NovelToon NovelToon
Bulan & Angkasanya

Bulan & Angkasanya

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama
Popularitas:444
Nilai: 5
Nama Author: Keirina

Sejak bersama dengan Kenneth hidup Bulan semakin dipenuhi dengan warna.

Sejak bersama dengan Bulan hidup Kenneth kembali dihiasi dengan kebahagiaan.

Kenneth selalu berhasil mengukir senyum di wajah Bulan bahkan hanya dengan melihatnya.

Bulan berhasil membuat Kenneth ingin hidup lebih lama.

Seperti tawa yang berdampingan dengan air mata, juga hal baik yang berdampingan dengan hal buruk. Kisah cinta pertama mereka juga begitu.

Bulan berharap mereka selamanya.
Kenneth juga berharap yang sama dalam ketakutannya.

Semua ingin akhir yang bahagia, tapi tidak ada yang benar-benar tau pada akhirnya akan seperti apa.

Kenneth yang selalu membuat Bulan tersenyum kini juga berhasil membuat Bulan sering menangis dalam keheningan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keirina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MASIH TENTANG HUJAN

"Lo berapa bersaudara?"

Kenneth yang sedang menyetir mobil melirik Bulan yang duduk di sampingnya dengan kaki yang disila, sebelumnya Bulan sudah minta izin terlebih dulu pada Kenneth, takut dia marah.

"Biar kita ada obrolan aja, bisa gila gue kalau kita cuma diem-dieman sampai rumah" Kata Bulan jujur menjawab lirikan mata Kenneth.

Kenneth menyunggingkan bibirnya kecil sambil memperhatikan jalanan di depannya, "Gue anak tunggal"

Kenneth melihat Bulan sekilas yang masih menatap lurus ke depan.

"Jadi lo di rumah berdua aja sama nyokap?" Tanya Bulan lagi sambil menatap Kenneth yang dibalasnya dengan anggukkan.

Kenneth dan Bulan kembali diam selama beberapa menit tidak tau harus membicarakan apalagi.

"Berarti ayah lo meninggal dua tahun yang lalu?" Tanya Bulan kembali bersuara memecahkan keheningan di antara mereka.

Kenneth mengangguk, melihat Bulan.

"Ayahkan perginya sebelum gue lahir, jadi gue nggak ngerasain tuh perasaan kehilangan seorang ayah, tapi gue sempet sedih aja karena nggak punya ayah kayak orang-orang" Bulan kembali menatap Kenneth, "Pasti di posisi lo lebih berat" Katanya tiba-tiba

Kenneth menatap Bulan begitu menghentikan mobilnya di lampu merah. Bulan terlalu random untuk Kenneth bisa tebak arah topik pembicaraannya.

"Lo pasti merasa kehilangan sosok ayah banget daripada gue," Bulan mengalihkan matanya yang bertemu dengan kedua mata Kenneth, "Tapi, setidaknya lo lebih beruntung karena sempat merasakan kehadiran sosok ayah" Lanjut Bulan, "Jadi iri" Katanya, lalu tertawa kecil yang malah terdengar menyedihkan di telinga Kenneth.

Kenneth masih diam. Dia melihat lampu lalu lintas yang belum berubah warna, "Menurut gue lebih beruntung lo" Katanya yang membuat Bulan menatapnya bingung. Lalu, Kenneth kembali mengendarai mobilnya karena lampu lalu lintas sudah berubah hijau.

"Yahh...hujan lagi!" Seru Bulan begitu melihat tetes demi tetes air yang kembali jatuh membasahi kaca mobil Kenneth. Menghentikan obrolan berat mereka.

"Untung gue sama lo kalau nggak basah pasti sampe rumah" Bulan melihat Kenneth

Kenneth menyunggingkan bibir tersenyum.

Mereka kembali diam. Bulan memperhatikan hujan yang turun dari kaca jendela sampingnya. Perjalanan ke rumah mereka masih lumayan jauh dan karena hujan jalanan malah jadi macet parah tiba-tiba padahal sebelumnya kendaraan tidak terlalu ramai di jalanan itu.

Kenneth diam memegang stir mobilnya menunggu mobil yang ada di depannya bergerak, karena jalanan yang macet jadi mobil mereka tidak bisa bergerak. Kenneth mengambil handphonenya yang berbunyi, melihat chat masuk dari Revina yang menanyakan keberadaannya.

Kenneth kembali melihat mobil di depannya yang sudah mulai bergerak. Meletakkan handphonenya di atas paha. Menarik tuas persneling mobil dan menjalankan mobilnya maju mengikuti mobil yang ada di depan mobilnya, lalu kembali menarik tuas persneling kembali berhenti.

