NovelToon NovelToon
Pengantin Bayangan Jadi Tawanan

Pengantin Bayangan Jadi Tawanan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Konflik etika / Pengantin Pengganti / Angst / Roman-Angst Mafia
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kinamira

Ellena dijual ibu tirinya kepada seseorang sebagai pengantin yang diperkenalkan di muka umum, agar istri sah tetap aman.
Namun, di hari pengantin ia diculik sesuai dugaan pria itu, dan disanalah awal penderitaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

"Jadi, wanita ini benar-benar hamil? Anak siapa? Maxim? Tidak mungkin kan? Apa Maxim menggilirnya bersama orang-orangnya?"

Felix menatap Ellena dengan wajah tenang, namun sorot mata yang tajam, mengintimidasi. Sementara yang ditatap masih dalam tidurnya yang lelap.

Pria itu menebak-nebak siapa ayah dari janin tersebut. Hatinya ragu jika itu anak Maxim, karena ia tau jelas kondisi Maxim. Namun, ia juga berharap itu adalah anak Maxim, dan ia bisa memberikan sebuah rencana yang akan sangat seru dijalankan.

Felix menghela nafas kasar, merasa lelah dan kesal menunggu Ellena sadar. Merasa hanya wanita itu yang bisa ia intograsi.

"Istri Maxim bilang mereka melakukan pengobatan kan? Jadi, ada kemungkinan, ini adalah anaknya, dan aku harap itu benar," batinnya dengan mata menyipit menatap lekat Ellena, membayangkan rencananya berjalan sempurna.

"Kapan wanita ini bangun?" batinnya mulai merasa lelah.

Tok tok

Sebuah ketukan di pintu, sedikit mengisi kebosanannya. Pria itu menatap ke arah pintu dan berseru. "Masuk!"

Pintu terbuka memperlihatkan asistennya, dan seorang dokter.

"Kenapa dia belum sadar, ini sudah lebih dua puluh empat jam dia pingsan?" tanya Felix.

"Mohon maaf Tuan, itu tidak bisa saya kehendaki. Semuanya tergantung, nyonya Ellena sendiri, dan seperti yang sebelumnya saya katakan, kandungannya sangat lemah, menjadi salah satu faktor yang menghambatnya untuk segera sadar," sahut dokter tersebut menjelaskan.

Felix menghela nafas pelan, dan berdecih pelan. "Dia pasti trauma, membuatnya tidak mau bangun, CK dasar lemah!" Gerutunya dalam benaknya.

Sementara dokter melanjutkan, dengan begitu sopan. "Maaf Tuan, saya izin mengganti cairan infusnya dulu."

"Hm," balas Felix berdehem acuh tak acuh.

Pria itu mengeluarkan ponselnya. Membuka galeri dalam ponselnya sehingga terlihat foto-foto dirinya dan Ellena yang seolah telah menghabiskan waktu bersama dengan penuh kehangatan.

Ia tersenyum, bukan senang karena foto itu, tapi membayangkan sebuah rencana yang akan menghancurkan.

"Al," panggil Felix.

"Ya Tuan," jawab asistennya itu.

"Posting foto ini di media sosial pribadiku, pikirkan sendiri kalimat caption nya," pintanya sembari mengulurkan ponselnya.

Beberapa saat asistennya itu memperhatikan, kemudian mengangguk. "Baik Tuan," sahutnya segera mengutak-atik ponsel tersebut.

Dalam hitungan menit, foto tersebut terpasang di halaman paling atas media sosial Felix dengan ribuan pengikut itu.

Tidak butuh waktu lama pula, ratusan komentar bermunculan. Banyak diantaranya yang memuji Ellena dan memberikan ulasan positif. Namun, jelas Felix tidak peduli itu. Ia hanya ingin memberikan sesuatu yang menarik.

Felix bangkit dari duduknya. "Aku lelah. Minta dua orang menunggu di sana. Jika dia sudah sadar segera hubungi aku!"

"Baik Tuan."

*

Tersebarnya foto itu pun tidak butuh waktu lama untuk di ketahui Maxim.

Mata pria itu memerah menyala melihat foto-foto Felix dan Ellena di atas ranjang, beserta sebuah foto hasil USG yang menandakan kehamilan Ellena.

"Akh sial!" teriak Maxim membanting ponsel tersebut hingga langsung hancur terhambur di lantai.

Seluruh tubuh Maxim menegang, memperlihatkan urat tubuhnya yang hijau, dan kulit putihnya memerah.

"Kenapa? Kenapa orang sepertinya bisa dengan mudah memiliki anak?" sahut Maxim dengan nafas naik turun kasar.

Sorot mata yang menyala, dan perasaan iri yang membara.

"Akh!" Maxim menendang sofa sebagai pelampiasan hingga sofa itu sedikit berubah posisi.

