Menjadi anak haram bukanlah kemauan Melia, jika dia bisa memilih takdir, mungkin akan lebih memilih hidup dalam keluarga yang utuh tanpa masalah.
Melia Zain, karena kebaikan hatinya menolong seseorang di satu malam membuat dirinya kehilangan kesucian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Aku tidak menyangka, saat berusaha mati-matian bertahan di atas takdir hidupku yang rumit...
Kenyataan justru akan ada fase sepwrti ini. Fase dimana aku diperlakukan istimewa, meski sebenarnya aku tau ini hanyalah sebuah sandiwara...
Setidaknya, aku akan menikmatinya...
🍁🍁🍁
Melia mengalungkan kedua tangannya di Leher Kevin, menyunggingkan senyum semanis mungkin. Meski sandiwara, tak bisa dipungkiri oleh Melia bahwa jauh di dalam hati ada yang mengusik, menggelitik pelan perasaannya.
Kevin pun tak mau kalah, ia menatap Melia intens. Menyibak anak rambut yang menutupi wajah cantik nan ayu itu. Yang pasti, tujuannya hanya satu. Membuat Laras kepanasan.
"Sayang, kamu manis banget hari ini apa karena ada tamu tak diundang, jadi kamu begitu manis padaku," bisik Melia manja.
Laras bersikap tak perduli, ia masih enggan pergi meski berulang kali Kevin meminta.
"Jadi katakan sejujurnya kepadaku, siapa wanita ini yang terus menerus mengganggu kita dan tak ingin pergi. Padahal, ehm aku sangat ingin menemanimu dengan leluasa hari ini." Melia melirik ke arah Laras. Jelas wanita itu bermuka masam, haruskah Laras menyerah dan kalah telak hari ini?
"Sayang, cuma kamu kesayanganku. Aku tidak bisa melihat wanita lain lagi. Bagaimana bisa kamu menanyakan perempuan lain?" Kevin meraih tangan Melia dan mengecupnya lembut.
"Ck!" batin Melia sebenarnya berdecak, namun dia sedang bersandiwara bukan? Maka dari itu ia pun harus bisa mengimbangi Kevin.
"Tapi aku beneran ingin tahu siapa dia, Sayang." Manja Melia, jemarinya menelusuri rahang tegas Kevin. Hingga tangan kokoh itu menarik tubuhnya ke dalam pangkuan.
Sial memang.
Tapi Melia hanya bisa mengikutinya, selagi malam kelam itu tak terulang. Ia hanya bisa menurut apapun sandiwara Kevin tanpa bermaksud protes.
"Wanita ini benar-benar sedang menggodaku kah? kenapa rasa-rasanya respon tubuhku begitu cepat saat dia hanya menyentuhku, justru malah membangunkan gair*hku." batin Kevin yang matanya terus menyapu setiap inci wajah Melia.
"Kevin, Ck! Kalau bukan karena wanita ular itu, aku tak mau berada di posisi sein tim ini denganmu, sungguh aku merasa seperti pakar penggoda. Apa ini, kenapa tiba-tiba tubuhku terasa panas membara tiap berdekatan dengannya?" batin Melia, merutuki kebodohannya. Jangan sampai ia hanyut dalam sandiwara ini.
"Cukup kalian! aku tahu kamu cuma bersandiwara, Kev. Aku tidak akan menyerah. Sampai kapanpun." Desis Laras melipat tangan di dada.
"Oh, ya sayang. Dia ini Larasati Wenas. Kamu tau dia siapa?" pancing Kevin.
Melia seperti berusaha mengingat-ngingat sesuatu, "Ehm, seperti pernah mendengar namanya?" ucap Melia yang seketika membuat dahi Kevin mengernyit.
"Dimana?" tanya Kevin, seharusnya Melia tidak begitu tahu wanita si alan satu ini. Terlebih rumor tentang laras memang sangatlah buruk. Kevin sendiri memegang kedok kebusukan Laras. Namun, sejauh ini pura-pura tak tahu akan wanita itu.
Melia tampak berfikir, ia berusaha mengingat sesuatu kemudian tersenyum menatap ke arah Kevin.
"Apa kamar hotel bintang lima enak untuk ditiduri, sayang?" tanya Melia, seraya melirik sinis ke arah Laras.
Laras tersentak. Dalam hati bertanya-tanya apakah Melia tahu menahu soal dirinya? Seharusnya tidak, karena Laras sendiri baru pertama kali melihat Melia disini. Di ruangan milik Kevin.