Kenneth mengambil handphonenya lagi, membuka chat Revina dan membalasnya. Kenneth melihat jam di handphonenya dan meletakkan handphonenya kembali, melihat Bulan yang menatap keluar jendela yang duduk di sampingnya.

"Kayaknya macetnya panjang, lo mau makan dulu gak?" Tanya Kenneth

Bulan menoleh, "Boleh, gue lapar juga"

"Depan dikit ada tempat makan kayaknya"

Kenneth mengangguk.

"Gue ngabarin Ibu dulu kalau gitu" Bulan mengambil handphonenya dan mencari kontak Ibunya, lalu mengabari Ibunya kalau dia akan pulang telat karena, terjebak macet.

***

Kenneth dan Bulan menikmati makanan mereka sambil memandangi hujan yang masih turun dengan lebatnya dari balik kaca mobil. Mereka berdua memutuskan untuk melakukan drivethru dan makan di dalam mobil saja. Karena, hujan yang masih turun dengan lebatnya menyebabkan mereka tidak bisa turun dari mobil sebab jarak dari parkiran ke restoran bisa membuat mereka basah kuyup kalau tidak memakai payung dan Kenneth tidak punya payung di mobilnya.

"Iihh!" Bulan yang sedang mengunyah ayam goreng di mulutnya reflek menutup matanya begitu mendengar suara gemuruh petir.

Kenneth yang melihatnya menaikkan sudut bibirnya.

"Kagett" Bulan menatap Kenneth dengan raut wajah takutnya. Lalu, kembali memakan ayamnya.

"Gue belum nanya tadi, jadi lo berapa bersaudara?"

Bulan menyeruput minuman yang tadi juga mereka beli, tersenyum. "Sama kayak lo anak tunggal juga"

"Sepi dong"

Bulan mengangguk, "Bangett..tapi lagian kayaknya gue juga gak cocok kalau punya adek"

Kenneth memiringkan posisi duduknya menghadap Bulan, "Kenapa?"

Bulan juga memiringkan posisi duduknya menghadap Kenneth, "Gakpapa males aja terus kayak pasti ada aja yang ganggu gue kalau lagi di rumah. Ini karena gue sendiri paling yang ganggu kan cuma Ibu aja"

"Lo memang mau punya adek?"

Kenneth menggeleng, "Gak juga sih"

"Iyakan males, udah paling enak jadi anak tunggal"

"Lihat aja tuh si Yuda harus ngalah mulu sama abangnya. Gue sih gak mau"

"Kayaknya gue belum punya nomor lo" Kata Kenneth sambil menyodorkan handphonenya pada Bulan. Bulan mengambil handphone Kenneth tanpa basa-basi lagi dan langsung mengetikkan nomor handphonenya.

"Coba chat" Kata Bulan mengembalikan handphone Kenneth dan mengecek handphonenya yang sudah ada chat masuk dari Kenneth. Lalu, Bulan langsung menyimpan kontaknya.

"Lengkap sama emot Bulan ya" Kenneth menunjukkan layar handphonenya yang tertulis nama Bulan🌑. "Biar nggak polos banget" Kata Bulan dengan wajah datar, "Nih nama lo" Bulan tersenyum sambil menunjukkan layar handphonenya pada Kenneth yang tertulis nama 'Kenneth🏀'. "Soalnya lo main basket" Katanya yang berhasil membuat Kenneth juga tersenyum.

Obrolan mereka secara alami terus mengalir bahkan sampai ke arah yang tidak jelas sambil menghabiskan makanan yang mereka beli dan menunggu kemacetan berkurang, mobil mereka masih diam di parkiran restoran. Entah apa saja yang mereka berdua bicarakan selama berada di dalam mobil yang sempit itu, sesekali mereka tertawa karena merasa lucu dan Kenneth yang lebih banyak berperan sebagai pendengar dan perespon di dalam pembicaraan mereka baru menyadari kalau ternyata Bulan ternyata lebih banyak bicara daripada yang Kenneth tau. Karena, sedari tadi Bulan yang tidak berhenti menciptakan topik obrolan di antara mereka padahal selama ini saat berkumpul dengan yang lain Bulan lebih banyak berperan menjadi perespon dan pendengar daripada pembicara.

Lumayan lama mereka berdiam di dalam mobil di parkiran restoran sampai hujan akhirnya mulai reda di luar dan mobil Kenneth memutuskan pergi meninggalkan parkiran kembali menyusuri jalanan yang sudah tidak terlalu macet.

***

"Makasih ya" Ucap Bulan begitu mobil Kenneth sudah berhenti di depan rumahnya. Bulan mengambil tas selempangnya dan melihat hujan yang kembali turun dengan derasnya di luar sejak mereka memasuki daerah perumahan, Bulan mengambil ancang-ancang ingin keluar dari mobil dan berlari memasuki rumahnya.

