Jangan dibaca jika tidak tertarik dengan jalan ceritanya!
Mia seorang gadis yatim piatu. Ia tinggal bersama dengan neneknya. Pada suatu hari tetangganya yang bernama Ibu Ecin hendak pensiun dari pekerjaannya karena sudah tua. Ia meminta Mia untuk menggantikannya menjadi juru masak di rumah Adrian.
Adrian seorang pengusaha muda. Orang tuanya sudah lama meninggal. Ia harus berjuang sendiri meneruskan perusahaan milik orang tua. Untuk mengatasi rasa stresnya Adrian sering mengunjungi pub dengan minum minuman keras dan berkencan dengan beberapa wanita.
Kehidupan Andrian menjadi terganggu setelah Mia menjadi juru masak di rumahnya. Bagaimana dengan cerita selanjutnya? Baca sampai selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Emak Minta Pulang
Setelah pulang dari kantor Adrian, Ibu Titin tidak banyak bicara. Ia hanya termenung menghadap keluar jendela. Ibu Ecin diam-diam memperhatikan Ibu Titin.
Apa Emak diam setelah mengetahui siapa nama papah Tuan Daniel? tanya Ibu Ecin di dalam hati.
Akhirnys mereka sampai di rumah. Mia sudah pulang dari psikolog, ia menyambut ke datangan Ibu Titin.
“Assalamualaikum,” ucap Ibu Titin ketika masuk ke dalam rumah.
“Waalaikumsalam,” jawab Mia. Mia mencium tangan Ibu Titin.
“Kamu sudah lama datang?” tanya Ibu Titin.
“Baru tiga puluh menit yang lalu,” jawab Mia.
“Emak sudah makan?” tanya Mia.
“Belum,” jawab Ibu Titin.
“Kita makan, yuk,” ajak Mia.
“Nanti saja, Emak mau sholat dulu,” jawab Ibu Titin. Ibu Titin berjalan menuju ke kamar Mia.
Emak kenapa? tanya Mia di dalam hati.
“Bu Ecin!” Mia memanggil Ibu Ecin yang sedang menaiki tangga. Ia berhenti dan menoleh ke belakang. Mia menghampiri Ibu Ecin.
“Ada apa Mia?” tanya Ibu Ecin.
“Emak kenapa?” tanya Mia.
“Kenapa apanya?” tanya Ibu Ecin pura-pura tidak tau.
“Kok, Emak seperti tidak semangat begitu? Tidak seperti biasanya,” tanya Mia.
“Oh, mungkin Emak pusing karena naik turun liff,” jawab Ibu Ecin.
“Oohh begitu, ya?” kata Mia.
“Sudah ya, Ibu mau sholat dulu. Takut keburu habis dzuhurnya,” kata Ibu Ecin.
“Iya, Bu Ecin,” jawab Mia.
Ibu Ecin melanjutkan menaiki tangga menuju ke kamarnya. Mia berjalan menuju ke kamarnya, ia melihat Emak sedang sholat dzuhur. Mia duduk di pinggir tempat tidur menunggu neneknya selesai sholat. Akhirnya Ibu Titin selesai sholat.
“Mak, kita makan yuk,” ajak Mia.
“Iya,” jawab Ibu Titin.
Setelah selesai melipat mukenah Mia dan Ibu Titin keluar dari kamar menuju ke meja makan. Mereka duduk di meja makan. Mia mengambilkan nasi untuk Ibu Titin.
“Sedikit saja nasinya!” kata Ibu Titin
Mia menuangkan sedikit nasi ke dalam piring lalu ia berikan kepada Ibu Titin. Ibu Ecin sudah selesai sholat, ia turun ke lantai dasar untuk makan.
“Bu Ecin, ayo kita makam!” kata Mia.
“Iya, sebentar. Ibu ambil piring dulu,” jawab Ibu Ecin.
Ibu Ecin menuju ke dapur untuk mengambil piring lalu ia kembali ke ruang makan dan bergabung bersama Mia dan Ibu Titin.
Ketika mereka sedang makan, Mia melihat neneknya seperti tidak nafsu makan.
“Mak, Emak sakit?” tanya Mia.
“Kenapa kamu tanya seperti itu?” tanya Ibu Titin.
“Kok, Emak makannya cuma sedikit?” tanya Mia.
“Perut Emak mual dan kepala Emak pusing gara-gara naik liff terus,” jawab Ibu Titin.
“Oh, begitu. Ya sudah, besok Emak jangan mengantar makanan dulu. Biar Asih yang mengantar makanan untuk Tuan Adrian,” kata Mia.
“Bu Ecin, kapan Bu Ecin pulang ke Sumedang?” tanya Ibu Titin.
“Dua hari lagi. Tunggu dijemput Mulyana,” jawab Ibu Ecin.
“Emak juga mau pulang,” jawab Ibu Titin.
“Kenapa Emak pulang? Emak di sini aja menemani Mia,” sahut Mia.
“Kalau Emak kelamaan di sini, siapa yang akan mengurus rumah? Kasihan Eti dan Mulyana kalau kelamaan dititipi rumah,” jawab Ibu Titin.
“Tidak apa-apa, kalau Emak mau lama di sini. Kan ada saya yang mengurus rumah Emak,” kata Ibu Ecin.
