Setelah menumbangkan Tuan Tua, James mengira semuanya sudah selesai. Namun, di akhir hidupnya, pria itu justru mengungkapkan kebenaran yang tak pernah James duga.
Dalang di balik runtuhnya keluarga James bukanlah Tuan Tua, melainkan Keluarga Brook yang asli.
Pengakuan itu mengubah arah perjalanan James. Ia sadar ada musuh yang lebih besar—dan lebih dekat—yang harus ia hadapi.
Belum sempat ia menggali lebih jauh, kemunculan lelaki tua secara tiba-tiba:
Edwin Carter, penguasa Pulau Scarlett yang ternyata adalah ayah kandung Sophie.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AQUA REGIA!!!
Beberapa Hari yang Lalu – Kota Citadel, Apartemen Silvey
Silvey bersandar nyaman di sofa, segelas anggur merah di tangannya. Matanya melunak saat ia menatap perempuan yang duduk di seberangnya. “Jadi... apa rencanamu sekarang, Layla? Saat kau mengatakan akan datang ke Citadel City untuk bekerja, aku sangat senang bisa bertemu lagi denganmu.”
Layla—Luna Whitecliff dengan nama lain—mengaduk minuman di gelasnya sebelum mengangkatnya ke bibir lalu tersenyum tipis.
“Aku juga senang bertemu denganmu. Aku sangat merindukanmu.” Ia meneguk sedikit sebelum melanjutkan, “Kau tahu, aku mulai bekerja sejak tahun terakhir kuliah. Aku benar-benar kelelahan. Aku butuh istirahat.”
Silvey memiringkan kepalanya, rasa ingin tahu menerangi wajahnya. “Jadi kenapa Citadel City?”
Layla terkekeh ringan, matanya menunduk ke arah gelas. “Aku hanya ingin bertemu denganmu. Tapi ketika aku memberitahu manajerku, ia bertanya kemana aku pergi. Begitu aku mengatakan Citadel, dia langsung memberiku pekerjaan untuk diselesaikan di sana. Ia berkata, ‘Selesaikan pekerjaan ini dulu, lalu kau bisa beristirahat.’”
Silvey tertawa pelan, menggelengkan kepala. “Dua burung dengan satu batu.”
Bibir Layla melengkung samar saat ia mengangkat gelasnya. “Sepertinya begitu. Tapi tetap saja—aku mendapat waktu istirahatku.”
Keduanya meneguk minuman dalam diam sejenak.
Lalu Silvey condong ke depan, “Aku berencana mengunjungi Crescent Bay dalam waktu dekat. Aku perlu memeriksa fasilitas otomotif baru kami di sana. Apakah kau mau ikut denganku?”
Layla sedikit menegakkan tubuhnya, tertarik. “Aku ingin sekali ikut. Tapi... Apa maksudmu dengan sepupumu itu?”
Ekspresi Silvey berubah—kebanggaan bercampur dengan tekad. “Ya. Dia sepupu yang lama terpisah. Tapi lebih dari itu... Dia mungkin bisa membantuku. Membantuku lepas dari ikatan keluarga ini yang terus mencekikku.”
Layla mengangkat alisnya, menyembunyikan rasa ingin tahu di balik tegukan minumannya. “Jadi... bagaimana dia akan membantumu?”
Silvey bersandar kembali, matanya melayang ke arah jendela tempat lampu kota. “Jangan kita bicarakan malam ini. Kau baru saja tiba, dan sudah terlalu lama sejak kita menikmati waktu bersama.”
Ia mengisi ulang kedua gelas mereka.
Layla tidak mendesak lebih jauh. Dia mengangkat gelasnya ke arah Silvey, “Bersulang.”
“Bersulang,” balas Silvey.
Citadel City – Kediaman Pribadi Kyle, Dua Hari Setelah Kedatangan Luna
Kediaman itu berdiri di pinggiran Citadel City. Kyle duduk di ruang kerjanya. Kertas-kertas dan buku besar lama berserakan di atas meja, jarinya mengetuk pelan saat Luna masuk.
Ia menundukkan kepala ringan sebelum berbicara, “Bos, Silvey berencana menggunakan James... demi kebebasannya.”
Bibir Kyle melengkung menjadi senyuman, matanya menyipit.
