Seorang wanita bernama Tania dijodohkan dengan teman masa kecilnya bernama Ikrar Abraham. Mereka berdua sama - sama saling mencintai. Namun, mereka mulai terpisah saat Ikrar melanjutkan pendidikannya di luar negri.
Saudara tiri Tania yang menginginkan semua milik Tania termasuk Ikrar, lelaki yang dijodohkan Tania, berusaha memisahkan mereka berdua. Bahkan demi melancarkan niat jahatnya itu. Ia dan ibunya mengusir Tania dari Rumah besarnya.
Saat Ikrar kembali untuk menikahi Tania, ia sudah tidak mendapatkan Tania di rumah besar keluarga Tania. Demi perjodohan antar keluarga, Ikrar harus bertunangan dengan Belinda, saudara tiri Tania.
Sementara Tania kini hidup sebagai wanita miskin yang tidak punya apa - apa.
Untuk mendapatkan uang biaya hidupnya, ia harus bekerja apa saja bahkan ia rela mengubah penampilannya menjadi wanita culun saat mulai bekerja sebagai asisten Ikrar. Tidak sampai disitu saja, Ikrar bahkan sering menghina dirinya sebagai wanita bodoh, pengganggu dan wanita penggoda.
Apa yang sebenarnya terjadi pada Tania sampai ia harus menyembunyikan jati dirinya dari semua orang?
Apa yang akan dilakukan Ikrar saat ia tahu kalau wanita yang sering ia hina adalah wanita yang sangat ia cintai?
Simak yuk.
IG: @dewimutiawitular922
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Tania masih hidup
Gressia turun dari mobil setelah mobilnya terparkir sempurna. Ia segera masuk ke dalam untuk menemui Ikrar yang sejak tadi menunggu dirinya. Ia menaiki lift menuju Ruangan CEO. Tak lama kemudian, ia bergegas keluar dari lift, dan sempat tersenyum pada karyawan yang berpapasan dengannya.
Ia terus berjalan menuju ruangan CEO. Setelah berada di depan ruangan Ikrar, Gressia langsung membuka pintunya, kemudian berkata: “Kakak, aku sudah datang!”
Ikrar menoleh melihat Gressia yang berjalan menghampirinya, kemudian berkata: “Mana kalung Tania yang kau maksud?”
Gressia mengambil kalung di dalam tasnya, kemudian memberikannya pada Ikrar. Ikrar langsung meraihnya, dan melihat kalung Tania.
Ia terkejut melihat kalung yang diberikan Gressia benar – benar adalah milik Tania.
“Dimana kau mendapatkan ini?” tanya Ikrar menatap Gressia dengan serius.
“Pelayan memberikannya padaku. Katanya dia menemukannya di lantai,” jawab Gressia.
“Bagaimana bisa ada kalung Tania di rumah? Aku tidak pernah mengambil kalung ini darinya!” kata Ikrar yang masih terlihat bingung dan merasa aneh.
“Benarkah. Atau ... Belinda yang memegang kalung Tania, dan menjatuhkannya di rumah?” kata Gressia yang menerka – nerka.
Ikrar segera mengambil ponselnya di atas meja kerjanya tanpa menjawab pertanyaan Gressia, kemudian menghubungi Belinda menanyakan kalung Tania.
“Ini aku!”
“Ada apa Kak Ar?” tanya Belinda di balik telfon.
“Bel, apa kau tahu dimana kalung Tania yang pernah kuberikan dulu?” tanya Ikrar serius.
“Aku tidak tahu. Kenapa Kak Ar menanyakan ini. Memang kalung apa yang Kak Ar berikan padanya?” tanya Belinda yang tak tahu menahu tentang kalung pemberian Ikrar pada Tania. Ia ikut bingung di sana mendengar pertanyaan Ikrar.
Ikrar langsung mematikan telfonnya tanpa menjawab pertanyaan Belinda. Wajahnya seketika tidak tenang dan gelisah. Ia bahkan mengepal kedua tangannya setelah ia tahu jawaban dari Belinda yang ingin ia tahu.
