NovelToon NovelToon
Star Shine The Moon

Star Shine The Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Murni
Popularitas:515
Nilai: 5
Nama Author: Ulfa Nadia

Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.

Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.

Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

제22장

Setelah beberapa saat duduk bersama, suasana mulai mencair. Pandangan Ha Young tiba-tiba tertarik pada sebuah papan kayu yang mencolok di sisi taman hiburan: Meramal Nasib. Seorang ajumma berusia sekitar lima puluh tahun berdiri di depan kedai kecilnya, berkoar-koar dengan suara lantang, “Aku adalah cenayang berbakat! Nasibmu bisa berubah malam ini!”

Ha Young tersenyum kecil, tertarik. Tanpa sadar, ia berdiri dan mulai berjalan ke arah kedai itu, meninggalkan Jae Wan yang masih duduk di belakangnya.

Jae Wan melihatnya menjauh, lalu buru-buru bangkit. Ia berlari kecil menyusul Ha Young, langkahnya terhenti saat melihat gadis itu berdiri di depan cenayang, menatap papan ramalan dengan mata berbinar.

“Kenapa kamu kemari?” tanya Jae Wan, alisnya sedikit terangkat, nada suaranya heran.

Ha Young menoleh, senyumnya tipis namun sarat makna. “Aku ingin tahu seperti apa masa depanku. Siapa tahu... aku mati saat melawan ayahku,” ucapnya ringan, seolah kematian bukan hal yang menakutkan.

“Jangan bicara sembarangan,” sahut Jae Wan cepat. “Lagipula, aku tidak percaya pada ramalan.”

Tanpa mereka sadari, cenayang yang duduk di balik meja kecil itu mendengar perkataan Jae Wan. Ia menatap pria muda itu dengan mata tajam yang seolah bisa menembus lapisan pikirannya.

“Kamu punya hati yang baik,” ucap cenayang tiba-tiba. “Tapi jangan memaksa mencintai gadis yang tidak ditakdirkan untukmu.” tutur cenayang itu pada Jae Wan

Jae Wan tertegun. Kata-kata itu menghentikan napasnya sejenak. Ha Young menatapnya dalam-dalam, mencoba membaca sesuatu di balik ekspresi yang tiba-tiba berubah. Ia merasa... mungkin ada kisah yang belum pernah Jae Wan ceritakan padanya.

“Suatu hari,” lanjut cenayang, “kamu akan mencintai gadis yang benar-benar ditakdirkan untukmu. Tapi akan sulit bagimu untuk mengenalinya.”

Jae Wan tetap diam. Meski hatinya dipenuhi pertanyaan, ia memilih menyimpannya sendiri. Ada sesuatu dalam kata-kata itu yang mengguncang, tapi belum bisa ia uraikan.

Kini, pandangan cenayang beralih pada Ha Young. “Nona, kamu ingin diramal dari garis tangan atau kartu tarot?” tanyanya sambil menunjuk ke setumpuk kartu yang tertata rapi di atas meja.

Ha Young melangkah maju, matanya tak lepas dari kartu-kartu itu. “Aku ingin diramal dengan kartu tarot,” jawabnya tegas.

Cenayang itu menatap Ha Young dengan sorot mata tajam namun tenang. “Ambillah tiga kartu secara acak,” ucapnya pelan, seolah setiap kata mengandung makna.

Ha Young mengangguk dan mulai memilih. Tangannya bergerak hati-hati, seolah takut menyentuh takdir yang tersembunyi di balik lembaran kartu. Ia menyerahkan tiga kartu kepada cenayang, yang kemudian menempatkannya berjauhan di atas meja kayu tua yang dipenuhi aroma dupa.

Cenayang membuka kartu pertama. Matanya berbinar, senyumnya mengembang. “Ini tentang jodohmu, Nona. Kamu sangat beruntung. Pria ini mencintaimu dengan tulus, melindungimu, dan rela mengorbankan nyawanya demi keselamatanmu.”

Ha Young tersenyum, pikirannya langsung melayang pada Hee Jae sosok yang pernah membuatnya merasa aman, meski hanya sebentar.

Kartu kedua dibuka. Cenayang masih tersenyum. “Karirmu juga tampaknya akan baik-baik saja. kamu akan mendapatkan pekerjaan yang kamu sukai sejak awal dan keberhasilan yang menunggu.”

Ha Young mengangguk pelan, merasa sedikit lega. Walaupun sebenarnya ia sedikit belum paham dengan yang dimaksud cenayang itu. Namun ketika cenayang membuka kartu ketiga, suasana berubah. Senyumnya menghilang. Matanya menatap kartu itu lama, terlalu lama. Wajahnya berubah muram, dan Ha Young mulai merasa gelisah.

“Bagaimana dengan kartu ketiga?” tanya Ha Young, mencoba menahan rasa penasaran yang mulai menyesakkan.

Jae Wan yang berdiri di sampingnya ikut mencondongkan tubuh, matanya menatap cenayang dengan penuh tanya. Tapi cenayang tampak berat untuk bicara.

