Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 23
Gryas saat itu juga langsung menemui keluarga pendonor. Dengan rasa terimakasih yang sangat dalam, Gryas benar-benar sampai membungkukkan tubuhnya.
"Saya sungguh berterimakasih atas kelapangan hati Tuan dan Nyonya. Saya ... saya sungguh... ."
Gryas tidak bisa melanjutkan ucapannya. Bibirnya sangat sulit untuk bicara sekarang. Hanya dengan melihat wajah mereka saja, Gryas bisa merasakan rasa sakit kehilangan sang buat hati.
Greb!
Gryas terkejut saat tubuhnya dipeluk. Dan siapa sangka yang memeluk itu adalah ibu dari anak yang mendonorkan hatinya padanya Arlo.
"Dokter, kami bahagia anak kami bisa membantu hingga akhir hidupnya. Semua ini sudah jalan Tuhan. Kami sudah ikhlas. Kami bisa melihat senyum anak kami pada diri anak-anak yang mendapatkan bagian tubuh dari anak kami. Jadi, Anda jangan merasa sedih atas kami."
"Aaah ya Tuhan, saya sungguh tidak bisa berkata apa-apa lagi Nyonya. Tapi saya bersumpah, bahwa saya akan menjaga anak saya dan membuatnya menjadi orang yang gemar membantu orang lain. Sekali lagi terimakasih Nyonya dan Tuan."
Tak hanya sekedar berterimakasih melalui ucapan, Gryas juga mengantarkan sang anak penolong itu hingga ke pemakamannya. Isak tangis mengiringi kepergian gadis kecil itu.
Hati Gryas teriris, entah dia harus bahagia atau tidak dengan Arlo yang mendapatkan donor tersebut. Tapi yang pasti apa yang dikatakan Lars dan si ibu dari anak itu benar adanya bahwa semua ini sudahlah menjadi kehendak Tuhan.
Acara pemakaman usai, tapi Gryas tak kunjung pergi dari sana. Dia masih ingin sejenak berada di sana untuk melepaskan si gadis kecil penolong nyawa banyak anak.
Ya bukan hanya Arlo saja yang mendapatkan donor dari si gadis kecil itu, tapi ada dua atau tiga anak lainnya yang juga mendapatkannya.
"Kamu adalah malaikat bagi kami, Nak. Aku yakin bahwa surga menantimu. Tersenyumlah, berbahagialah dan bermainlah sepuasnya di taman surga-Nya. Sekali lagi terimakasih. Sampai akhir hidup ku, aku tidak akan melupakan kebaikan mu. Aku juga akan memberitahu Arlo tentang siapa yang telah menolongnya. Aku akan membawa Arlo kemari untuk mengunjungi mu dan mengucapkan terimakasih langsung kepadamu. Sekali lagi terimakasih, terimakasih banyak."
Gryas mengusap air matanya. Dia lalu beranjak dari sana. Ketika membalikkan tubuh, ia terkejut adanya Aiden yang berdiri tak jauh dari dirinya sekarang berada.
Tanpa Gryas sadari, Aiden sedari tadi terus mengikuti Gryas. Dia terus berada di sisi Gryas meskipun dengan jarak yang aman.
Aiden melihat semuanya, tentang bagaimana Gryas menangis dan membungkukkan tubuhnya kepada keluarga pendonor.
"Gry," panggil Aiden. Lidahnya kelu tak mampu mengucapkan apapun karena saat ini Aiden tidak tahu apa yang harus dia ucapkan.
"Pergilah, maaf pulanglah. Seperti yang aku katakan kepadamu tempo hari, bahwa aku tidak akan mengganggu hidupmu. Tenang saja, Arlo tidak akan pernah kuberi tahu bahwa kau adalah ayahnya. Ah iya, aku juga akan mengubah nama belakangnya. Maaf, maaf karena menggunakan nama belakang mu untuknya tanpa sepengetahuan mu."
Gryas melenggang pergi melewati Aiden begitu saja. Sedangkan Aiden, dia tidak melakukan apa-apa.
Wanita yang ia cintai dan ia rindukan namun juga sedikit ia membencinya itu sekarang ada di depannya. Tapi seolah jarak mereka sangat jauh. Hanya untuk sekedar meraih tangannya saja, Aiden tidak sanggup.
"Gry, apa benar Arlo anakku?"
Tap
Sreet
Gryas yang sudah berjalan sedikit jauh langsung mengehentikan langkahnya. Dia lalu membalikkan tubuhnya, kembali berjalan menghampiri Aiden dan, bugh! Gryas menghadiahi Aiden sebuah pukulan tepat di perut pria itu.
