NovelToon NovelToon
Jangan Pernah Bersama

Jangan Pernah Bersama

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Clara Moestopo menikah dengan cinta pertamanya semasa SMA, Arman Ferdinand, dengan keyakinan bahwa kisah mereka akan berakhir bahagia. Namun, pernikahan itu justru dipenuhi duri mama mertua yang selalu merendahkannya, adik ipar yang licik, dan perselingkuhan Arman dengan teman SMA mereka dulu. Hingga suatu malam, pertengkaran hebat di dalam mobil berakhir tragis dalam kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya. Tapi takdir berkata lain.Clara dan Arman terbangun kembali di masa SMA mereka, diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya… atau mengulang kesalahan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 22.Usaha.

Sudah tiga hari sejak kejadian di kantin. Sejak saat itu, Clara berusaha sebisa mungkin menghindari Finn. Ia memilih jalan berbeda saat pulang, duduk di sisi lain kelas ketika jam pelajaran tambahan, bahkan sengaja datang lebih pagi supaya tidak bertemu cowok itu di gerbang sekolah.

Tapi yang namanya Finn, seolah tidak mengenal kata menyerah.

Setiap hari ada saja cara dia muncul di hadapan Clara kadang pura-pura tidak sengaja, kadang dengan alasan yang dibuat-buat.

Saat Loly main ke kelas Arman, tiba-tiba Finn datang menyusul Loly. Sontak saja membuat semua teman sekelas Clara terkejut, yang tadinya kelas penuh tawa dan santai saat jam istirahat langsung terdiam.

“Finn, ngapain loe kemari? ”tanya Loly yang berjalan menghampiri Finn.

Awalnya Finn males jawab, tapi melihat Clara yang sedang belajar sendiri di bangkunya. “Minggir loe!, aku gak cari kamu”nadanya tegas sambil tangannya meminggirkan Loly dari depannya.

Semua mata tertuju pada langkah kaki Finn, yang berjalan kearah Clara yang sedang sibuk belajar.

Dengan usilnya Finn menarik kursi Clara dari arah belakang, sehingga ia mendongkrak kearah Finn yang ada berdiri dibelakangnya.

Pandangan mereka berdua bertemu, dengan tatapan tajam Clara melihat Finn.kejadian itulah detak jantung Finn berdetak kencang, seolah waktu berhenti antara mereka.

Disisi lain ada sorot mata yang tidak menyukai interaksi mereka berdua, kejadian itu menganggu Arman. “Ada apa dengan Finn itu? ”

Loly tersenyum melihatnya dengan tersenyum. “Aku sudah menebak kalau Finn tertarik dengan Clara”

“APA! ”Ucap Arman yang langsung pandangannya kearah Loly yang berdiri disamping nya.

Clara lalu dengan dinginnya berbicara dengan Finn. “Apa maumu? ”

Finn lalu menegakkan bangku Clara, dengan hati yang masih berdetak kencang. ia langsung duduk di tempat duduk Ria. “Clara, terima tawaranku kemarin. ”

“Huh, kakak Finn. aku tidak mau menipu kakek dan nenek mu, untuk masalah ayahku biar aku cari jalan keluar. Yang jelas aku menolaknya! ”

Finn pun terdiam, ia ingin membujuk Clara. tapi tiba-tiba Ria datang sambil membawa makanan ringan untuk Clara, ia terkejut melihat Finn yang duduk dibangkunya.

“Kakak.. kakak sedang apa disini? ”

“Aku ada perlu dengan Clara”

“Tapi itu bangku ku”

“Aku pinjam sebentar, kamu duduk ditempat lain saja”

Clara lalu menoleh kearah Finn, “Yang harus pergi itu kakak, ini tempat duduk Ria dan kami mau mengerjakan tugas bersama”

“Tapi.., aku masih nyaman duduk disini. ”

“Finn, PERGI! ”bentak tegas Clara.

“Iya.. aku pergi”ucap Finn sambil cemberut.

Finn hari itu gagal membujuk Clara, tapi ia tidak menyerah dan akan berusaha lagi.

Lalu pagi itu, Clara baru saja meletakkan bukunya di meja saat suara kursi diseret dari belakang.

“Pagi,cantik,” suara itu terdengar ringan, tapi cukup membuat bulu kuduknya berdiri.

Clara menoleh cepat. “Finn?!”

Cowok itu tersenyum santai sambil mengangkat kotak makan berwarna hitam. “Sarapan. Buatan nenek. Katanya, kalau aku makan sendirian, nanti rezeki bisa kabur,nenek suruh aku antarkan untuk mu.”

Clara mendengus. “Terima kasih untuk nenek,bekalnya aku terima dan aku akan habiskan.”

“Jangan lupa habiskan,ini khusus untuk mu.” Finn meletakkan kotak bekal di meja Clara tanpa diminta. “Dan juga… karena kalau aku makan sendiri, nenek bakal nanya kenapa aku gak ngajak ‘calon pacar’ku.”

Clara menatapnya datar. “Aku bukan calon pacarmu.”

“Belum,” jawab Finn ringan, senyumnya tak pernah surut.

Clara menghela napas panjang, lalu berdiri. “Finn, kamu dengar baik-baik ya. Aku gak tertarik pura-pura jadi pacar siapa pun, apalagi buat bohongin orang tua. Jadi tolong, berhenti ganggu aku.”