“Ada apa Kak. Apa Belinda yang menjatuhkannya?” tanya Gressia. Ia ikut bingung, melihat ekspresi Ikrar yang tiba - tiba sangat gelisah .
“Bel tidak tahu masalah kalung ini, Gress,” jawab Ikrar.
“Apa ... itu tidak mungkin?” kata Gressia terkejut. “Kalau bukan kakak dan Belinda, lalu siapa yang menjatuhkan kalung Tania. Itu tidak mungkin Tania sendiri, kan. Bagaimana bisa orang yang sudah meninggal menjatuhkan kalungnya sendiri, aneh?” lanjut Gressia yang kembali menerka - nerka dengan pikiran anehnya.
Seketika Ikrar menatap adiknya dengan wajahnya yang semakin kaget. Pikirannya tiba - tiba dipenuhi dengan pertanyaan tentang Tania. Apa mungkin Tania masih hidup? Dan Tania hadir di pesta ibunya kemarin. Ikrar terdiam terus memikirkan sesuatu. Dan seketika ia teringat dengan Tania asistennya yang selama ini mengingatkannya pada Tanianya.
Ia pun segera berjalan untuk keluar dari ruangannya meninggalkan Gressia disana.
“Kakak, kau mau kemana terburu – buru begitu?” teriak Gressia yang melihat Ikrar membuka pintu ruangannya.
Ikrar masih memegang gagang pintunya, menghentikan langkahnya, kemudian menoleh melihat Gressia.
“Aku mau pastikan sesuatu Gress!” jawab Ikrar.
Ikrar kembali berjalan meninggalkan ruangannya. Ia berjalan terburu – buru untuk masuk ke dalam lift menuju lantai bawah. Ia bahkan tidak memperhatikan karyawan yang berpapasan dengannya tadi. Tak lama kemudian, Ikrar keluar dari lift dan segera menuju parkiran kantornya. Karena terburu – buru, ia mengendarai mobilnya sendiri tanpa ada supir yang mengantarnya pergi. Ia melajukan mobilnya menuju Rumah Besar Tania yang kini di tempati Nyonya Maya dan Belinda.
Beberapa menit kemudian, mobil yang dikendarainya telah sampai di rumah Tania. Ia segera turun dari mobil, dan masuk ke dalam pekerangan rumah Tania. Ia membunyikan bel rumah Tania beberapa kali dengan wajahnya yang terlihat tidak sabaran.
Nyonya Maya yang berada di dalam rumah, membuka pintu rumahnya untuk Ikrar.
“Ikrar, ada apa?” tanya Nyonya Maya saat ia sudah berdiri di depan Ikrar.
“Dimana Tania?” tanya Ikrar tanpa basa basi lagi pada Nyonya Maya. Ia bahkan menatap dingin Nyonya Maya yang berdiri di depannya.
“Ikrar, apa yang kau katakan?” tanya Nyonya Maya yang merasa bingung.
“Bibi, aku bertanya. Dimana Tania?” tanya Ikrar kembali.
“Ikrar, bibi sudah bilang padamu kalau Tania sudah tiada. Dia sudah meninggal. Kenapa kau menayakan ini lagi?” balas Nyonya Maya dengan serius.
Ikrar sudah terlihat marah pada Nyonya Maya yang seakan membodohi dirinya selama ini. Ia pun memegang kedua bahu Nyonya Maya dengan erat.
“Katakan, dimana Tania? Dia tidak meninggal, kan. Bibi sudah berbohong padaku selama ini. Iya, kan?” teriak Ikrar yang sejak tadi sudah tidak bisa menahan amarahnya.
Sontak saja membuat Nyonya Maya terkejut mendengar Ikrar tahu kebohongannya selama ini. Ia terdiam menatap Ikrar dengan matanya yang melotot, karena kaget.
“Katakan padaku, dimana Tania? Kalau bibi tidak katakan. Aku akan bongkar sendiri makam yang selama ini bibi anggap makam Tania. Kau sudah menipuku dengan sengaja!” teriak Ikrar dengan matanya yang terlihat merah, karena amarah.
