NovelToon NovelToon
Parting Smile

Parting Smile

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Alyanceyoumee

Laki Abrisam Gardia adalah seorang penyanyi religi tersohor berusia 28 tahun yang sangat akrab dengan kesempurnaan. Dia memiliki sempurna rupa, harta, dan silsilah keluarga. Ketika kuliah S-2, dia dipertemukan dengan Mahren Syafana Humairoh, sosok perempuan tangguh yang hidup sendiri dengan menanggung utang yang di tinggalkan oleh almarhum ayahnya.

Pertemuan mereka menjadi awal malapetaka. Maksud hati Laki menolong Syafa yang tengah kesulitan dengan mengamankan Syafa di salah satu hotel miliknya, malah membuat beredar kabar di sosial media, bahwa Syafa adalah wanita satu malam Laki. Kondisi semakin kacau. Desakan media dan keluarga membuat Laki dan Syafa memutuskan untuk menikah kontrak.

Janji mereka adalah, tidak ada cinta. Hanya ada parting smile, setelah 5 tahun pernikahan. Namun, waktu yang dihabiskan bersama membuat keadaan menjadi rumit. Ada luka ketika sosok lain hadir diantara keduanya. Mungkinkah cinta perlahan tumbuh diantara keduanya?

AWAS!ZONA BAPER!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alyanceyoumee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23 Ibu

Sebelas tahun lalu.

"Hey! Wajah merah!!!" teriak Laki yang tengah berdiri di koridor kelas.

Aissshhh!

Wanita yang dipanggil wajah merah itu emosi. Dia menghentikan aktifitas menyapu taman depan kelasnya. Menatap sangar pada Laki. "Saya punya nama, ya! Kalau kamu memanggil saya dengan sebutan itu terus! Kamu akan mati!!!" ancam Syafa, setelahnya dia menggigit bibir bawah sambil sedikit menunduk, menyesali ancaman yang telah diutarakan. Pasalnya, setelah mengucapkan kata kasar tersebut, dia baru sadar bahwa ada Ami dari lelaki yang baru saja mengejek dirinya. Ratu lembut dan kecantikan. Banyak teman-temannya menjuluki Ami dari Laki dengan julukan tersebut.

"Uuuhhh... Takuuut!" ledek Laki. "Ami, lihatlah. Benarkan apa yang Laki bilang, wajahnya selalu merah, khumairoh. Seperti namanya," adu Laki, mencari pembenaran.

Halila tersenyum. Sorot matanya menatap bergantian Laki dan Syafa yang masih remaja saat itu. "Neng Syafa, Laki menyebalkan, ya?!" ucap Halila lebih ke arah membela Syafa. Syafa tersenyum hambar mendengarnya. Dia bingung sendiri. Walau bagaimanapun Halila adalah pemilik yayasan tempat dia bersekolah sekaligus Ami nya Laki. Musuh bebuyutannya. Ya, Syafa yakin pada akhirnya Halila pasti berada di pihak Laki, putranya. Dia tidak boleh sembarangan bicara.

"Waah, Ami payah. Malah mihak dia. Ami tidak lupa bukan? darah dagingmu tengah berdiri di sampingmu, Ami," gerutu Laki, cemburu. Dan hal itu malah membuat Halila tertawa.

"Kamu tau, Kak? Abi mu dulu juga suka menggoda Ami, seperti kamu menggoda Syafa. Sangat menyebalkan. Ternyata Abi bersikap seperti itu karena Abi jatuh hati sama Ami. Siap-siap saja ya, kayaknya nanti Kak Laki juga jodoh sama Syafa."

Laki melengos pergi, dan Syafa menyapu kembali taman tanpa seucap kata. Sementara Halila menahan tawa melihat kelakuan keduanya.

🍃🍃🍃

"Heeeeh..., ya, sepertinya aku sudah kena kutukan Ami," rutuk Syafa sambil menatap lesu wajah cantiknya yang sudah dirias dengan cantik paripurna. Baru saja dia mengingat kejadian sebelas tahun lalu antara dirinya dan Laki.

"Ya? Kenapa Neng?" tanya penata rias sambil merapihkan kerudung yang Syafa kenakan. Wanita berusia tiga puluh delapanan itu sedikit mendengar ucapan pengantin yang tengah dirias olehnya.

"Oh. Tidak, teh," elak Syafa sambil menyabitkan bibir. Membuat aura kecantikannya semakin memancar sempurna.

"Hmm, sepertinya gerutuan rahasia, ya?" Syafa mengangguk pelan. Diikuti anggukan penata rias terkenal dan termahal bernama Rena Arsyi yang kompeten itu.

"Selesai," ucap Rena Arsyi sambil menatap Syafa di cermin bundar yang tertengger tepat dihadapannya.

"Ya Allah..., kamu cantik sekali sayang. Pantesan Kak Laki kesengsem," puji Rena.