Tak sampai di sana pria itu mengamuk lebih dalam lagi. Ia membanting apapun yang di raihnya, diikuti suara teriakan yang menggema setiap sudut ruangan itu.

"Aku akan membunuhnya. Aku pasti akan membunuhnya!" teriak Maxim memukul kuat meja mengabaikan rasa sakit, demi melampiaskan hatinya yang sakit.

Tetesan darah keluar dari tangannya, namun Maxim seolah tidak merasakan itu. "Felix Willson, kau orang kejam, kau tidak pantas mendapatkan kebahagiaan ini," gumamnya.

Orang-orang yang menyaksikan hanya bisa diam sedikit menjauh untuk aman dari jangkauan lemparan Maxim.

Beberapa saat membiarkan Maxim melampiaskan amarahnya, hingga pria itu mulai tenang, dan bisa mengendalikan diri.

"Kita harus tangkap Ellena, secepat mungkin," sahut Maxim membuat Johny yang tadinya cukup jauh, berjalan mendekat ke belakangnya, diikuti oleh Liam.

"Tapi, untuk melawan keluarga Willson, kita masih sangat kekurangan orang," sahut Johny.

"Kumpulkan segera bodoh! Lakukan sesuatu! Jika perlu bayar orang biasa saja, kita latih mereka sebelum terjun ke pertarungan!" sergah Maxim.

Ia tidak bisa berpikir tenang. Ia hanya ingin mengambil Ellena kembali secepatnya.

Liam menghela nafas pelan. Dengan pelan ia memberikan pengertian agar Maxim bisa lebih sabar. "Tuan, anda jelas tau siapa keluarga Willson. Awal pembalasan dendam istri anda saja, butuh persiapan setahun lebih. Jika mengambil orang-orang biasa, melatihnya juga butuh waktu. Akan percuma, jika mereka hanya jadi benteng yang lemah."

"Itu benar, keluarga Willson juga semakin kuat. Itu sebabnya dia tidak takut memperlihatkan siapa istrinya. Karena dia tau, dia orang-orangnya, mampu menjaganya," timpal yang lainnya.

Rahang Maxim mengeras, tangannya kembali mengepal dengan kuat. Seolah ia meremukkan sesuatu dalam kepalan besarnya itu.

"Aku akan membuat kepercayaan dirimu hancur Felix!"

"Setelah wanita itu kembali di tanganku, maka itu jadi titik kekalahanmu, kau akan hancur, kehilangan dua orang yang kau sayangi!" batin Maxim dengan sorot mata yang tajam dan penuh semangat akan sebuah kebencian dan balas dendam.

Di tengah-tengah kekacauan itu, Jonathan datang mendekat dengan ponsel menggantung di tangannya.

"Tuan, Tuan Axel menelepon," sahut Jonathan sedikit menunduk menyerahkan ponsel itu dengan dua tangannya.

Maxim melirik sekilas, ia mengambil dan membuang nafas kasar, sebelum menerima ponsel itu.

Pria itu menempelkan di depan telinga. "Ya," sahutnya yang suara khasnya yang berat dan serak.

Maxim terdiam mendengarkan ucapan demi ucapan di seberang sana. Jelas apa yang disampaikan menyenangkan bagi Maxim, karena saat ini pria itu mengulum senyum seringaian.

"Aku terima bantuan mu. Kirim segera, dan terima kasih kakak ipar," sahut Maxim.

Entah apa lagi yang dikatakan diseberang sana, namun Maxim, kembali diam dan tenang mendengarkan.

"Tentu saja, aku tunggu kalian," tuturnya hingga beberapa detik kemudian panggilan itu berakhir.

Maxim tersenyum penuh arti. "Kumpulkan pasukan kita. Susun rencana, tiga hari lagi, kita jemput Ellena, istri Felix Willson!"

1
muznah jenong
lanjutkan
Mia Camelia
lanjut thor, cerita nya makin mendalam nih😄tumben si maxim mau dengeriin elena. nah gitu dong elena bisa ngomong yg jujur k maxim. aduh jd makin penasaran nih....
muznah jenong
lanjut
muznah jenong
suka
muznah jenong
suka suka suka.../Heart//Heart//Heart//Heart/
Mia Camelia
semangat thor..........
aku pembaca setia mu😁
Mia Camelia
lanjut thor...
nah ini baru elena nya ngelawan, jgan diem aja sm maxim atau felix klo lgi di ancam...
update lgi thor....
bikin penasaran nih😁
Mia Camelia
lanjuuut thor, ...
knapa maxim gk peka sih klo elena hamil anaknya ?? jangan felix terus dong yg menang , kasiah maxim😑
muznah jenong
💗💗💗👍👍👍
partini
aduh
Mia Camelia
Ayoo thor update lgi yg banyak. semoga nanti ellena bisa di tangkep lgi sm maxim. lebih cocok sm maxim. tolong chapter nya di panjangiiin thor, biar puas baca nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!