“Tenanglah, Nak. Bibi akan katakan semuanya, tapi ... kau lepaskan dulu tanganmu. Kau menyakiti bibi!” jawab Nyonya Maya dengan suaranya dan wajahnya yang sedikit gugup.
Ikrar pun melepaskan tangannya dari bahu Nyonya Maya, kemudian kembali berkata: “Katakan sekarang!”
“Sebenarnya Tania memang masih hidup, Nak!” kata Nyonya Maya dengan wajahnya yang terlihat sedih. Ia berpura – pura memasang wajah seperti itu di depan Ikrar agar Ikrar merasa kasihan padanya.
“Apa kau bilang?” teriak Ikrar yang sangat terkejut. “Di-dia masih hidup. Maksudmu Tania ... hah ... Tania masih hidup?” tanya Ikrar dengan wajahnya yang semakin terkejut. Ia tidak bisa mempercayai kalau Tania benar – benar masih hidup.
“Iya, Tania masih hidup Nak!” jawab Nyonya Maya.
“Lalu, kenapa kau membohongiku selama ini. Kau bahkan menunjukkan makam palsu Tania. Dan kau menyuruhku bertunangan dengan Belinda. Kenapa kau menyembunyikan Tania. Bibi, perbuatanmu ini sungguh keterlaluan dan melampaui batas. Aku bisa memasukkanmu ke dalam penjara karena penipuanmu ini!” tegas Ikrar menatap tajam Nyonya Maya.
“Maafkan bibi,Nak. Bibi melakukannya karena bibi sangat menyayangi Tania. Meskipun dia bukan anak kandungku, tapi dia sudah kuanggap sebagai anak kandungku sendiri!” balas Nyonya Maya sambil menunjukkan wajah sedihnya di depan Ikrar. Ia terus berpura – pura sedih di depan Ikrar agar Ikrar mempercayainya.
“Apa maksudmu?” tanya Ikrar.
“Semua ini terjadi karena keinginan Tania sendiri. Dia tidak mau bertunangan denganmu. Makam palsu yang bibi tunjukkan itu, semua Tania yang mengaturnya. Semenjak kau pergi, dia sudah menjalin hubungan dengan seorang pria. Dia sangat mencintai pria itu. Bibi hanya menuruti kemauannya. Kalau dia berpura – pura meninggal, dia bisa menghindari pertunangan kalian yang sudah di atur. Itu semua karena dia tidak mau berpisah dengan pria itu!” jelas Nyonya Maya.
Ikrar sangat marah mendengar ucapan Nyonya Maya yang bicara seperti itu tentang Tania. Ia langsung memegang kembali kedua bahu Nyonya Maya, kemudian berkata: “Kau pikir aku percaya dengan kata – katamu itu. Aku tidak akan percaya, bibi. Kau sudah membohongiku selama ini. Sekarang katakan padaku, dimana Tania berada?”
“Bibi bisa berikan padamu alamat Tania. Nak Ikrar bisa lihat sendiri. Dia tinggal bersama dengan pria yang dia cintai selama ini. Bibi sama sekali tidak berbohong kali ini!” jawab Nyonya Maya.
Nyonya Maya pun memberikan alamat Tania yang selama ini di tinggali Tania bersama keluarga angkatnya. Setelah mendapat alamat Tania, Ikrar segera meninggalkan Nyonya Maya untuk mendatangi rumah Tania.
Sementara Nyonya Maya terlihat memejamkan matanya melihat kepergian Ikrar. Ia kembali masuk ke dalam rumah, dan menjatuhkan tubuhnya di sofa. Ia bersandar di sofa sambil memegang dan meremas kepalanya dengan kedua tangannya.
Ia tidak menyangka kalau Ikrar bisa tahu tentang Tania, bahkan Ikrar tahu lebih cepat dari yang ia kira. Untung saja dia bisa memanfaatkan hubungan Tania dan Galang untuk bisa menghindari masalah yang ia buat sendiri. Kali ini ia hanya berharap kalau Ikrar bisa mempercayai ucapannya dengan mendatangi rumah Tania untuk membuktikan ucapannya tadi.
.
.
.