Ughhhh
Pukulan Gryas tak main-main, Aiden tampak sekali kesakitan sambil memegangi perutnya.
"Haaah, gilaa rasanya puas sekali. Aku sudah sejak lama ingin melakukan ini padamu, brengsek. Bukan, Arlo bukan anak mu. Dia hanyalah anakku. Jadi yakini saja apa yang kau percaya itu. Dasar bajingan sialan."
Drap drap drap
Aiden masih melenguh merasakan sakit yang ada di perutnya. Rasanya sungguh luar biasa. Dia baru tahu kalau Gryas memiliki kekuatan sebesar itu sampai bisa membuatnya sangat kesakitan.
Sebenarnya Aiden benar-benar merasa gamang dengan semua ini. Dia tahu betul, dia paham betul kondisi dirinya terlebih alat reproduksinya. Apa yang dialaminya itu sungguh sulit untuk memiliki anak.
Memang bukannya tidak bisa, hanya saja membutuhkan waktu, proses dan juga perawatan instensif. Sehingga kemunculan Arlo sungguh membuatnya masih sangat ragu.
Keajaiban Tuhan, baginya yang berpikir selalu dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan sains, rasanya tidak masuk ke dalam akan dan pikirannya.
Aiden mengukur segala hal yang ada di dunia ini dengan secara ilmu yang ada. Dirinya yang berkutat dengan segala hal mengenai sains, sungguh merasa bahwa yang namanya keajaiban itu hanyalah sebuah omong kosong belaka.
Tak ingin terus berada di sana, akhirnya Aiden beranjak juga. Meskipun dia masih denial dengan keberadaan Arlo, tapi dalam susut hati terdalamnya dia merasa senang karena akhirnya anak itu mendapatkan donor yang sesuai. Tapi jika nanti tubuh Arlo ternyata tidak bisa menerima hatinya yang baru, dengan sangat yakin Aiden siap untuk menjadi donor.
"Jadi, aku tetap akan melakukan tes hari ini. Semua untuk berjaga-jaga kalau saja anak itu tidak memiliki respon yang baik terhadap hati barunya."
Aiden bergegas ke rumah sakit. Dia akan mencari dokter yang bernama Lars. Seingatnya, dokter itu yang menangani Arlo.
Dan benar saja, sampai di rumah sakit Aiden segera menemui Lars. Ia beruntung karena Lars tengah berada di ruangannya untuk istirahat.
"Saya adalah Aiden De Vries, saya datang kemari untuk melakukan tes kecocokan sebagai pendonor bagi Arlo, putra dari Gryas."
"Ah Tuan Aiden, tapi saat ini Arlo sudah mendapatkan donor."
"Ya saya sudah tahu, tapi saya tetap ingin melakukannya. Saya ingin berjaga-jaga seandainya tubuh anak itu tidak cocok dengan donor barunya."
Lars terdiam sejenak. Sebenarnya tidak ada salahnya juga untuk melakukan tes pada Aiden. Dan memang benar, semuanya itu untuk berjaga-jaga. Karena jika Arli tidak cocok dengan organ barunya, maka memang harus dilakukan penggantian.
"Baiklah Tuan Aiden, mari kita lakukan tes itu."
"Terimakasih Dokter, dan satu lagi. Saya minta tolong untuk melakukan satu tes lagi. Tes DNA, saya mohon Anda mau melakukannya untuk saya. Saya akan membayar biaya nya. Dan saya harap Anda menjaga kerahasiaan tes ini terhadap Gryas."
Lars sebenarnya bingung, tapi sebagai dokter dia akan mengikuti kode etik yang diikutinya. Menjaga kerahasiaan pasien adalah hal yang paling utama.
"Baik saya akan melakukannya untuk Anda."
Aiden mengucapkan terimakasih. Dia akan melakukan tesnya besok karena dirinya harus segera kembali ke kampus. Tapi sebelumnya Aiden menuju ke ruang perawatan intensif. Hatinya tergerak untuk pergi kesana dan melihat Arlo.
Deg!
Jantungnya berpacu dengan cepat saat melihat bocah itu terbaring. Yang lebih membuatnya sangat deg-degan adalah, wajah anak itu sangat mirip dengannya.
Tanpa tes DNA sebenarnya Aiden sudah bisa melihat dengan jelas melalui matanya tentang kemiripan dia dan Arlo.
"Semoga kau baik-baik saja, boy."
TBC
eh kok ada Brisia disini, Brisia apa Gryas kak? hehe
Arlo masih cadek jadi makin gemesin