“Begitukah?” Ia bersandar di kursinya, tawa pelan bergulir di tenggorokannya. “Keponakanku yang malang. Dia benar-benar percaya bisa melepaskan diri dari belenggu keluarga ini?”
Dia menggelengkan kepala, “Gadis naif. Begitu aku mengambil alih kendali penuh keluarga ini, dia bukan hanya gagal melarikan diri—aku akan memastikan rantainya semakin ketat. Dia akan berada di bawah kendaliku. Selamanya.”
Luna berdiri diam, posturnya tegap meski tatapannya sempat bergetar singkat.
Kyle condong ke depan, lalu memerintahkan “Pergilah ke Crescent Bay bersamanya. Awasi setiap gerakannya. Laporkan semuanya—setiap kata, setiap pertemuan, setiap langkah yang dia ambil. Aku ingin tahu bagaimana dia berencana menggunakan James. Dan ketika waktunya tiba, aku akan membuat mereka berdua menyesal.”
Luna menundukkan kepala, suaranya tak tergoyahkan.
“Ya, Bos.”
Saat Ini – Brook Enterprises, Ember Plaza
Lift pribadi berdengung saat naik. Dinding kacanya memperlihatkan pemandangan Crescent Bay yang luas di bawah.
Mata Layla melembut. “Pemandangan ini... Benar-benar luar biasa.”
Silvey merapat, menunjuk melalui kaca. “Kau bahkan bisa melihat laut dari sini. Lihat, di sana. Setelah kita selesai disini, ayo kita pergi ke pantai. Lalu waktu istirahatmu akan sepadan.”
Layla tetap diam, pandangannya terpaku pada ombak di kejauhan. Sesaat, ekspresinya berubah. Dia pernah berdiri di pantai yang sama bersama Ayahnya, bertahun-tahun lalu, sebelum dunia berubah selamanya.
“Layla?” suara Silvey menariknya kembali. “Apa kau baik-baik saja?”
Luna berkedip, memaksakan senyumnya. “Ya... aku ingin sekali.”
Lift berbunyi pelan, pintu terbuka.
Seorang petugas keamanan berpakaian rapi sedikit membungkuk dan memberi isyarat. “Lewat sini. Ruangan Ketua ada di sebelah kanan.”
“Terima kasih,” jawab Diane singkat.
Ketiga perempuan itu berjalan menyusuri koridor. Lalu mereka berhenti di depan sebuah pintu tinggi. Diane mengangkat tangannya dan mengetuk ringan.
Dari dalam terdengar suara. “Masuk.”
Pintu terbuka.
Di dalam, terlihat James Brook sedang duduk di kursinya.
Matanya terangkat, menatap ketiganya saat mereka masuk.
“Nona Silvey,” katanya datar. “Kita bertemu lagi. Nona-nona, silahkan—duduk.”
“Hai, James,” jawab Silvey dengan senyum lembut, lalu duduk di kursi di seberang mejanya. “Kuharap kau tidak keberatan kami menemuimu seperti ini.”
Bibir James melengkung tipis. “Bagaimana mungkin aku menolak tamu Crescent Bay?”
Silvey memberi isyarat dengan tangannya. “Ini asistenku, Diane—kau mungkin mengingatnya dari acara lelang. Dan ini,” ia berhenti sejenak dengan sedikit bangga, “ini adalah temanku, Layla.”
Layla memberi anggukan sopan, “Hai, Tuan Brook. Aku sudah banyak mendengar tentangmu... Ketua rahasia di balik Brook Enterprises.”
James bersandar ke belakang, melipat kedua tangannya di atas meja. “Setiap orang memiliki rahasia masing-masing, Nona Layla. Rahasia yang dalam dan tersembunyi.”
Sepersekian detik, Layla merasa kata-kata itu menusuk lebih dalam dari yang dimaksudkan. Seolah-olah dia tidak sedang berbicara secara umum, melainkan langsung kepadanya.
James tidak membiarkan keheningan berlarut. Pandangannya kembali pada Silvey. “Lalu. Apa yang bisa kubantu, Nona Silvey?”
“Kau bisa memanggilku Silvey,” katanya lembut. “Kenapa harus formal? Kau juga bagian keluargaku.”