Syafa tersipu. Dia menajamkan tatapan. Meneliti bayangan dirinya di cermin. Ya, setidaknya berkat riasan sosok profesional, dia merasa Laki sang penyanyi terkenal dan sukses, kaya raya, tampan, keturunan sultan itu, tidak perlu merasa malu bersanding dengannya. Dia mengakui bahwa pantulan wajah dirinya di cermin sangat... cantik.

Ya, semua akan baik-baik saja Syafa.

"Assalamualaikum," Tiba-tiba seseorang mengucap salam sambil membuka pintu dan memasuki kamar rias. Syafa dan Rena menjawab salam dari dalam. Benar dugaan Syafa, seseorang yang mengucap salam itu adalah Halila. Syafa sangat kenal dengan suaranya.

"Sudah selesai?" tanya Halila pada Rena Arsyi.

"Sudah, Bu," jawabnya.

"Alhamdulillah, bisa minta waktu untuk bicara sama putriku sebentar?"

Halila meminta Rena untuk meninggalkan nya bersama Syafa. Lalu setelah meng-iyakan, dengan segera Rena keluar dari dalam kamar rias. Menuju ke arah utara dari resort besar dan mewah milik keluarga Gardia yang kerap kali dijadikan tempat acara walimahan dengan biaya sewa kurang lebih ratusan juta.

Halila berjalan mendekat ke arah Syafa. Bibirnya menyabit, sementara kedua bola matanya berkaca. Wanita itu mendekap Syafa dengan erat. "Terimakasih karena sudah bersedia menikahi Kak Laki ya, sayang," ungkapnya dengan nada bicara terbata. Saat itu hati Syafa seolah menciut. Ucapan Halila membuat seluruh tubuhnya bergeletar. Maaf, Ami. Aku berjanji, sampai akhir aku akan berusaha menunjukan hal yang wajar antara aku dan Laki. Sama wajarnya dengan pernikahan yang lain, batin Syafa.

Halila melepas dekapan. Lalu menatap Syafa sambil mengelus kedua lengannya. "Kamu cantik sekali sayang. Sangat cantik."

"Terimakasih Ami, tetep cantikan Ami, ko," puji Syafa. Dia berusaha menghilangkan rasa canggung. Walau bagaimanapun, lima tahun kedepan Halila akan menjadi ibu nya. Mertuanya.

"Itu mah kata Abi Syaki atuh," ungkap Halila dengan sedikit terkekeh. Kedua wanita itu tampak sedikit tertawa.

Jemari kedua tangan Halila menggenggam jemari tangan Syafa. Mengelus-elus dan menepuknya berulang. Lalu setelah menarik napas panjang. Wanita itu bicara dengan penuh keraguan. "Sayang, kamu tau bukan, Kak Laki, Ami, Abi, kakek, Nenek, semua keluarga Kak Laki, terlebih alamarhum Ayah Syafa, dan... Ibu Syafa, semua sangat sayang sama Syafa. Hm?"

Syafa mengangguk pelan. Segala ucapan dan sikap Halila membuatnya sedikit curiga. Syafa yakin, ada hal penting yang hendak Halila sampaikan padanya.

"Ada apa, Ami? Katakanlah. Syafa siap mendengarkan," ucap Syafa.

Bibir Halila menyabit. Lalu setelahnya dia memberanikan diri menyampaikan hal yang sejak tadi rasanya begitu berat diungkapkan. "Ada seseorang yang mau bicara sama Syafa," Diluar sadar, air mata Halila menetes saat mengatakan itu. Entahlah. Saat itu..., tiba-tiba dia mengingat perjuangan hidup gadis yang sebentar lagi hendak menjadi menantunya. Dia menjadi sangat nelangsa.

"Oh. Siapa, Ami?"

Hening.

"Ami?" tanya ulang Syafa.

"Ibumu, Nak." Suara Halila terbata.

"Hm?" Syafa merasa baru saja dia salah mendengar.

"Assalamualaikum,"

DEG!

Serentak jantung Syafa seolah berhenti berdetak. Suara itu... tidak. Itu tidak mungkin. Otak Syafa berusaha mengingkari keyakinannya. Ibu? Setelah enam tahun?

Perlahan Syafa menoleh ke arah seseorang yang baru saja mengucap salam. Lalu kedua kaki wanita bergaun pengantin mewah dan elegant itu refleks mundur beberapa langkah.

Ibu? batinnya lirih.

Matanya berkaca. Sementara geliginya mengeras. Kedua jemari tangannya mengepal erat. Rasa sedih dan benci mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Enam tahun. Selama itu wanita yang dipanggilnya ibu itu menghilang. Meninggalkannya. Lalu sekarang tiba-tiba saja dia datang sesukanya. Semaunya. Keterlaluan! Bagi Syafa ini sangat keterlaluan.

