 
                            Berkisah tentang seseorang yang terkena kutukan 'Tanpa Akhir' di kehidupan pertamanya. Pada kehidupan ke 2020 nya, sang Trasmigrator yang sudah tidak tahan lagi dengan kutukannya, memohon kepada Tuhan untuk membiarkannya mati.
 
Akan tetapi, seolah Kutukan Tanpa Akhir' menertawakannya. Sang Trasmigrator yang mengira kehidupan ke 2020 nya ini adalah yang terakhir. Sekali lagi jiwanya terbangun didalam tubuh orang lain. Kali ini adalah kehidupan seorang Nona Muda Bangsawan manja bernama Rihana Ariedny yang meninggal karena keracunan. 
Sang Trasmigrator yang berhenti mengharapkan 'Kematian'  memutuskan untuk menghibur dirinya dengan memulai kehidupan baru yang damai di sebuah wilayah terpinggirkan bernama Diamond Amber.
Namun siapa sangka banyak masalah mulai muncul setelahnya. Musuh bebuyutan dari banyak kehidupannya, sesama Transmigrator, yang baru saja ia temui setelah sekian lama malah ingin menghancurkan dunianya.
Yuuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NATALIA SITINJAK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
P. D. A
"Nona Ariedny!," sang hakim yang memiliki keringat dingin di wajahnya memberi peringatan keras kepadaku. "Jaga Tutur Kata Anda Di Persidangan Yang Suci Ini!, Apakah Anda Tidak Menghormati Baginda Yang Mulia Raja!!."
"Oh permohonan maaf saya yang mulia raja.... Saya akan meminta izin."
"Ap-Apa???."
Sebelum mereka bereaksi, aku melihat raja kemudian meminta izin darinya. "Permohonan maaf saya yang mulia tapi saya ingin meminta izin untuk memukul bajingan dari wilayah saya bolehkan yang mulia."
"Tentu." Mengangguk. "Aku persilahkan, lakukan sepuasnya," kata raja yang membuat seisi ruang persidangan tersedak.
"Aaak-apa yang baru saja aku dengar?."
"Yang mulia raja memberi izin?."
"Lihat, aku telah di beri izin ada lagi yang perlu di permasalahkan."
Sang hakim menjawab dengan kaku. "Tidak silahkan lakukan nona Rihana Ariedny."
Rihana mengangguk, kemudian keluar dari pintu saksi untuk menerjang ketiga pria yang dulunya menjadi saksi penandatangan dokumen di wilayah Ariedny berlangsung.
"DASAR BAJINGAN!!!."
Aku berteriak keras dan menerjang naik keatas meja. Sudah sejak lama aku ingin memukuli mereka karena persekongkolan mereka di masalalu hampir saja membuatku rugi banyak.
"Aku tidak perduli dengan keadaan wilayah kalian, intinya!, kalian harus segera mengirimkan satu miliar Goud ke wilayahku dalam waktu satu Minggu."
Ketika aku sibuk memukuli mereka hingga babak belur. Beberapa penjaga yang mengawasi ruang persidangan bersikap sigap atas perintah raja untuk segara menjauhkan aku dari para tersangka.
"G-Gila... Wajah mereka."
Para saksi setempat mendapati wajah ketiga orang babak belur serta berlumuran banyak darah. "Bagaimana bisa tubuh mungil itu bisa memukul hingga babak belur seperti itu. ... Seperti yang diharapkan dari Anjing Gila Ariedny hahaha."
"KOTORAN!!!. Siapa Yang Mengejekku Barusan Huh?," teriakku kearah para saksi.
Semuanya langsung mengalihkan pandangan, mereka pura-pura merapikan pakaian bahkan sibuk dengan sesuatu yang dapat menjauhkan mereka dari Anjing Gila Ariedny.
"He-HEI nona sudah cukup!, bisa-bisa anda terkena sangsi hukuman penganiayaan," kata salah satu penjaga yang mengamankan Rihana.
"Huhf Huff Huhff... Sial." Menghela nafas, "Permohonan maafku Baginda Raja, Baginda hakim dan Yang Mulia Putri Mahkota beserta saksi-saksi setempat."
Perlahan, aku mengelus dadaku. Gila... Pembawaan emosi dari tubuh ini sulit di kontrol.
"Huhfff... Maafkan saya... Lebih baik saya keluar untuk menenangkan diri sebentar."
- "Hei... Mari berbicara lagi di kamarmu setelah ini."
"Ah-."
Berkedip-Berkedip.
Aku mengangguk lalu meminta izin keluar dan di setujui oleh kepala hakim secara langsung.
"Anda bisa pergi sekarang, dan... Perihal kompensasi yang anda minta sebelumnya akan kami proses secepatnya."
Mengangguk.
"Tentu... Terima kasih sebelumnya yang mulia Baginda Raja dan yang mulia hakim Ibrahim."
Dengan begitu, penjaga berbaju bersih emas putih menuntun aku keluar dari ruang pengadilan tapi sebelum itu, ketika akan sampai di depan pintu keluar, mataku bertemu dengan mata penguasa wilayah Ariedny yang tampak kejam, lebih kejam dari sebelumnya.
"...."
Tersenyum sambil membelalakkan mataku padanya.
"Anak Itu-."
