Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.
Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.
Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.
Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 ~ Penjelasan Dana
Setelah Dana pergi dari perusahaan itu, langsung saja seseorang menghubungi anak buahnya.
"Ikuti Dana, kabari saya ke mana dia pergi?" ucap Fawn di balik teleponnya.
Untung saja Dana langsung pulang ke kosannya padahal dia bisa saja langsung pulang menuju desa.
Dana yang cukup pintar dan sudah mengetahui cara berpikir juga bertindak mereka pun mencoba mengakali mereka.
Dana khawatir jika niat kepulangannya itu di ketahui oleh Fawn dan membuat hidup keluarganya bisa terancam, hingga dia akan berangkat di kala kondisi sudah aman.
Setelah memastikan jika mata-mata Fawn kembali pulang atau menyangka Dana berada di dalam rumah, Dana pun keluar di mana Ojol yang dulu telah di tolongnya dulu kini sudah berada di hadapannya.
Kini mereka menukar posisi seakan penumpang ojol itu adalah Damar, dan Dana telah menggunakan perlengkapan ojol juga helm full face milik Damar.
"Mas ... apa ini aman?" tanya Damar berbisik saat setelah mereka berada di atas motor.
Dana hanya menganggukkan kepalanya dan fokus mengendarai motor Damar menuju perjalanan yang cukup jauh .
Dana tidak kembali ke pedesaan itu melalui gerbang usang yang cukup dekat dengan kosan Dana, Dana mencari aman dengan memutar dan menuju jalan melalui perkotaan lain.
Para mata-mata Fawn pun terkecoh, mereka yang sedang menunggu di depan gang pun tidak mengenali siapa yang telah melewati mereka bahkan siapa yang keluar dari gang tersebut.
Kedua orang itu menyangka jika itu hanyalah penduduk lain yang berada di wilayah tersebut.
Dana memaksakan diri pulang meski tahu kondisinya setelah memasuki perusahaannya itu.
Dia sebatang kara tanpa pengawal dan mata-mata jelas berbeda dengan mereka yang penuh pengawal.
Tapi kali ini jelas berbeda, setiap langkah mereka Dana dapat memantaunya, lebih dari apa yang mereka lakukan dengan segala bayaran dan anak buahnya.
Dana tersenyum kala dapat mengelabui pengawal bayaran itu, mata-mata bodoh pikir Dana.
Dana berhenti di sebuah rumah, dengan Damar yang ikut masuk ke dalam rumah jae, dan mereka di sambut baik.
Apalagi Naya dia begitu merindukan Dana, Damar yang baru di keluarga itu pun tidak perlu lama untuk bisa berbaur.
Dana tidak ingin menunggu lama untuk bertemu sang pujaan hati yang sampai saat ini masih saja mematikan handphonenya.
Entah di buat mati handphonenya entah di blokir dirinya, Dana tidak mau tahu, yang jelas Dana ingin menyelesaikan ini semua agar bisa kembali fokus.
Suasana malam membuat Dana cukup kedinginan, di desa ini penuh dengan pepohonan juga perkebunan sehingga angin berhembus tanpa ada penghalang membuat dirinya menggigil.
Namun niat dia bertemu sang pujaan hati tidak gentar meski angin terus menerpa dirinya.
Setibanya di depan rumah Shifa, Dana mengetuk pintu itu. Dan Shifa lah yang membuka hingga menyambutnya.
Jauh beberapa km dari Dana ada seorang pria yang sedang menatap ke rumah Sylvia dengan membawa makanan di lengannya.
Namun sayang beribu sayang, kedatangan terlambat, Dana sudah lebih dahulu mendatangi Sylvia.
Bagas pun akhirnya undur diri, dengan perasaan kecewa dan enggan untuk bersaing terang-terangan karena tidak ingin sampai dia di berhentikan kembali dari bela dirinya.
Kembali ke Dana ...
Shifa yang menyambut Dana begitu bahagia, dia tidak mengetahui jika anak dan Dana sedang ada masalah.
Dana tidak ingin banyak basa basi dengan Shifa, langsung saja menanyakan Sylvia.
Dan Shifa langsung memanggil anak semata wayangnya itu.
"Sylvia ...," sapa Dana dengan tersenyum.
Namun Sylvia menyambut Dana dengan wajah cemberut. Shifa menyadari akan itu, sehingga membuatnya menjauh dari mereka. Memberi ruang untuk bisa menyelesaikan masalah mereka.
Setelah Shifa pergi, Dana menyuruh Sylvia duduk di sampingnya, padahal yang punya rumah itu Sylvia.
"Sayang ... kenapa tidak aktif? aku khawatir padamu," ucap Dana langsung pada intinya.