“Lagi pula di sini nggak ada yang bisa Emak kerjakan. Kalau mengantarkan makanan ke kantor Tuan Adrian, kepala Emak jadi pusing dan perut Emak mual karena harus naik turun liff,” kata Ibu Titin.
“Ya sudah kalau Emak mau pulang. Nanti Mia bilang ke Tuan Adrian kalau Emak mau pulang,” kata Mia.
***
Mia, Ibu Titin dan Adrian berkumpul di ruang tengah. Mereka baru selesai makan malam.
“Tuan Adrian, lusa Emak mau pulang ke Sumedang. Emak mau ikut pulang dengan Ibu Ecin,” kata Ibu Titin.
“Loh, kenapa? Apa Emak nggak betah tinggal di sini?” tanya Adrian.
“Kalau Emak kelamaan di sini, nanti siapa yang mengurus rumah Emak? Masa Emak harus minta tolong ke Eti dan Mulyana? Kasihan mereka sudah sibuk mengurusi sawah, kebun dan kolam ikan. Masa harus ditambahin mengurus rumah Emak,” kata Ibu Titin.
“Kasihan Mia kalau ditinggal Emak, nanti dia kesepian,” ujar Adrian.
“Bukankah ada Tuan Adrian, Lina, Asih dan Odah yang menemani Mia? Jadi Mia tidak akan kesepian,” jawab Ibu Titin.
“Lagi pula sekarang Emah reugreug (tenang) ada Tuan Adrian dan Tuan Daniel yang menjaga Mia,” kata Ibu Titin.
Mendengar Ibu Titin menyebut nama Daniel membuat Adrian kesal. Ia tidak suka jika Daniel selalu dilibatkan dalam menjaga Mia.
Mengapa Emak sering membawa-bawa nama Daniel? Apa Emak lebih senang kalau Mia menikah dengan Daniel daripada sama gue? tanya Adrian di dalam hati.
Ibu Ecin datang dari dapur membawa piring yang berisi buah-buahan yang sudah dikupas. Ia menaruh piring buah beserta dengan piring kecil dan garpu di atas meja.
“Terima kasih, Bu Ecin,” ucap Mia.
“Bu Ecin duduk dulu, saya mau bicara dengan Ibu Ecin!” kata Adrian.
Ibu Ecin duduk di sebelah Ibu Titin.
“Apa benar lusa Ibu Ecin akan pulang ke Sumedang?” tanya Adrian.
“Iya, Tuan,” jawab Ibu Ecin.
“Odah dan Asih sudah lancar bekerjaannya?” tanya Adrian.
“Sudah, Tuan,” jawab, Ibu Ecin.
“Nanti yang mengantarkan makanan ke kantor siapa? Mia belum bisa pergi kemana-mana dengan keadaan wajah yang belum pulih, kecuali dia pergi terapi dan check-up ke rumah sakit,” tanya Adrian.
“Asih yang akan mengantarkan makanan ke kantor,” jawab Mia.
“Asih belum pernah datang ke kantor saya. Sedangkan Ibu Ecin lusa akan pulang ke Sumedang. Lalu siapa yang akan mengajar Asih cara pergi ke kantor saya?” tanya Adrian.
Ibu Ecin diam, ia tidak tau harus berkata apa?
“Begini saja. Bagaimana kalau kepulangan Ibu Ecin dan Emak diundur sepuluh hari lagi?” tanya Adrian.
“Lama sekali,” sahut Ibu Titin.
“Mak, Ibu Ecin harus mengajar Asih cara ke kantor Tuan Adrian,” kata Mia memberi pengertian ke Ibu Titin.
“Apa seminggu nggak cukup?” tanya Ibu Titin.
“Besok dan lusa saya tidak ke kantor. Besok saya mau mengantar Mia check-up ke rumah sakit. Lusa saya akan membawa Mia ke dokter kulit,” jawab Adrian.
“Bagaimana Bu Ecin? Apa bisa diundur sampai sepuluh hari lagi?” tanya Adrian.
“Bisa Tuan,” jawab Ibu Ecin.
“Emak bisa ikut sama Ibu Ecin dan Asih. Nanti pulang dari kantor Emak boleh jalan-jalan keliling kota Jakarta,” kata Adrian.
“Emak nggak mau ikut. Emak mabok kalau harus naik turun liff,” kata Ibu Titin sambil cemberut.
“Kalau begitu besok Emak ikut ke rumah sakit,’ kata Adrian.
“Naik liff, nggak? Kalau naik liff Emak nggak mau ikut,” tanya Ibu Titin. Ibu Titin kapok naik liff.
“Nggak, Mak,” jawab Adrian.
“Ya sudah. Emak ikut ke rumah sakit,” kata Emak.
Mekkah ada di Jannatul Ma'la
Madinah ada di Baqi (berdampingan dengan masjid Nabawi tempat baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam beserta 2 sahabat nabi terdekat)
terus esok harinya baru pembukaan 5 terus baru diperiksa katanya jalan lahirnya Sempit dan akhirnya Operasi Cesar...🤔🤔🤔🤔
durenya Di Skip... biar yang baca pikirannya tidak Traveling kemana -mana..🤔🤔🤔...😄😄😄