Di era teknologi yang melesat bak roket, manusia telah menciptakan keajaiban: sistem cerdas yang beroperasi seperti teman setia. Namun, Arcy, seorang otaku siswa SMA kelas akhir, merasa itu belum cukup. Di puncak gedung sekolah, di bawah langit senja yang memesona, ia membayangkan sistem yang jauh lebih hebat—sistem yang tak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kekuatan energi spiritual, sebuah sistem cheat yang mampu merajut takdirnya sendiri. Mimpi itu, terinspirasi oleh komik-komik isekai kesukaannya, membawanya ke petualangan yang tak terduga, sebuah perjalanan untuk mewujudkan sistem impiannya dan merajut takdir dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evolved 2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghajar Pembuli
Mentari pagi menyinari kota, hari itu disekolah, Arcy dengan kemeja putih bersih dan celana abu-abu, dan kacamata yang membingkai di wajahnya, bergegas menuju kelas 2-B menemui Sekar. Namun, begitu sampai, ia tak melihat Sekar ada dikelasnya.
Arcy mencoba menghubungi Sekar, tetapi panggilannya tak terjawab. Ia kemudian bertanya pada seorang siswi di kelas itu.
"Apa kamu lihat Sekar?"
Siswi itu justru tertawa sinis. "Sekar? Oh, dia sedang bersenang-senang dengan Nabila," jawabnya, lalu menunjukkan sebuah video rekaman di ponselnya.
Arcy terkejut melihat video itu. Di video itu, Sekar terlihat terikat di kursi, tubuhnya basah kuyup disiram air.
Amarah Arcy membuncah. "Di mana mereka?!" geram Arcy.
Siswi itu mengangkat bahu, nada suaranya meremehkan. "Mana kutahu? Lagian, kenapa kamu peduli?"
Arcy terdiam, menahan emosinya.
"Kenapa Sekar membiarkan dirinya diperlakukan seperti ini?"
Arcy berlari menuju gudang sekolah. Setibanya didepan gudang, dari balik pintu gudang, terdengar suara tawa perempuan yang membuatnya semakin geram. Pintu itu terkunci, tanpa ragu Arcy mendobraknya hingga terbuka lebar.
Di dalam, Nabila dan teman-temannya terkejut melihat kedatangan Arcy.
Belum sempat Arcy bereaksi, seorang anak lelaki tiba-tiba menyerangnya dari belakang. Namun, Arcy tak selemah itu, dengan sigap ia berbalik dan menghajar anak lelaki itu hingga tersungkur ke lantai.
Arcy mengalihkan pandangannya pada Sekar yang terikat di kursi, pakaiannya basah dan tubuhnya menggigil. Tanpa berpikir panjang, Arcy menghampirinya dan membuka ikatan itu.
"Sekar, kamu baik-baik saja?" tanya Arcy cemas.
Sekar hanya menatapnya dengan tatapan kosong, lalu menyebut namanya lirih. "Arcy..."
"Kenapa kamu membiarkan mereka melakukan ini padamu?"
Ia tahu Sekar berusaha menyembunyikan identitasnya dan tidak ingin melanggar aturan, tapi bukan berarti ia harus menerima perlakuan seperti ini. Arcy merasa bersalah, ia merasa gagal melindungi Sekar sesuai janjinya.
Arcy berdiri, mengangkat kacamatanya dengan sentuhan kecil, lalu menatap tajam Nabila dan teman-temannya. Nabila sama sekali tidak menunjukkan rasa takut, ia justru menatap Arcy dengan tatapan meremehkan.
"Apa yang mau kamu lakukan?" tantang Nabila.
Arcy mengepalkan tangannya, siap melayangkan pukulan. Namun, Sekar meraih tangannya, mencegahnya. "Jangan, Arcy. Jangan lakukan ini. Aku tidak mau kamu mendapat masalah."
"Tapi, mereka sudah keterlaluan!"
Sekar menggelengkan kepalanya. "Arcy, aku baik-baik saja."
Arcy menghela nafas mencoba menenangkan dirinya, ia tidak bisa berbuat apa-apa, ia terpaksa menuruti permintaan Sekar. Ia lalu merangkul Sekar keluar dari gudang itu.
Nabila dan teman-temannya tertawa mengejek mereka. "Cih, payah! Dasar lemah!"
Arcy mengabaikan ejekan itu. Saat hendak keluar dari pintu gudang, Arcy mendorong Sekar keluar lebih dulu, lalu dengan cepat menutup pintunya dan menguncinya dari dalam.
