NovelToon NovelToon
Iblis Yang Merindukan Cahaya

Iblis Yang Merindukan Cahaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Iblis
Popularitas:302
Nilai: 5
Nama Author: Sofiatun anjani

Kevin terbangun dari komanya ketika seorang iblis merasuki tubuhnya dan melenyapkan jiwanya.

bersikap layaknya iblis yang hendak menghancurkan dunia, namun tidak bisa membunuh satu manusia pun.

Ria masih belum sanggup kehilangan satu-satunya orang yang menjadi alasan untuknya bertahan sampai detik ini juga. Tidak, Ria tidak bisa, setelah orang tuanya meninggal 5 tahun yang lalu, Kevin lah satu-satunya orang yang terus mendampingi dan menyemangatinya untuk terus bertahan. dan kehilangannya adalah sebuah mimpi buruk paling mengerikan yang pernah Ria alami.

Sanggupkah Ria bertahan dengan kepingan dihatinya? lalu apa sebenarnya motif sang iblis? akankah Kevin bisa hidup kembali dalam raganya yang perlahan hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Mita tengah berjalan kembali ke kantin setelah dari toilet dan tidak mendapati keberadaan Ria sama sekali, ia justru melihat Ria yang tengah duduk di bangku taman belakang.

"Gue udah tebak lo pasti bakal kesini" ucap Mita yang kini sudah berada disamping Ria.

Ya, walaupun Ria tidak terlalu terkejut Mita bisa menemukannya secepat ini. Mita pun ikut duduk disamping Ria "hei... lo lagi ada masalah ya?" tanya Mita menebak dengan tepat sasaran.

Ria pun tidak bisa menjawab pertanyaannya, walaupun ia sangat ingin menceritakan yang sebenarnya, tapi tidak bisa karena bibirnya yang kelu.

Sebagai ratu gosip, dan juga sebagai teman sejak SD Mita paham sekali dengan perilaku Ria yang jarang diketahui oleh yang lainnya, kecuali Kevin sih.

"Lo emang nggak berubah ya Ri, walaupun yang lain nggak sadar tapi lo itu emang nggak pinter bohong loh" ucap Mita berhasil membuat Ria tersentak, saat ia akhirnya menyadari dengan siapa ia bicara. Teman lama ataupun bukan Mita tetap bisa mencium aroma kebohongan jika ia mau.

Ria pun hanya bisa menghela nafas panjang, lagi pula ia juga tidak bisa menyembunyikan bangkai yang lama-kelamaan juga akan ketahuan.

"Gue nggak bakal maksa lo buat cerita kok" ucap Mita lagi, sambil merangkul pundak Ria dan tersenyum padanya.

"Bukannya si ratu gosip itu rakus berita ya?" tanya Ria memastikan sambil tersenyum tipis, Mita pun tidak bisa untuk tidak tertawa mendengarnya.

"Lo ini jangan ngalahin kepolosannya si Seli deh" ucap Mita masih dengan sisa-sisa tawanya.

"Walaupun gue emang ratu gosip yang rakus berita, tapi itu nggak berlaku buat temen sendiri" ucap Mita meluruskan pemikiran Ria yang menatapnya dengan tatapan terkejut.

"Jadi Raka bukan temen Lo?" tanya Ria mengingat gosip-gosip yang Mita sebarkan kebanyakan adalah tentang Raka si buaya darat.

"Oke... Buat Raka itu pengecualian, lagian siapa juga yang bakalan tahan sama kegatelannya itu" ujar Mita mengelak sambil memasang wajah jijik mengingat kelakuan Raka yang selalu menggoda cewek-cewek satu sekolah, bahkan sampe guru-guru juga jadi sasarannya.

"Denger ya, semua orang juga pasti punya masalah hidup mereka masing-masing tapi bukan berarti semua masalah itu bisa diceritain ke orang lain kan" Ria kembali menatap Mita yang tengah tersenyum padanya.

"Ya… semisal orang itu lagi punya masalah yang nggak bisa dia ceritain ke orang lain, soalnya kalo dia cerita mungkin orang itu bisa tahu rahasia yang seharusnya nggak orang lain tau?"

"Rahasia kayak… m… dia masih sering ngompol sampe sekarang?" mendengar hal itu Ria pun tidak tahan untuk tidak tertawa begitu juga dengan Mita yang ikut tertawa bersama.

"Lagipula hari itu nggak selalu siang kan, lo juga nggak bisa selalu bahagia terus" ucap Mita kembali ke topik pembicaraan.

"Sama kayak siang dan malam, kebahagiaan dan kesedihan juga datang silih berganti. Terkadang ada banyak hal yang nggak bisa dijelasin pake kata-kata kayak rumus fisika misalnya, dijelasin seribu kali juga gue tetep nggak paham-paham" ucap Mita sambil tersenyum pada Ria yang tertawa mendengar Mita yang sepertinya tengah mengeluh dengan mata pelajaran yang paling ia benci itu.

"Lo mungkin juga pasti punya alesan kenapa nggak mau cerita masalah lo padahal kita temen deket, tapi justru sebagai teman yang baik gue juga nggak berhak maksa-maksa" Mita menatap Ria dengan tulus sebagai teman yang selalu bisa mengerti dirinya dengan sangat baik.