Kemudian aku dibawa keluar oleh pengawal kerajaan menuju ruang tunggu khusus bangsawan.
Sruk.
Aku langsung duduk di atas sofa lembut ruangan untuk menenangkan diri sambil membersihkan tanganku yang berdarah dengan saputangan.
"Tsk... Aku belum puas... Aku masih ingin memukuli mereka hingga botak." Ketika aku sedang sibuk menggerutu penjaga di depanku saling melirik satu sama lain.
"Apa? Belum pernah melihat bangsawan menggerutu?."
Ke empat penjaga itu diam.
"Aku pikir begitu, sudahlah, kalian bisa kembali ke posisi kalian, tidak perlu menjaga ruangan ini lebih lama lagi."
"Permohonan maaf saya nona Ariedny, kami di perintah untuk mengamankan anda sampai pengadilan selesai di laksanakan."
"Baiklah, kalau begitu bisakah aku minta tolong untuk mengambil kotak obat atau perban untuk membalut lukaku?."
"Baik saya akan segera kembali dengan obat nona muda Ariedny."
"Ah terima kasih sebelumnya."
Aku bisa menyembuhkan diriku sendiri akan tetapi, jika luka di tanganku sembuh dengan cepat maka orang-orang yang masih heboh karena kemunculan penyihir kemungkinan akan mulai menebak-nebak.
"...."
Melirik.
"...."
Melirik.
"...."
"Apa? Kenapa kalian melihatku begitu?."
"Tidak, tidak ada. Permohonan kami nona Ariedny."
"Huhhh... Sudahlah kalian tidak perlu ambil kotak obat, tolong tinggalkan ruangan ini saja. Aku ingin beristirahat sejenak."
"Baik Nona Muda." Kata mereka bertiga serentak, lalu keluar dari ruang tunggu.
".... Orang-orang di dunia ini hebat-hebat ya, penjaga barusan memiliki energi master pedang tingkat menengah... Aku kagum dengan dunia ini."
Ketika aku sedang menutup mata dan mencoba untuk mengambil luapan mana dari lingkungan sekitar, tiba-tiba aku menyadari keberadaan seseorang yang tidak jauh dari tempat tungguku.
Tikus kecil ini.... Aku mencoba untuk tidak membuka mata, yang kemudian mengunakan energi sihir untuk mengidentifikasi orang yang sedang mengamati ku itu.
Hmmm... Orang ini kuat, dia mampu menyembunyikan hawa keberadaanya seperti hewan. Kira-kira siapa itu yah? Tidak ada orang di kerajaan ini yang kulihat mampu melakukanya, lalu siapa dia?.
Ketika Rihana mulai menebak-nebak si pengintip, di ruangan lain, proses persidangan masih berlangsung.
Sang hakim sekali lagi membacakan hukuman bagi pemimpin wilayah Ariedny beserta kompensasi yang harus di berikannya untuk Rihana Ariedny sebanyak 1 miliar Goud dalam waktu 1 Minggu.
Hukuman resmi akan segera dilakukan pada tanggal 20 Dasiamime pukul 12 pagi di balai kota selama 3 jam. Kemudian setelah pukul 7 malam, orang terkait kasus berserta bawahannya yang terlibat akan di penjara selama 21 tahun di penjara bawah Tanah kerajaan.
Berita mengejutkan itu menjadi topik pembiaran dikalangan masyarakat, terutama pada bagian Rihana Ariedny yang di klaim jahat karena menuntut Ayah kandungnya dengan sejumlah besar uang.
"Aku tidak perduli dengan apa yang mereka katakan, selama mereka tidak merugikan aku."
...
Pada tanggal 20 Desiamime, nyonya penguasa wilayah Ariedny datang bersama dengan calon pewarisnya untuk menyaksikan prosesi hukuman cambuk di depan umum yang diselenggarakan pada siang hari pukul 12 siang di balai kota kerajaan.
Nyonya pemilik wilayah menangis histeris ketika menyaksikan suami beserta orang-orang kepercayaan wilayah Ariedny di cambuk selama 3 jam. Mereka yang berasal dari wilayah Ariedny meyaksikan darah dan kulit dari tubuh lepas jatuh ke tanah. Terimakasih pada ramuan yang di ciptakan para tabib sehingga dapat di pastikan pemimpin wilayah Ariedny tidak akan meninggal dalam proses menyakitkan yang berlangsung.
Dimenit terakhir hukuman, nyonya Garnet Ariedny pingsan karena tak kuasa menyaksikan penderitaan suaminya.
"Ibu! Ibu sadarlah!!!." Raygal yang mentalnya tidak stabil mengguncang tubuh ibunya.
"...."
Melihat mereka saling menghawatirkan membuatku tersenyum kecut. "Tsk Tsk Tsk dia pingsan di menit terakhir, padahal ini kan bagian terbaiknya."
"Apa?."
"Tidak ada," ucapku, kemudian berbicara pada pengawal yang menjaga di belakang. "Kalian bawa mereka berdua dari sini, untuk sesi berikutnya aku akan mewakili mereka."
Kedua kesatria yang mengawal keluarga Ariedny saling melirik, kemudian mereka mengangguk lalu membawa ke dua tuannya. Tapi sebelum mereka melalui pintu. Aku melihat Raygal menatapku dengan tatapan penuh amarah seolah dirinya akan mencabik-cabik aku.