Di dunia kultivasi, Lin Chen, seorang pemuda dari Desa Hutan Bambu yang dianggap cacat karena tidak memiliki Dantian, menemukan sebuah kristal misterius di danau dekat rumahnya. Kristal itu menyatu dengan mata kanannya, memberinya kekuatan Mata Dewa—artefak ciptaan Sang Maha Pencipta yang mampu mengendalikan sembilan hukum di alam semesta.
Dengan kekuatan barunya, Lin Chen perlahan bangkit dari posisi terendah menuju puncak kekuasaan, menjadi sosok yang berpengaruh besar dalam menjaga keseimbangan alam semesta.
Namun, warisan ini membawa tanggung jawab besar, menempatkannya di tengah takdir yang akan mengubah dunia, juga dirinya, selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Keputusan Ulat Sutra Emas.
Bab 24. Keputusan Ulat Sutra Emas.
Lin Chen bergumam pelan, "Jadi, ini alasannya…"
Seketika, ia merasakan déjà vu yang menusuk hatinya.
Ingatan tentang fakta menyakitkan itu kembali.
Ibu dan saudarinya.
Mereka pergi.
Mereka meninggalkannya.
Semua itu demi menyelamatkan dirinya.
Saat ini, ia melihat dirinya dalam anak-anak ulat sutra emas itu—dan ia melihat ibunya dalam Induk Ulat Sutra Emas.
Darahnya bergejolak. Tekad dalam hatinya membakar lebih kuat dari sebelumnya.
Ia tidak bisa diam saja.
Lin Chen mengepalkan tangan dan berbisik dalam hati,
"Aku akan membantu Induk Ulat Sutra Emas ini melindungi anak-anaknya. Dengan begitu, aku berharap dimana pun Ibu dan Saudariku berada mereka akan selalu dalam keadaan baik dan selalu sehat.
Tatapannya menjadi tajam. Sorot matanya penuh tekad.
"Aku bersumpah… aku akan tumbuh menjadi kuat. Sangat kuat. Sampai tak ada satu pun yang berani menatapku secara langsung. Setiap orang yang melihatku akan menundukkan kepala mereka. Hari itu pasti akan datang."
Mata Lin Chen berkilat.
Detik berikutnya, tubuhnya melesat seperti sambaran petir ke arah Serigala Api. Tinju kanannya terangkat tinggi, penuh dengan kekuatan dahsyat.
"TINJU OMBAK PENGHANCUR LANGIT!"
"WUSH!"
Lin Chen mengayunkan tinjunya dengan kekuatan dahsyat. Tinjunya diselimuti oleh perpaduan elemen Kehidupan, Air, dan Angin, menciptakan pusaran energi yang berputar liar di sekelilingnya.
Dalam sekejap mata, kekuatan ketiga elemen itu menyatu sempurna, membungkus kepalan tangannya dengan aura yang begitu kuat hingga udara di sekitarnya bergetar hebat.
Begitu tinju pertama dilepaskan, gelombang energi yang masif menerjang seperti tsunami, menghantam tubuh Serigala Api dengan ledakan yang menggelegar.
"BOOM!"
Serigala Api mengerang kesakitan, tubuhnya terdorong mundur beberapa meter. Namun, Lin Chen tidak memberinya kesempatan untuk bangkit. Dia segera melanjutkan dengan tinju kedua, menghantam tubuh lawannya dengan kekuatan berlipat ganda.
"BANG!"
Serigala Api merasakan tulangnya bergetar hebat, cakarnya mencengkeram tanah untuk menahan diri. Tetapi belum sempat makhluk itu menstabilkan tubuhnya, tinju ketiga dan keempat bertubi-tubi menghantamnya seperti gelombang tanpa henti.
"KRAK!"
Suara retakan terdengar saat tubuh Serigala Api mulai kehilangan keseimbangan. Api yang membalut tubuhnya berkedip lemah, dan pada saat itulah Lin Chen melancarkan pukulan terakhir.
"Hancurlah!"
Tinju kelima menghantam dengan kekuatan penuh, menciptakan gelombang kejut yang mengguncang tanah di sekitarnya. Serigala Api terpental ke udara sebelum jatuh menghantam tanah dengan keras, menimbulkan kawah besar. Asap mengepul dari tubuhnya, api yang sebelumnya menyala kini padam sepenuhnya.