"Arcy!" teriak Sekar panik sambil menggedor-gedor pintu.
Arcy tidak menghiraukannya. Ia mengangkat kacamatanya dengan sentuhan kecil, lalu berbalik, menatap Nabila dan teman-temannya yang kini terkurung di dalam gudang bersamannya.
Mereka masih menatap Arcy dengan tatapan meremehkan, belum menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.
Arcy menatap Nabila dan teman-temannya dengan sorot mata yang dingin. Tawa meremehkan mereka perlahan memudar, digantikan dengan raut kebingungan dan sedikit ketakutan.
Arcy melangkah maju, aura intimidasi terpancar dari dirinya.
"Kalian pikir ini lucu?" desis Arcy dengan suara rendah namun menusuk. "Kalian pikir bisa seenaknya memperlakukan orang lain seperti ini?"
Nabila mencoba mempertahankan sikapnya, meskipun raut wajahnya mulai menunjukkan kegelisahan. "Apa yang akan kamu lakukan? Kamu tidak berani menyentuh kami," ucapnya dengan nada yang sedikit bergetar.
Arcy tersenyum sinis. "Oh ya? Kita lihat saja."
Tanpa menunggu lebih lama, Arcy bergerak cepat. Ia meraih salah satu anak lelaki yang tadi menyerangnya dari belakang dan membantingnya ke dinding. Anak itu meringis kesakitan, memegangi punggungnya.
Nabila dan teman-temannya terkejut melihat tindakan Arcy yang tiba-tiba. Mereka mencoba melawan, tetapi Arcy terlalu kuat dan terlalu cepat. Dengan gerakan yang brutal dan tanpa ampun, Arcy menghajar mereka satu per satu. Pukulan demi pukulan mendarat di tubuh mereka, membuat mereka tersungkur ke lantai.
Di luar gudang, Sekar mendengar suara jeritan dan rintihan kesakitan dari dalam. Hatinya mencelos, ia tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana. Ia terus menggedor-gedor pintu, memanggil nama Arcy dengan putus asa.
"Arcy! Hentikan! Jangan lakukan ini!"
Namun, suara Sekar tenggelam oleh suara jeritan dan benturan di dalam gudang. Arcy seolah tidak mendengar apa pun, ia terus melampiaskan amarahnya pada Nabila dan teman-temannya.
Di dalam gudang, Nabila dan teman-temannya sudah tidak berdaya. Tubuh mereka penuh dengan luka memar dan darah. Mereka merintih kesakitan, memohon ampun pada Arcy.
Arcy berdiri di tengah-tengah mereka, napasnya terengah-engah. Ia mengangkat kacamatanya dengan sentuhan kecil, lalu menatap mereka dengan tatapan dingin dan tanpa ampun.
"Jangan pernah lagi kalian menyakiti siapa pun. Jika kalian berani melakukannya lagi, kalian akan berhadapan denganku."
Setelah mengatakan itu, Arcy berbalik dan berjalan menuju pintu gudang. Ia membuka pintu dan melihat Sekar berdiri didepannya dengan raut marah karena Arcy tidak mendengarkannya.
Sekar masuk ke dalam gudang dan terkejut melihat Nabila dan teman-temannya terbaring meringkuk, tubuh mereka penuh memar dan noda darah.
Tanpa ragu, Sekar menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan mereka. Cahaya keemasan menyelimuti tubuh Sekar, dihiasi benang emas yang menjalar ke tubuh Nabila dan teman-temannya, memulihkan luka-luka mereka.
Arcy berbalik, melihat Sekar mengobati mereka. Ia kemudian berkata, "Kamu boleh sembuhin mereka, tapi jangan sentuh ingatan mereka. Biar mereka tahu kenapa mereka ada di sini. Ini bukan cuma soal kamu, Sekar. Ada banyak yang udah menderita karena mereka."
Setelah mengatakan itu, Arcy pergi meninggalkan Sekar.
Arcy menuju toilet pria dan mencuci tangannya. Saat bercermin, ia merasa aneh pada dirinya sendiri. Ia tidak pernah merasa semarah ini sebelumnya, seolah dirasuki oleh sesuatu.
Tindakannya terasa berlebihan, tidak seperti dirinya yang biasanya. Arcy memperhatikan lebih dalam bayangannya di kaca, dan ia melihat aura hitam samar menyelimuti tubuhnya.