Finn menatapnya lama. Tatapan matanya tidak lagi sekadar menggoda, tapi ada sesuatu yang tulus di sana semacam keinginan untuk dimengerti.

“Aku tahu kamu gak suka bohong, Clar,” katanya pelan. “Tapi nenekku sakit. Dia cuma ingin lihat aku bahagia, walau cuma sebentar. Aku gak minta banyak, cuma… bantu aku sebentar aja. Setelah itu, kamu bebas, aku gak bakal maksa lagi.”

Nada suaranya kali ini berbeda. Tidak lagi menggoda atau arogan seperti biasanya, ada ketulusan yang membuat Clara hampir kehilangan kata.

Tapi sebelum perasaannya sempat goyah, bel masuk berbunyi. Clara langsung mengambil bukunya dan melangkah ke depan kelas tanpa menoleh lagi.

Sore harinya, hujan turun deras. Clara berlari kecil ke gerbang sekolah sambil menunggu mobil jemputan, menepuk-nepuk bajunya yang basah. Ketika ia hampir duduk, sebuah payung hitam tiba-tiba terbuka di atas kepalanya.

Ia menoleh dan tentu saja, Finn berdiri di sana.

“Jangan hujan-hujanan nanti sakit,” katanya, menatap Clara dengan senyum separuh.

Clara memutar bola matanya. “Kamu lagi?”

“Aku cuma… kebetulan lewat.”

“Kebetulan, ya?” Clara menyilangkan tangan. “Sama kayak waktu kamu ‘kebetulan’ muncul di depan kelasku, di kantin, dan di parkiran kemarin?”

Finn tersenyum miring. “Kita ini satu sekolah sudah pasti sering ketemu, apalagi jika satu kelas pasti terus ketemu.”

Clara mendecak. “Apa tidak punya pekerjaan lain? ”

Finn tertawa pelan. “Pekerjaan ku sekarang adalah membujukmu. ”

Clara diam. Kata-kata terakhir Finn membuatnya sedikit tertegun. Ia menatap wajah cowok itu dari bawah payung ada sesuatu yang berbeda. Tatapan Finn bukan lagi milik anak sombong yang suka cari perhatian, ada guratan lelah dan rasa bersalah di sana.

“Kamu benar-benar sayang sama nenekmu, ya?” tanya Clara akhirnya.

Finn menatap hujan yang turun deras di depan mereka. “Aku ini yatim piatu,sudah ditinggal oleh orang tuaku.hanya mereka berdua yang penting untuk ku, apapun keinginan mereka walaupun sulit akan aku lakukan.” Suaranya pelan, hampir tenggelam dalam suara hujan. “Dan sekarang mereka berdua ingin kita berpasangan,mereka senang dengan mu. ”

Hening.

Untuk pertama kalinya, Clara tidak tahu harus menjawab apa.

Keesokan harinya, saat Ria menemukan Clara di kelas, ia langsung bertanya dengan nada penasaran,

“Clar, kamu kemarin bareng kak Finn ke sekolah?”

Clara mengangkat alis. “Siapa yang bilang?”

“Ya semua orang di gerbang lihat kok. Dia buka payung buat kamu. Romantis banget, sumpah.”

Clara langsung memutar bola matanya dan menyembunyikan wajah di balik buku. “Astaga… gosip sekolah makin absurd aja.”

Ria menyenggolnya. “Tapi ngaku deh, apa sekarang kamu benar-benar sudah moveon dengan Arman?”

“Kenapa kamu malah sebut dia, kayak aku ini cinta mati dengan Arman”ucapnya kesal. Lanjut Clara dengan tegas, “Ria, dengerin. aku tidak mau menjalin hubungan dengan siapapun yang menganggu masa depan ku, dan sekarang aku lagi mikir untuk bisa mencari kebenaran tentang Desi. ”

“Bukankah sebentar lagi ultah Loly, kita bisa dekati Desi itu. ”

Clara terdiam, ia menyetujui usulan Ria.

Beberapa hari kemudian, saat jam pulang sekolah, Finn kembali mendekatinya.

“Kali ini aku gak maksa,” katanya sambil berdiri di depan Clara. “Aku cuma mau kasih ini.” Ia menyerahkan sebuah amplop putih kecil.

“Apa ini?”

“Tiket acara reuni perusahaan Morgan. Nenek bakal datang. Aku janji, kamu gak perlu akting apa pun, cuma datang sebagai temanku. Kalau kamu merasa gak nyaman, kamu bisa pulang kapan aja.”

Clara menatap amplop itu lama, lalu mendesah pelan. “Finn, kamu keras kepala banget.”

Finn tersenyum lembut. “Aku cuma berusaha keras buat seseorang yang berarti buatku.”

Clara mengernyit. “Maksudmu, nenekmu?”

Finn menatapnya lama, lalu berkata pelan, “Bukan cuma nenekku.”

Hening. Clara membeku di tempat. Ada sesuatu di dada yang tiba-tiba bergetar seperti campuran bingung, marah, dan sesuatu yang tak ingin ia akui.

Cowok ini… berbahaya. pikirnya.

1
Putri Ana
thorrr lanjuttttt dong.🤭
Putri Ana
lanjutttt thorrr 😭😭😭😭😭😭😭
penasaran bangetttttttt🤭
Putri Ana
bagussss bangettttt
Putri Ana
lanjutttttttttytttttttttt thorrrrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!