiksa oleh satu orang tim medis di Tim nya.Tapi bahkan dari belakang punggungnya, aura kemarahan dan cemburu terasa menyengat.

Di kejauhan, mata Lili masih mengikuti gerakan Tang Mian, dan dalam dadanya mulai tumbuh satu rasa pahit,pertempuran ini belum selesai, bukan karena burung mutan, tapi karena manusia di sekitarnya.

1
Fauziah Daud
trusemangattt
yanthi
AQ nunggu yg pertanian N sistem ruang ya thor
samsuryati: ya pertanian dan ruang Otww
total 1 replies
Fauziah Daud
makin seru
hm
kak kapan up?
samsuryati: udah di up kak dan udah ada beberapa bab tolong dukung aku dan baca serta berikan komentar karena komentarmu itu bisa dinilai oleh aplikasi dan sangat membantu.
total 1 replies
Fauziah Daud
trusemangattt
Dewiendahsetiowati
kasihan cucunya kenapa gak neneknya yang mati sja
samsuryati
semangat....🤩🤩🤩
Fauziah Daud
trusemangatttn n trusceria
Fauziah Daud
trusemangattt
Fauziah Daud
hahaha
Sombra Ombra
double up
thanks kak😁👍
Sombra Ombra
ini termasuk pelurunya gak sihh 🤔
Sombra Ombra
oohh pantesan kok gak ada heli atau tank di blok R, kirain udah ada dri sistemnya
blok R kan buat tim militer
ok ok 👍

kedepannya bakal ada blok apa yaa...
mungkin ada blok rumah sakit atau khusus kesehatan😃
Sombra Ombra
Semangat kak
yanthi
ayok crazy up thor
nanti Tek TF pulsa 100rb 😘
yanthi: follback ya kak
samsuryati: hahaa bercanda bos, bagiku lebih berharga jika kamu menghargainya dengan l berkomentar dan memberikan aku semangat dengan tips . tapi tidak apa-apa aku menghargai mu dan berharap lebih banyak pembaca yang menghargai aku seperti kamu menghargai ibu saat ini. terima kasih sayang
total 4 replies
Sombra Ombra
asyik cerita baru lagi
Sombra Ombra
kirain bakal natural dissaster apocalypsenya

wkwkwkwk aku suka cerita zombie
Sombra Ombra
woahh cerita apocalypse lagii ❤❤❤
Egoll Losius
semangat thor/Smile//Smile//Smile/
Afriatus Sadiyah
ceritaanya bagus..👍👍 autornya semangat...💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!