“Ini... terlalu buruk untuk dikatakan,” ucapnya akhirnya. “Tapi Nona harus mendengarnya. Karena ini adalah bagian dari takdir yang akan nona jalani.”

Ha Young menelan ludah, lalu menatap Jae Wan sejenak sebelum kembali menatap cenayang. “Apa sesuatu yang buruk akan terjadi padaku?”

Cenayang mengangguk pelan. “Mungkin nona tidak bisa menghindarinya... tapi nona bisa mencegahnya, untuk sekarang. Jika bisa, jangan keluar lusa malam. Pastikan nona tetap berada di rumah. Jangan abaikan peringatan ini.”

Ha Young terdiam. Kata-kata itu menggema di kepalanya, menimbulkan bayangan-bayangan yang belum jelas bentuknya.

Ha Young menatap kartu ketiga yang masih terbuka di meja cenayang, lalu berbisik pelan, “Apa... aku akan mati jika keluar malam itu?” tanya Ha Young terbata

Cenayang tak menjawab. Tapi raut wajahnya cukup jelas mata yang tak berani menatap langsung, bibir yang menahan kata, dan ekspresi yang seolah sudah tahu jawabannya. Ha Young menelan ludah, jantungnya berdegup lebih cepat.

Jae Wan melangkah maju, nadanya mulai tegas. “sejak awal aku sudah gak percaya dengan ini. Apa anda tahu bagaimana dia akan mati?” tanyanya, mencoba memastikan.

Cenayang tetap diam. Tidak membenarkan, tidak menyangkal.

“Kamu tidak bisa memastikan,” ujar Jae Wan dingin. “Kalau begitu, perkataan anda tadi adalah kebohongan belaka.” Ia langsung meraih pergelangan tangan Ha Young dan mengajaknya pergi. Ha Young tak membantah, hanya mengikuti langkah Jae Wan. Tapi pikirannya masih dipenuhi bayangan yang tak bisa ia usir.

Setelah mereka berjalan cukup jauh dari kedai kecil itu, Ha Young akhirnya bicara, suaranya lirih. “Detektif Han... bagaimana jika yang dia katakan benar? Dia bilang aku tidak bisa menghindarinya.”

Jae Wan menghela napas, nadanya terdengar kesal. “aku kan sudah bilang, aku gak percaya pada ramalan. Kenapa kamu masih mempercayai perkataan wanita itu? Dia hanya asal menebak, dan bisa dia hanya menakut nakuti”

Ha Young menoleh, matanya menatap Jae Wan dengan tajam. “Kamu yakin dengan itu? Tapi saat dia meramalmu, kamu hanya diam. Seakan semua yang ia katakan... benar.”

Jae Wan terdiam sejenak, lalu menjawab pelan, “Itu karena aku tidak mengerti dengan apa yang dia ucapkan. Ha Young-ssi, kau harus percaya... apapun yang terjadi, kamu bisa mengatasinya. Kami lupa, aku juga akan membantumu.”

Ha Young menatapnya lama. Ada ketulusan di mata Jae Wan, dan untuk sesaat, ketakutannya mereda. Ia mencoba melupakan kata-kata cenayang itu, mencoba percaya bahwa ramalan hanyalah tebakan. Dan bahwa perlindungan Jae Wan... mungkin lebih nyata daripada takdir yang digambarkan di atas kartu.

Jae Wan menatap langkah Ha Young yang mulai melambat di bawah cahaya lampu taman hiburan. Wajah gadis itu tampak tenang, tapi ia tahu betul bahwa ketenangan itu hanya lapisan luar. Di balik senyum tipis dan sorot mata yang mencoba tegar, ada ketakutan yang tak bisa diucapkan. Ramalan tadi mungkin hanya kata-kata dari seorang cenayang, tapi bagi Ha Young yang sedang berjalan di tepi jurang antara kebenaran dan kehancuran, setiap kata bisa menjadi bayangan yang menghantui.

Ia teringat kembali kata-kata Yeo Jin tentang kesepian Ha Young, tentang keberanian yang lahir dari luka. Dan kini, melihat gadis itu berjalan di sampingnya, Jae Wan merasa ada sesuatu yang bergeser dalam dirinya. Bukan sekadar tanggung jawab sebagai detektif, tapi dorongan yang lebih dalam: keinginan untuk menjadi tempat berpulang bagi seseorang yang tak pernah benar-benar punya tempat aman. Ia tahu, Ha Young sedang mempertaruhkan segalanya. Dan ia tak bisa membiarkannya berjalan sendiri.

Langkah mereka terus beriringan, tapi pikiran Jae Wan tak berhenti berputar. Ia mulai bertanya pada dirinya sendiri bukan tentang bukti atau strategi, tapi tentang keberanian untuk menjaga seseorang yang mulai berarti. Ia tak tahu apakah ia bisa melindungi Ha Young dari takdir yang disebutkan cenayang. Tapi satu hal yang ia tahu pasti: ia tidak akan membiarkan gadis itu menghadapi semuanya sendirian.

1
knovitriana
update Thor, saling support
Xia Lily3056
Gemesin banget si tokoh utamanya.
Muhammad Fatih
Membuat terkesan
🥔Potato of evil✨
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!