Lin Chen menurunkan tinjunya, merasakan getaran hebat di lengannya. Napasnya sedikit memburu, tetapi di wajahnya terukir senyum puas.
"Tinju Ombak Menghancurkan Langit, hanya lima gelombang ombak saja, tapi kekuatan Penghancurnya sudah seperti ini! Aku tidak tahu bagaimana jika aku sudah mencapai 9 gelombang ombak, mungkin efeknya akan jauh lebih mengerikan lagi," serunya dengan mata berbinar.
Lin Chen mengeluarkan pedang biru dari cincin ruangnya dan tanpa ragu, dia mengayunkannya dengan cepat. Dalam satu tebasan presisi, kepala Serigala Api terbelah, darah mengucur deras ke tanah.
Tanpa membuang waktu, dia merogoh ke dalam tengkorak yang terbuka, jemarinya segera menemukan sebuah kristal seukuran jempol tangan, dengan satu tarikan kuat, dia mengambilnya dan memasukkannya ke dalam cincin ruangnya.
Lin Chen berbalik dan melihat Induk Ulat Sutra Emas yang terluka.
Saat melihat Lin Chen, Induk Ulat Sutra Emas itu tampak gelisah dan waspada.
Melihat reaksi tersebut, Lin Chen hanya menghela napas lalu berkata, "Jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu. Aku akan menyembuhkanmu." Dia kemudian mendekati Induk Ulat Sutra Emas dengan tenang.
Seolah mengerti perkataan Lin Chen, akhirnya Induk Ulat Sutra Emas menurunkan kewaspadaannya dan membiarkan Lin Chen menyembuhkan luka-lukanya.
Lin Chen mengulurkan tangannya, dan saat itu juga, akar elemen kehidupan di dalam dantiannya mulai mengeluarkan energi hijau keemasan yang menyelimuti tangannya. Saat tangannya yang bercahaya hijau keemasan menyentuh tubuh Induk Ulat Sutra Emas yang terluka, seketika luka itu diselimuti cahaya yang sama.
Dalam hitungan detik, seolah keajaiban terjadi,luka menganga yang begitu parah itu perlahan-lahan sembuh dengan kecepatan yang luar biasa.
Setelah luka itu sembuh, Lin Chen berniat melanjutkan perjalanannya. Namun, tiba-tiba Lin Kong berkata, "Tuan, izinkan aku berbicara dengan Induk Ulat Sutra Emas itu sebentar."
Mendengar permintaan itu, Lin Chen mengerutkan kening. Namun, pada akhirnya, dia mengangguk setuju.
Akhirnya, Lin Kong pun mendekati Induk Ulat Sutra Emas. Setelah berbicara dengannya selama sekitar lima belas menit, Lin Kong kembali mendekati Lin Chen dan berkata, "Tuan, Ulat Sutra Emas ini ingin menjalin kontrak denganmu."
"Hah?" Saat itu juga, Lin Chen hanya bisa melongo seperti orang bodoh. Dia terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Lin Kong.
"Apa kau bilang? Menjalin kontrak denganku?"
Lin Chen sangat terkejut mendengarnya. Sebenarnya, tidak ada masalah baginya untuk menjalin kontrak dengan Ulat Sutra Emas, hal itu justru sangat menguntungkan. Namun, menjalin kontrak berarti Ulat Sutra Emas bersedia menyerahkan seluruh kehidupannya kepadanya. Secara kasar, hidup dan matinya kini akan berada di tangan Lin Chen.
Ini adalah keputusan besar yang tidak bisa diputuskan hanya dalam beberapa menit saja.
Flashback On
Lin Kong mendekati Induk Ulat Sutra Emas dan bertanya, "Setelah ini, ke mana kau ingin pergi?"
Mendengar pertanyaan dari seekor kera kecil, Induk Ulat Sutra Emas terkejut sejenak. Dia segera menyadari bahwa makhluk di hadapannya bukanlah monster biasa—kekuatannya setidaknya hampir setara dengannya. Namun, mengingat kembali pertanyaan tersebut, dia hanya bisa menghela napas pasrah.
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Sarang tempatku tinggal telah hancur, dan semua saudara-saudaraku mati dalam serbuan Serigala Api," ucapnya dengan nada penuh kebencian dan dendam yang mendalam.