"Ami keluar ya, sayang," pamit Halila dengan kedua tangannya yang tak henti mengelus jemari Syafa. Dia tidak tega meninggalkan, tapi tetap harus membiarkan Syafa bicara berdua dengan Vira. Ibunya. Ibu yang meninggalkannya.

Sekuat tenaga Syafa mencegah proses lakrimasi di mata. Tidak. Walau bagaimanapun dia tidak mau meneteskan air mata di depan ibunya. Syafa memilih untuk memalingkan pandangan. Dia tidak sanggup jika harus bertatapan dengan ibunya. Terlalu menyakitkan.

Tampak Vira meremas-remas kan kedua jemari tangannya yang bertautan. Lalu wanita paruh baya itu memberanikan diri untuk bicara.

"Bagaimana kabar mu, Nak? Ibu..."

"Ibu? Setau saya, seorang ibu tidak pernah pergi sesukanya. Bahkan seekor harimau pun tidak pernah meninggalkan anaknya. Lalu anda? Apa anda masih merasa pantas dipanggil dengan sebutan Ibu? heh, ironis sekali." Syafa bicara dengan sinis. Wanita itu meluapkan kemarahannya. Sementara hatinya menangis pilu. Hatinya sakit, seolah teriris ketika mengatakan itu.

Vira terdiam. Wanita paruh baya itu mulai meneteskan air mata. Dengan lapang dia menerima kemarahan putrinya. Ya, dia pantas menerima itu. Dia menyadarinya.

"Ibu minta maaf...."

"Pergilah, berbahagialah dengan kehidupan anda sendiri. Tidak usah mengurusi hidup saya. Sudah saya buktikan, selama enam tahun hidup saya baik-baik saja tanpa anda. Iya kan? Jadi..."

"Syafa..." lirih Vira.

"Cukup! Saya mohon. Silahkan lakukan lagi apa yang anda lakukan dulu. Membuang saya! Menganggap saya bukan darah daging anda yang berharga! Tolong, bersikap bebas lah lagi seperti dulu." Tampak Syafa mengusap bulir air matanya yang menclos di luar sadar.

Vira menangis pilu. Dia menyesali semuanya. Dia punya alasan melakukan itu. Tapi, sampai kapanpun dia tidak akan mengatakannya. Tidak akan pernah.

🍃🍃🍃

Setelah bicara dengan Bardan, suami ibunya Syafa. Dengan tergesa Laki berlari menuju kamar rias Syafa yang terletak cukup jauh dari keberadaannya. Dia abaikan puluhan keluarga dan kerabat yang menatap heran ke arah dirinya. Laki hanya ulaskan senyuman sebagai bentuk jawaban atas tanya tertahan dari setiap orang yang menatapnya.

Untung saja tidak ada reporter di dalam gedung. Keluarga Gardia membatasi gerak mereka hanya sampai depan gerbang resort saja. Seandainya ada, mereka pasti mendramatisir gerak Laki menjadi hal yang melebihi wajar. Pasti.

Beberapa orang mulai memanggil Laki, tapi lelaki berkostum tuxedo morning coat warna hitam hasil designer tersohor di manca negara itu mengabaikannya. Laki terus berlari. Menyusuri gedung dengan dekorasi mewah itu tanpa sedikitpun menunjukan rasa takjub nya. Tidak, dia tidak sempat menikmati segala kondisi dan keindahan semua penyempurna dari kemegahan pernikahannya. Otaknya terlalu dipenuhi oleh ingatan akan apa yang sudah dibicarakan Bardan mengenai Vira padanya. Secepatnya dia harus bertemu Syafa.

Sesaat langkah Laki terhenti. Ketika dirinya berpapasan dengan Halila yang berjalan tak kalah cepat pula.

"Kak, Abi nyuruh Ami ke depan. Koleganya Abi datang. Tapi Syafa lagi bicara berdua sama Ibunya. Kak Laki bisa temani Syafa dulu? Ami takut Syafa kenapa-napa. Dia pasti berat menerima kehadiran Bu Vira secara tiba-tiba. Temui dia, ya. Dari tadi Ami nyari tante sama Ua mu, tapi gak ketemu. Nanti Ami kesana lagi. Ya," perintah Halila. Dan Laki hanya mengangguk saja. Dia tidak banyak bicara. Memang sejak awal juga dia berencana begitu. Menemui Syafa.

Selang beberapa langkah dibelakang Halila. Tiba-tiba Ami-nya itu kembali memanggil Laki. "Kak, Ami bangga sama Kak Laki." ungkapnya sambil mengacungkan kedua jempol tangan. Laki tersenyum. Lalu kembali berlari menuju kamar rias Syafa dengan menarik Syakila yang tengah berbincang dengan rekan kerja nya.