James mengembuskan napas, nyaris terdengar terhibur. “Koreksi—cabang keluarga yang terabaikan. Bagaimana aku bisa berbicara begitu santai dengan Nona dari keluarga utama?”
Lalu James tertawa kecil, memecah ketegangan. “Baiklah. Aku bercanda. Jadi, bagaimana aku bisa membantumu, Silvey?”
Silvey menghembuskan napas yang baru ia sadari sedang ditahannya. “Aku butuh bantuanmu.”
Ekspresi James menajam, nadanya serius. “Aku mendengarkan.”
“Aku tahu ada ketidakadilan yang menimpamu,” ia memulai dengan hati-hati, suaranya tegas. “Dan aku bisa membantumu menegakkan keadilan untuk Ayahmu.”
Pandangan James tidak bergeser. Ia tidak berkata apa-apa, membiarkannya melanjutkan.
Silvey meneruskan, “Aku ingin menjalani hidupku dengan caraku sendiri. Di keluarga kami, para putri terikat untuk menikah dengan keluarga bisnis lain. Itu aturan. Sebuah sangkar. Aku ingin seseorang mematahkan aturan itu. Dengan situasi saat ini, semuanya akan segera jatuh ke tangan Paman Kyle... dan itu akan menjadi mimpi buruk. Kau adalah satu-satunya putra keluarga Brook yang bisa mengubahnya.”
Suara James tenang, “Apakah kau melupakan sesuatu? Keluargamu tidak akan pernah memberiku kesempatan itu.”
Mata Silvey berkilat penuh tekad. “Warisan ditentukan berdasarkan pencapaian. Dan aku yakin pencapaianmu jauh melampaui Paman Kyle. Bukan hanya itu—kakekmu, Tim, memiliki sepuluh persen saham ACE. Secara hukum, itu diwariskan kepadamu. Bahkan jika kau tidak mengetahuinya, pengacara keluarga menyimpan catatannya. Jika kau melangkah kembali ke ACE secara legal, tidak ada yang bisa mempertanyakanmu.”
James bersandar ke belakang, menghela napas. “Kenyataannya—aku sudah tahu tentang saham itu. Aku sudah melihat dokumennya. Tapi itu tidak akan berhasil. Rencanamu akan runtuh bahkan sebelum dimulai.”
Silvey mengernyit. “Kenapa? Itu akan menjadi pukulan bagi Paman Kyle. Dia tidak akan menduganya.”
Tatapan James tetap tenang, “Apakah kau benar-benar berpikir Kyle tidak tahu kau berada di Crescent Bay... menemuiku?”
Silvey membeku. “Tidak. Dia tidak tahu. Mungkin dia tahu aku ada di Crescent Bay, tapi tidak tentang pertemuan ini.”
Bibir James melengkung tipis, “Sepertinya indramu tertutupi oleh kebohongan.”
Matanya menyipit. “Apa maksudmu?”
James mengetukkan jarinya ke meja. “Aku menjalankan bisnis perhiasan di sini. Apakah kau pernah mendengar tentang aqua regia?”
Silvey mengangkat alisnya. “Bahan kimia?”
“Benar,” kata James. “Itu digunakan untuk menghilangkan kotoran dari emas. Apakah kau tahu bagaimana cara kerjanya?”
Sebelum Silvey sempat menjawab, Layla tiba-tiba berbicara, “Asam nitrat mengoksidasi emas menjadi ion. Asam klorida menyediakan ion klorida, membentuk kompleks stabil yang menarik emas ke dalam larutan.”
Semua mata tertuju padanya.
Silvey berkedip terkejut. “Wow... sejak kapan kau tertarik pada sains?”
Layla sedikit bergeser. “Sebenarnya—”
James memotong dengan mulus, “Begitulah. Seperti Ayah, seperti putri. Ayah Nona Layla adalah seorang ilmuwan jenius.”
Wajah Layla seketika pucat. Bahunya menegang.
James condong ke depan, tatapannya tajam, “Benar, bukan, Nona Layla? Atau haruskah aku mengatakan... Nona Luna Whitecliff?”
Kata-kata itu menghantam ruangan.
Hening.
Mata Silvey bergerak cepat di antara mereka, kebingungan dan ketidakpercayaan bercampur di wajahnya. “Tunggu... apa yang sebenarnya terjadi di sini?”
Semangat buat Author..