Lin Kong tersenyum tipis sebelum berkata, "Aku turut berduka atas penderitaanmu. Bagaimana jika kau menjalin kontrak dengan Tuanku? Dengan begitu, kau bisa lebih aman daripada bertahan sendirian di hutan yang berbahaya ini."
Ucapan itu membuat Induk Ulat Sutra Emas terkejut.
Melihat ekspresi keterkejutannya, Lin Kong hanya terkekeh sebelum melanjutkan,
"Kau tidak perlu kaget. Dulu, saat aku bertarung dengannya, aku berada di ambang kematian dan merasa semuanya akan berakhir. Namun, sama seperti dirimu saat ini, dia justru menyembuhkanku dan membiarkanku hidup.
Saat itu, aku bertanya kepadanya, 'Kenapa tidak membunuhku?' Apa kau tahu jawabannya?
Dia berkata, 'Kita tidak punya dendam, dan tidak ada gunanya aku membunuhmu.'
Bukankah alasan itu terdengar konyol di dunia yang menganut hukum rimba ini? Sebuah alasan yang benar-benar menggelikan."
Induk Ulat Sutra Emas terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan.
Lin Kong melanjutkan, "Coba pikirkan, jika itu manusia lain, apa yang akan mereka lakukan? Bukankah mereka akan membunuh kita dan mengambil inti monster untuk memperkuat diri mereka sendiri?"
"Namun, Tuanku berbeda. Dia justru menyembuhkan dan membiarkan kita hidup. Itulah alasan aku menjalin kontrak dengannya. Aku yakin, dia bukan manusia seperti yang lainnya. Selain itu, dia juga memiliki darah yang sangat murni. Hanya dengan satu tetes darahnya saja, kekuatanku meningkat pesat."
"Di sisi lain, jika kau menjalin kontrak dengan Tuanku, kau akan menjadi bagian dari keluarga kami. Sebagai keluarga, Tuanku dan aku akan melindungimu serta anak-anakmu dengan nyawa kami. Kau tidak akan lagi berjuang sendirian di dunia yang keras ini."
"Sebagai monster buas, kita memiliki insting untuk menilai baik dan buruknya manusia, terutama mereka yang selama ini memburu kita. Jadi, pikirkanlah baik-baik sebelum memutuskan. Aku dan Tuanku akan segera melanjutkan perjalanan, dan entah kapan kita bisa bertemu lagi."
Lin Kong mengakhiri penjelasannya yang panjang lebar.
Induk Ulat Sutra Emas terdiam, berpikir keras, dan merenungkan kata-kata Lin Kong dengan hati-hati. Setelah menimbang semuanya, akhirnya, dengan penuh ketegasan, dia berkata,
"Baiklah, aku mau menjalin kontrak dengannya."
Mendengar itu, Lin Kong tersenyum puas dan berkata, "Bagus, kau tidak akan menyesali keputusanmu."
Saat mereka berjalan, Lin Kong kembali berbicara,
"Lihatlah, meskipun kekuatan Tuanku masih tergolong rendah, dia tetap bisa membunuh Serigala Api, musuh besarmu dengan mudah, padahal kekuatannya jauh di atasnya. Bayangkan jika kekuatan Tuanku setara dengan Serigala Api itu, atau bahkan lebih kuat lagi. Pasti dia akan menjadi sosok yang jauh lebih mengerikan, dan kekuatannya akan mencapai tingkat yang tak terbayangkan."
Dia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap sebelum melanjutkan,
"Dengan kekuatan seperti itu, aku yakin suatu hari nanti akan tiba masanya dia bisa membalaskan dendammu... dan juga dendam saudara-saudaramu yang telah mati di tangan para Serigala Api itu."
Nada suaranya tetap tenang, namun setiap kata yang diucapkannya mengandung makna yang dalam, seolah menyimpan janji yang tak tergoyahkan. Induk Ulat Sutra Emas menatap Lin Kong, merasakan keteguhan dalam ucapannya. Hatinya semakin mantap, keputusan untuk menjalin kontrak dengan calon Tuan barunya bukanlah kesalahan, melainkan takdir yang akan membawanya menuju masa depan yang lebih baik.
Flashback Off.