"Jangan banyak bertanya, kakak minta kamu ajak Bu Vira menemui nenek dan Wa Nadia nanti, ya," mohon laki disela langkah cepat nya.

"Bu Vira?" tanya Syakila.

"Ibu nya Kak Syafa," jawab Laki.

"Apa? Bukannya sudah meninggal?"

"Sudah kakak bilang jangan banyak tanya," tekan Laki.

Syakila menghempaskan napas pasrah. Ada juga orang yang minta bantuan tapi banyak merintah. Dan itu adalah kakak nya sendiri. Menyebalkan.

"Kamu tunggu di sini, jangan berani mendekati kamar Kak Syafa. Nanti Kak Laki antar bu Vira ke sini. Sekarang kamu hubungi Nenek sama Wa Nadia saja. Tanyakan posisi mereka. Lalu nanti kamu ajak Bu Vira ke mereka. Mengerti?! Tugas kamu adalah menjaga bu Vira, jangan sampai dia pergi pas acara berlangsung. Paham?!" Tanpa sebuah jawaban dari Syakila, Laki meninggalkan adiknya tersebut tepat di depan lift. Kurang lebih berjarak enam meter dari kamar rias Syafa.

"Kak Laki, aku tidak akan menanyakan apa masalah yang sebenarnya tengah terjadi. Tapi, segitu cintanya ya sama Kak Syafa? Sampai kamu berlarian begitu. Jangan sampai baju tuxedo super mahal mu kusut. Kasian Kak Syafa, nanti malu kalo suaminya kucel, hehe." Syakila meledek Laki. Membuat kakaknya itu sesaat memutar tubuh untuk menunjukan kepalan tangan sebagai ancaman dengan seulas senyuman.

Beberapa detik kemudian, Laki terhenti di depan pintu kamar rias Syafa. Menyetabilkan tarikan napasnya yang sedikit ngos-ngosan karena berlarian. Menghempaskan napas panjang sebagai penutup kekhawatiran.

"Ibu..., ibu tau..., ibu tau ibu salah, Nak." Tepat saat Laki mendorong handel pintu, dia mendengar Vira mengatakan itu di tengah isaknya. Laki mengurungkan niat untuk masuk. Geraknya terhenti dalam keadaan kepala sedikit menyembul di lubang pintu.

"Tidak ada satu hari pun yang ibu lewatkan tanpa mengingatmu. Tapi, ibu tidak berdaya. Ibu punya alasan meninggalkanmu," lanjut Vira. Air matanya masih tetap berderai. Dan Syafa mengabaikannya. Dia tidak sudi mendengar permohonan maaf yang terdengar basi di gendang telinga. Apapun alasan Ibunya meninggalkan dirinya, Syafa merasa tidak akan cukup mengobati luka hatinya. Enam tahun dia berjuang sendiri, dikejar-kejar penagih hutang. Dihantui ketakutan. Dimana ibunya? Tidak ada.

"Ibu sangat bahagia, ketika tau kamu hendak menikah dengan Nak Laki. Ibu..."

"Oh! Jadi Karena itu? Karen saya mau menikah dengan lelaki kaya raya, makanya anda datang menemui saya?!" potong Syafa dengan sangat sinis.

"Syafa!" potong Laki, menekan. Syafa sudah bicara berlebihan pikirnya. Lalu lelaki itu berjalan memasuki ruangan, dan berdiri di samping Vira yang menangis pilu.

🍃🍃🍃

To be Continued

Sudah siap angpau kondangan nya belum? Udah Hari H nih... ☺️. Jangan lupa like dan komen nya ya....

1
Yoona
🤣😭
Mamaz
Makin seruuuu.... semangat lanjut terus thor
Mamaz
Tau rasa dimarahin kamu Ki. usil sih...
Mamaz
Haha Laki... kamu lucu....
Dewi Ink
pikiran kotor wanita😂😂
CumaHalu
Ya, aku akan kembali lagi besok Laki-lakiku🤭
Mamaz
kirain basah karna apa ya amoun thor...
Mamaz
Ini epek Laki ga pernah nyentuh perempuan lain selain ibu sama adik-adiknya ini.../Chuckle/
Mamaz
Damar mah ga ketebak mau ngapa-ngapain teh
Mamaz
Taoi suka kan ya?
Mamaz
Senyum ga senyum tetep cantik Syafa...
Mamaz
Lama-lama cinta pasti
Andrej
saya mampir ya kak
PjMaha
Macam bunglon /Tongue/
PjMaha
Semangat 45💃💃💃 ye ye ye ye
PjMaha
Ehem-ehem /CoolGuy//CoolGuy/
PjMaha
Namanya, Laki? /Shy/
SKU
Lanjut thor;..
SKU
kenapa Syafa?
SKU
Syafa jangan asal main gigut bibir depan kucing hey....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!