"Cuppp," Kevin mencium bibir Melia sekilas membuat gadis itu terkejut bukan main, namun berusaha menutupinya dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
"Kau mengejutkanku sayang," ucap Melia dengan pipi merona.
"Itu karena kau terus menggodaku sayang. Katakan, apa maksud pertanyaanmu tadi." titah Kevin.
Wajah Laras menggelap penuh emosi, sedari tadi diam menahan amarah melihat dua sejoli itu, namun ia masih urung pergi karena merasa mereka hanya berusaha memanas-manasinya dan membuat hatinya kesal.
"Aku hanya bertanya, apakah kamar hotel bintang lima sangat enak untuk ditiduri?" kali ini Melia menatap ke arah Laras. Wajah wanita itu memucat dengan tubuh bergetar.
"Apa maksudmu, aku tidak mengerti pertanyaanmu itu?" kesal Laras, meski sebenarnya ia cukup paham jikalau wanita di samping Kevin itu sedang menyindirnya.
"Oh, begitu ya? Aku pernah mendengar rumor tentangmu Nona Laras. Tapi tunggu, aku masih belum tahu itu benar atau tidak," ucap Melia dengan senyum kemenangan.
Wajah Laras sudah pucat pasi, " Sial*n apa dia tahu, tentang diriku di luar sana. Tapi bagaimana mungkin, dia bahkan tidak mengenalku sama sekali. Sebenarnya, siapa dia hingga begitu berani." batin Laras dengan wajah pucatnya.
Kevin terlihat santai, ia melonggarkan dasinya sebentar dan menyimak perdebatan Melia dan Laras. Sudah dipastikan jikalau Melia mengetahui sesuatu tentang Laras dan itu membuat Kevin sangat bangga.
"Benar-benar luar biasa, bagaimana bisa ia tahu tentang Laras padahal jelas ia hanya wanita biasa. Apa ini berkaitan dengan pekerjaannya di bar itu. Tiba-tiba Kevin memijat pelipisnya pusing. Berfikir mungkin saja Melia melihat atau tahu tentang Laras di bar itu. Bukankan Red Apple adalah club ternama.
🍁🍁🍁
"Kau..." geram Laras menatap tajam ke arah Melia. Sementara Kevin langsung memelototinya.
"Berani sekali menghardik calon istriku."
Laras mendelik sementara Melia tertawa dalam hati, ia tidak boleh sombong kan untuk saat ini?
"Begini, aku mendengar seseorang bercerita tentang nona Laras, bahwa malam itu kamu tidur dengan beberapa pria di hotel bintang lima. Ehm, sungguh dia bercerita sendiri padaku tanpa sadar saat sedang mabuk," ucap Melia lagi.
Laras membisu, tangannya mengepal erat. Meski itu kenyataan, tapi seharusnya tak ada yang tahu tentang masalah ini. Bukankah ia sudah menyembunyikannya rapat-rapat. Bahkan kini impiannya untuk mengambil hati Kevin terhalang. Dan mungkin tembok kebencian Kevin terhadapnya semakin tebal.
"Kev, itu tidak benar. Aku bukan orang yang seperti itu." Elak Laras, meski keringat dingin sudah membasahi sekujur tubuhnya yang bergetar.
"Aku tidak akan meragukan ucapan calon istriku, apa kamu pikir dia berbohong?" balas Kevin. Laras berkaca-kaca, ia berusaha kembali mengambil simpati Kevin. Memasang wajah sesedih mungkin.
"Itu tidak benar,"
"Ck! Ratu drama." batin Melia kesal.
"Oh, ya. Tapi rumor itu sudah menyebar kemana-mana, ehm seharusnya kamu sendiri tahu. Jika tidak bukankah akan jadi fitnah? Oh ya apa kamu tahu siapa seseorang yang memberitahukannya padaku saat sedang mabuk?" tanya Melia tersenyum smrik.
Kevin sebenarnya tahu perihal itu, foto-foto yang dibawa Alan bukankah semua foto syur Laras dengan beberapa pria di hotel. Lantas yang ia lakukan hanya pura-pura tidak tahu dan mengikuti perkataan Melia.
"Tidak bukan itu, tidak mungkin." Laras masih terus mengelak.
"Apakah ini masalah yang hanya kalian boleh tahu sementara aku tidak?" Kevin menaik turunkan alisnya. Menatap intens ke arah Melia.
Juga tidak tahu apa yang sebenarnya Melia sembunyikan.
menikah Dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan Mampir
tp kasian deh sama Mel.. pasti dia takut ibunya kecewa karena tidak perawan lagi
Menikah dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan mampir