"Emang apa gunanya temen kalo nggak bisa ngelakuin apapun buat temannya. Lo juga boleh mukul gue kok, ntar biar gue mukul lo balik" ujar Mita tertawa kecil.

Karena tekanan yang Ria alami kemarin membuatnya tidak bisa berpikir jernih dan lupa kalau ia punya teman yang hebat seperti Mita si ratu gosipnya sekolah, Ria tanpa sadar menangis meski sekeras apapun ia menahannya air matanya tetap tidak mau berhenti mengalir san hal itu membuat Mita langsung memeluknya yang dibalas oleh Ria dengan sama eratnya.

Ria tidak pernah menyadari bahwa hidupnya juga punya banyak warna seperti pelangi yang selalu muncul setelah hujan deras. Seburuk apapun kondisinya, teman-temannya akan selalu ada disampingnya. Sebanyak apapun masalahnya sebanyak itu juga warna yang ia miliki dalam hidupnya.

***

Pulang sekolah Ria menolak dengan lembut ajakan Rama yang hendak mengantar Ria seperti biasa, seperti katanya saat di kelas ia ada janji dengan Raka dan akan diantar olehnya.

"Maaf ya Ram, gue duluan" ucap Raka yang kemudian pergi dengan Ria di belakangnya.

Rama terus memandangi gerbang dimana motor Raka menghilang, ia sangat yakin Ria tengah menjauhinya, entah karena alasan apa Rama terus memikirkan segala kemungkinan.

"Hei Rama, lo nggak papa kan?" tanya Seli yang kebetulan juga melihat mereka di parkiran.

"Lo lagi ada apa sih sama Ria? sampe Ria jauhin lo gitu, nggak biasa loh Ria njauhin temen baru kayak gitu" ucap Seli meminta penjelasan.

"Gue juga nggak tahu apa yang terjadi antara kami" ucap Rama kembali menatap gerbang dimana ia tidak sengaja melihat Roy yang berjalan keluar gerbang, membuatnya mengambil sebuah kesimpulan yang pasti menjadi penyebab Ria menjauhi dirinya.

Bukan Roy, melainkan iblis yang tinggal di rumah Ria. Pasti itu penyebabnya, ia seharusnya tahu hal ini dari awal, iblis licik itu pasti akan melakukan apapun demi tujuannya, karena satu nyawa manusia sama sekali tidak berharga baginya.

***

"Ria, lo lagi kenapa sih sama Rama? kalo lo mau dianter sama gue bilang aja kali dari awal nggak usah bohong ada janji-janji gitu" ucap Raka yang baru sampai mengantar Ria sampai tempat kerjanya.

Ria yang baru turun dari motor lalu memberikan helmnya pada Raka. Ria seharusnya sudah tahu pasti teman-temannya akan menyadarinya dan menanyakannya tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Maaf..., gue udah bohong sama lo, tapi gue nggak bermaksud gitu kok. Tapi masalahnya gue nggak bisa cerita ke lo buat sekarang" ucap Ria tidak berani menatap Raka.

"Yah... udah gue tebak sih lo pasti bakalan bilang gitu" ucap Raka sambil menghela nafas panjang.

"Siku Lo kenapa Ri? Terus gue perhatiin pipi kanan Lo agak merah, Lo nggak abis di tampar kan? Bang Jodi nggak nampar Lo ka? Waah... Harus kena Bogeman maut gue nih"

"E e eh Raka bukan! Bukan bang Jodi... Gue nggak sengaja kesenggol meja pas kerja kemaren, soal pipi gue juga, mm... Itu gara-gara gue semalem tidur di atas buku jadi masih merah sampe sekarang" terang Ria mencoba meyakinkan Raka yang tiba-tiba menyadari hal itu dan justru menyimpulkan seenaknya.

"Bener cuman gara-gara itu?" tanya merasa curiga dengan jawaban Ria yang ragu-ragu seperti menghindari sesuatu.

"Iya..."

"Ya udah kalo gitu lo udah ketemu sama bang Edi belum?" tanya Raka mengalihkan topik pembicaraan yang tidak akan selesai kalau Ria masih belum mau cerita.

"M... Udah, dia kenalan lo juga ya?" tanya Ria memastikan.

"Ya… kalo dibilang kenalan sih, bang Edi udah bareng gue sejak gue masih kecil" ucap Raka sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yah… sukur deh kalo kalian bisa akrab. gue duluan ya, kalo ada apa-apa tinggal telpon aja! Nggak usah bikin janji-janji dadakan kayak gitu lagi" ucap Raka yang kemudian memutar motornya kembali ke jalan raya.

"Daahh…!!"

Ria pun membalas dengan lambaian tangan yang sekilas bisa Raka lihat dari kaca spion motornya.

Sambil mengelus plaster di sikunya yang ia pasang pagi tadi lukanya yang memang cukup dalam karena ada batu tajam yang masuk, masih sedikit nyeri tapi Ria masih bisa bekerja selagi bisa digerakkan.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!