Awalnya ingin berpacaran bebas dan menemukan pria yang sempurna.
Tanpa diduga, dia terpaksa memiliki hubungan dengan tuan muda yang kaya.
Meskipun tuan muda itu kaya dan tampan, masalahnya dia cacat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 1PM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
"Nyonya, Anda yakin baik-baik saja? Kenapa, tidak Anda katakan saja yang sebenarnya kepada Tuan William. Beliau juga berhak tahu tentang kesehatan Anda, Nyonya." Kata Bibi Arum, pelayan pribadi Tiffani Anderson.
"Bibi, tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Dan untuk mengatakannya kepada Willy kurasa tidak perlu Bi, Bibi tau sendiri Willy orang yang seperti apa? Dia tidak mudah percaya lagi pada ucapan yang aku ucapkan. Kepercayaannya kepada ku sepertinya benar-benar hilang ketika aku dulu memutuskan untuk menikah dengan Kak Steven, kakak kandungnya sendiri," ucap Tiffa yang kini meneteskan air mata mengingat kejadian di masa lalunya.
Bibi Arum memeluk Tiffa untuk menenangkannya. Selama ini Bibi Arum lah yang menemani Tiffa semenjak ibunya meninggal. Bibi Arum adalah pelayan pribadi Tiffa dari kediaman orang tuanya. Tiffa sengaja membawa serta Bi Arum untuk menemaninya di kediaman keluarga Anderson.
Setelah merasa tenang Tiffa melepaskan pelukan Bi Arum dan berkata "Lihatlah Bi! Make up ku jadi berantakan, ini gara-gara Bibi yang membuatku kembali menangis," ucapnya yang pura-pura merajuk seperti anak kecil.
"Haha, maafkan Bibi, sekarang Anda perbaiki kembali dandanannya, sebentar lagi Tuan William pasti akan memanggil Anda.
"Iya Bi,"
Tak lama kemudian, benar saja William datang menemui Tiffa untuk mengajaknya segera berangkat ke Acaranya malam ini di hotel miliknya.
Dan hanya satu yang selalu dia katakan Jangan mempermalukanku, di depan semua orang jangan tunjukkan siapa dirimu! Dan berpura-puralah bahwa kita keluarga yang harmonis," hanya kata itu yang selalu diucapkan.
~ Sementara di tempat acara
Interaksi antara Jasmine dan Maxime kini mengundang rasa penasaran banyak orang. Semua itu karena Maxime adalah mempelai pria yang seharusnya sebelum digantikan oleh kakaknya.
Sementara mengenai sosok Stevano yang tidak pernah terlihat di depan umum, kini mereka bisa secara langsung melihatnya, entah kenapa selama ini dalam acara apapun dia tidak pernah terlihat hadir, mungkin disebabkan karena rumor yang tersebar mengenai segala keburukannya. Sehingga dia dilarang hadir, karena sebagai publik figur hal itu akan merusak nama baik keluarga besar Anderson. Awalnya semua orang mengira bahwa wajahnya hancur akibat kecelakaan, hingga dia terus disembunyikan.
"Lihat, apa dia juga bisu? Kenapa disapa adiknya dia malah diam saja tidak mengatakan apapun."
"Apa benar dia putra pertama Tuan William, Ya ampun ternyata wajahnya tampan tidak seburuk rumor yang beredar."
Semakin lama berdiri di tempatnya, semakin banyak Jasmine mendengar bisikan tajam. Pandangannya beralih ke suaminya, yang ternyata sudah lebih dulu masuk dengan didampingi Jason.
Jasmine yang kesal akan sikap Stevano yang meninggalkannya bahkan tidak membalas sapaan adiknya, kini membuat Jasmine merasa tidak enak kepada Maxime, dan tentu orang-orang di sekitarnya yang semakin menilai betapa buruknya sikap suaminya tersebut.
Jasmine membungkukkan badannya dan berkata "Maaf, maaf atas sikap Suamiku, Tuan."
"Harusnya aku yang minta maaf, karena sikap kakakku, jadi membuatmu merasa bersalah seperti ini."
Sebuah tangan putih bersih, terulur pada Jasmine "Maxime, kau bisa memanggilku Max," sapanya dengan senyuman yang hangat.
Semua mata kini tengah asyik, menyaksikan interaksi pasangan yang tidak jadi menikah ini.
Jasmine yang melihat tangan Maxime terulur, kini menyambutnya dengan senyuman manisnya "Olivia," jawabnya.