"Masih tanya?" timpal Sylvia dengan nada tingginya.
Dana tersenyum, "Aku tahu kamu marah, dan beginilah jika nona manis sedang marah, tidak mau mendengar alasanku, membuatku tidak fokus bekerja, hingga aku harus mengendap-endap pergi menuju Desa ini, karena semenjak aku memasuki perusahaan itu. Ada kamera pengawas bayaran yang selalu menungguku di luar gang," jelas Dana berharap Sylvia memahaminya.
Sylvia mengerjapkan kedua bola matanya, Sylvia cukup kaget akan penuturan Dana.
"Kamu tidak bohongkan?" tanya Sylvia yang kini menjadi panik.
Sungguh Dana mampu meredakan amarah para wanita apalagi kekasihnya ini.
"Mana mungkin aku berani bohong," ucap Dana pasti.
"Lantas kamu ke sini sama siapa? dan bagaimana?" tanya Sylvia masih panik.
"Tenang saya, kamu tahu bukan jika aku ini pandai?" ujar Dana mulai dengan narsisnya.
"Hmm," jawab Sylvia hanya berdehem.
"Ha ha ha, aku ke sini dengan ojol yang dulu kita tolong, kemarin aku bertemu lagi dengannya dan bertukar no ponsel," jelas Dana tidak ingin membuat Sylvia kembali merajuk.
"Sayang, aku ke sini, ingin menyelesaikan permasalahan kita, aku mohon dengarkan aku, aku tidak memiliki banyak waktu," jelas Dana.
Sylvia menyimak kata-kata Dana, Sylvia tidak merajuk namun kini dengan wajah yang lebih serius.
"Aku tahu kamu selalu menungguku, begitupula aku, tapi maaf untuk hal ini aku bisa melakukan jika aku benar-benar dalam keadaan aman, aku tidak bisa menghubungimu ketika aku sedang bekerja, jadi aku mohon pahami aku, karena dengan jalan begini aku yakin bisa memasuki keluarga Fernando, bukan lagi perusahaan. Jelas perusahaan dari dulu sudah aku pegang, apalagi sekarang semua yang masuk ke CEO aku yang handle," jelas Dana dengan wajah tersenyum.
Sylvia kembali membelakkan kedua matanya, dengan kata semua 'berkas Dana yang handle', seakan itu memperjelas jika perusahaan itu telah kembali ke tangan Dana tinggal menyingkirkan keluar Fernando.
Dana juga menjelaskan secara rinci tanpa ada yang tertinggal, dan membuat Sylvia manggut-manggut.
"Sekarang kamu pahamkan? aku juga tidak bisa sering pulang, aku tidak ingin orang-orang Fernando mengetahui keberadaan kalian, jadi untuk sementara maaf jika aku kurang komunikasi denganmu, dan satu hal, jangan berpikir buruk, bagaimana pun aku dekat dengan wanita lain, itu hanya urusan kerja. Dan itu alat pancingku agar bisa memasuki sarang buaya." jelas Dana, dan membuat Sylvia kembali menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana cantik apa kamu masih marah?" tanya Dana dengan mencolek dagu dan menatap Sylvia dengan wajah yang penuh pesona.
Jelas membuat Sylvia tersenyum dengan tersipu malu dengan wajah merona.
"Janji yah, kalau kamu akan menghubungiku di saat waktu lenggang apalagi malam? dan mohon kabari jika kamu misalnya besok tidak dapat mengabariku, takutnya malam hari kamu harus berada di tengah keluarga Fernando," pinta Sylvia.
"Aku usahakan sayang, dan aku mohon jangan merajuk lagi ya, karena semua itu membuatku tidak dapat bekerja, aku jadi hidup tak tenang, dan sungguh merusak kinerja kerjaku, karena rajukanmu itu membuatku hilang konsentrasi dan profesionalisme ku dalam bekerja," jelas Dana kembali.
Kembali Sylvia membulatkan kedua bola matanya dan menelan salivanya, "Apa kamu tidak berbohong? ngaruh sekali aku pada dirimu? ah mana mungkin," sanggah Sylvia tidak percaya.
Dana tersenyum, "Jika tidak mana mungkin aku langsung ke sini dengan kondisi yang kurang kondusif," jelas Dana kemudian.
"Maaf," ucap Sylvia menyesal.
"Tidak apa sayang, tapi lain kali jangan di ulang ya," ucap lembut Dana dengan mengusap rambut Sylvia halus.
"Terimakasih," ucap Sylvia dengan langsung memeluk Dana.
Dana pun langsung terhenyak kala mendapatkan pelukan dari kekasihnya itu. Dana balik memeluk erat, dan itu terhenti kala mendengar Shifa memasuki ruang tamu tersebut.
Bersambung ...