"Lan bentar Lan" Kenneth menghentikan Bulan yang akan membuka pintu mobil.

"Tutupin kepala lo" Kenneth mengambil jaketnya yang ada di kursi belakang dan memberikannya pada Bulan.

Bulan tanpa ragu mengambilnya, "Lusa gue balikin ya" Ucapnya

Kenneth mengangguk.

"Hati-hati Ken" Ucap Bulan lalu keluar dari mobil, menutup pintunya dan dengan cepat berlari memasuki rumahnya sambil memegang jaket Kenneth di atas kepalanya. Begitu berdiri di depan pintu rumahnya, Bulan melambaikan tangannya kecil pada Kenneth yang ternyata belum pergi. Kemudian mobil Kenneth pergi meninggalkan perkarangan rumah Bulan. Bulan mengibaskan jaket Kenneth yang sedikit basah, lalu masuk ke dalam rumahnya.

"Astaga Ibu!" Kaget Bulan begitu masuk ke dalam, melihat Tari yang entah sejak kapan berdiri di dekat jendela di sebelah pintu.

"Ibu ngapain sih??" Bulan melihat Tari sebal sambil berjalan kearah dapur. Tari mengikuti.

"Lihatin kamu lah, tadi Ibu dengar ada suara mobil tapi kok kamunya gak muncul-muncul, jadi Ibu penasaran" Tari menatap Bulan yang sedang minum kepo, "Siapa namanya?"

Bulan meletakkan gelas yang habis dipakainya ke dalam wastafel, "Siapa?" Tanyanya menatap Tari bingung yang saat ini senyum-senyum ke arah Bulan.

"Yang nganterin kamulah, gak mungkin Fahri kan tadi di telfon kamu gak nyebut nama Fahri biasanya kamu langsung bilang kalau lagi sama Fahri" Ucap Tari penasaran

"Emang bukan. Kenneth tadi"

"Kenneth?siapa?kok Ibu baru dengar?"

"Teman sekolah Bulan"

Tari menatap Bulan tidak percaya.

"Benaran. Dia anak baru di sekolah, udah ada sekitar hampir dua bulan yang lalu lah, terus dia masuk tim basket Fahri ya udah jadinya kita sering main" Jelas Bulan, "Lagian dia udah pernah anterin Bulan juga kok sebelumnya, rumahnya di perumahan ini juga soalnya" Ucap Bulan lagi.

Ketika Bulan dan yang lain ke warung Jono waktu itu. Bulan dan Kenneth baru tau kalau ternyata mereka tinggal di perumahan yang sama lewat obrolan mereka setelah kejadian tak terduga Sari dan Niko. Akhirnya waktu pulang Bulan memutuskan nebeng dengan Kenneth biar searah karena, kalau sama Fahri. Fahri jadi harus bolak-balik karena rumah mereka tidak sejalan. Ibaratnya kalau ada pertigaan, perumahan tempat Bulan tinggal belok ke kiri sedangkan tempat tinggal Fahri belok ke kanan.

"Oh yang waktu itu anter kamu naik motor?"

Bulan mengangguk.

"Itu jaket dia?" Tari melihat jaket yang dipegang Bulan

Bulan mengangguk lagi, "Gak ada payung terus dipinjemin buat nutup kepala biar gak kehujanan"

Tari tersenyum menggoda Bulan, "Masa sih cuma teman?sama teman kok dadah-dadah dulu, perasaan kamu kalau dianter Fahri gak gitu"

Bulan salah tingkah melihat Tari yang menggodanya, "Apasih Ibu orang cuma teman memangnya salah kalau dadah-dadah sama teman?"

"Gak salah sih," Tari menatap Bulan yang terlihat salah tingkah menatapnya, "Tapi, kalau kamu yang kayak gitu, aneh. Ibu kan kenal anak Ibu gimana. Pacar kamu kan?" Tanya Tari masih menggoda Bulan

"Cuma teman bu, teman. Udah ah Bulan mau mandi dulu" Ucap Bulan berjalan meninggalkan Tari yang masih menggodanya

"Kenalin ke Ibu dong" Ucap Tari yang tidak direspon oleh Bulan yang langsung masuk ke dalam kamarnya. Tari tertawa melihatnya, lalu berjalan ke sofa melanjutkan rajutannya yang tadi dia tinggal.

1
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Frontier
Blackrose
Daebak!
Ritsu-4
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Joko Castro
Aku suka banget tokoh utamanya, terasa sangat hidup. ❤️
foxy_gamer156
Bikin ketagihan deh.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!