"Oh ya, Olivia tidak perlu memanggil aku Tuan, aku adik Kak Vano berarti sekarang kamu kakak iparku, jadi panggil saja aku Max.
Kemudian seorang pengawal mendekati Maxime dan berbisik. Setelah itu Maxime pun berpamitan kepada Olivia untuk masuk terlebih dulu.
Tuan Allexander Gottardo dan istrinya, Nyonya Liliana hadir disambut banyak orang.
Para pengawal menyambut keluarga Jasmine dengan penuh keramahan.
"Jasmine putri Ayah, bagaimana kabarmu, sayang?" Suara ayahnya terdengar dari arah belakang Jasmine.
Jasmine berbalik cepat, langsung memeluk ayahnya dengan rasa rindu yang luar biasa.
"Ayah," Jasmine memeluk ayahnya begitu erat dengan rasa bahagia, "Apa Ayah begitu sibuk sampai melupakan putri Ayah," tambahnya. Ibunya hanya tersenyum melihat interaksi ayah dan anak itu yang sedang melepaskan rindu.
Bunga yang sedari tadi mendampingi Jasmine , terpaksa menginterupsi pertemuan mereka, karena semua orang sepertinya harus segera masuk ke dalam. " Nyonya, mari masuk sekarang!, sepertinya semua orang menunggu Anda,"
Sebuah kalimat yang baru saja Bunga lontarkan, membuat Jasmine semakin gugup, melihat itu Liliana menggenggam tangan putrinya untuk menenangkan.
Mereka berempat berjalan menapaki lantai mewah masuk ke dalam gedung. Membuat jantung Jasmine berdetak lebih kencang. Setelah menarik nafas panjang Jasmine masuk ke pintu utama.
Semua orang menatap penuh kekaguman atas sosok menantu keluarga Anderson itu.
"Pergilah, dan berdirilah di sebelah suamimu." Liliana membisikkan kalimat ini lembut kepada putrinya yang terlihat gugup, lalu melepaskan genggaman tangannya dari tangan putrinya.
Semua orang melirik Jasmine. Jasmine pura-pura tidak peduli pada mata-mata yang terus menatapnya. Dia terus mencari dimana keberadaan suaminya.
Di dalam sana banyak orang-orang penting yang hadir. Jasmine tidak menyangka bisa satu ruangan dengan orang-orang populer.
Kumpulan para pria mengenakan jas tampak mempesona di mata Jasmine. Hanya saja Jasmine begitu gugup, karena sepertinya mereka menatapnya dengan tatapan yang berbeda.
Di antara pria itu, ada seorang pria yang duduk santai di sofa tunggu sedang sibuk dengan meminum segelas anggur di tangannya, tidak melirik bahkan tidak menyambutnya, dia lah sosok yang sedari tadi Jasmine cari.
Jasmine kemudian mengangkat gaunnya dan berjalan mendekat ke arah Stevano yang masih terlihat santai menikmati minumannya.
"Selamat datang, Nyonya Olivia," ucap salah satu pria tadi, membuyarkan lamunan para pria lainnya yang sedari tadi terus memperhatikannya.
"Terima kasih," Jasmine yang merasa canggung terus saja berjalan ke arah suaminya yang diam saja. Dia kemudian duduk di samping kursi suaminya.
"Wah, Tuan Muda, aku turut bahagia atas pernikahan Anda dan Nyonya Olivia, maaf karena waktu itu tidak hadir, ucap salah satu pengusaha.
"Kapan pernikahannya? Bukankah yang aku dengar Tuan Muda Maxime yang menikah? Atau kau merebut calon adikmu sendiri," Sahut pria yang lainnya.
"Tentu saja mana mungkin ada yang mau dengan pria yang hanya duduk di kursi roda sepertinya," Ucap yang lainnya.
Perbincangan yang sangat tidak pantas dibicarakan di depan Stevano. Mereka memang sengaja menyindir Stevano. Membicarakan terang-terangan akan sosoknya yang tidak sempurna.
"Mereka tega sekali," ucap Jasmine dalam hati.
Jasmine yang mendengar itu merasa tak tega, padahal itu yang awalnya Jasmine inginkan berbicara tentang keburukannya di di depan orangnya langsung agar tidak sia-sia. Kenapa sekarang hati Jasmine ikut sedih mendengar itu semua? Jasmine kemudian menatap wajah suaminya, ingin melihat tanggapan pria itu, tapi pria itu masih saja bersikap tenang, seolah-olah tidak terjadi apapun.