Bagi Nadin, bekerja di perusahaan besar itu impian. Sampai dia sadar, bosnya ternyata anak tetangga sendiri! Marvin Alexander, dingin, perfeksionis, dan dulu sering jadi korban keisengannya.
Suatu hari tumpahan kopi bikin seluruh kantor geger, dan sejak itu hubungan mereka beku. Eh, belum selesai drama kantor, orang tua malah menjodohkan mereka berdua!
Nadin mau nolak, tapi gimana kalau ternyata bos jutek itu diam-diam suka sama dia?
Pernikahan rahasia, cemburu di tempat kerja, dan tetangga yang hobi ikut campur,
siapa sangka cinta bisa sechaotic ini.
Yuk, simak kisah mereka di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Dua Minggu berlalu.
Sudah dua minggu sejak konferensi pers itu berlalu. Proyek sosial sukses besar, dan nama Nadin mulai dikenal di dunia bisnis. Tapi kesuksesan itu datang bersamaan dengan gejala baru yang bikin hidup Nadin jungkir balik.
Pagi itu, rumah keluarga Alexander berubah jadi zona bencana kecil.
“Huek!”
Suara muntah dari kamar mandi terdengar lagi. Marvin yang baru mau pakai jas langsung panik. Ia berlari secepat mungkin, sampai dasinya terbang ke belakang.
“Nadin! Kamu kenapa lagi? Aku udah bilang jangan sarapan pedes...”
“Aku belum sarapan!” jerit Nadin dari dalam kamar mandi. “Aku cuma cium bau sambal dari dapur!”
Marvin menatap pintu kamar mandi dengan ekspresi ngeri.
“Astaga, kamu bisa mabok cuma gara-gara bau sambal?”
“Kamu mau aku jawab sambil muntah?”
Marvin langsung mundur, menepuk dada sendiri.
“Oke, oke, jangan marah ... tenang ... aku panggil Mama ya biar...”
“Jangan! Mama nanti malah nanya udah isi berapa bulan!”
Marvin menahan tawa, tapi wajahnya tetap panik. Ia berdiri di depan pintu seperti satpam menjaga aset berharga negara. Begitu Nadin keluar dengan wajah pucat, Marvin langsung refleks menyodorkan tiga hal sekaligus, air putih, tisu, dan jaket.
“Minum dulu, jangan kena angin, nanti masuk angin malah tambah mual.”
“Marvin, aku cuma muntah, bukan operasi ginjal.”
“Sama aja! Tubuh kamu lemah, aku nggak mau ambil risiko.”
Nadin menatap suaminya yang panik sampai hampir menjatuhkan gelas.
“Boleh nggak hari ini aku kerja di rumah aja?” katanya lembut.
“Nggak boleh. Kamu harus istirahat, bukan kerja.”
“Kerja di rumah, Marvin.”
“O-oh... iya. Maksudku, kerja di rumah boleh. Tapi aku pulang jam makan siang buat ngawasin.”
“Aku hamil, bukan tahanan rumah,” gumam Nadin kesal. Namun begitu Marvin pergi, Nadin cuma bisa tertawa kecil.
CEO dingin yang dulu selalu tampil kalem di depan investor, sekarang bisa panik cuma karena istrinya muntah tiga kali dalam sehari. Jam makan siang, seperti janji Marvin, dia benar-benar pulang. Masih pakai jas dan dasi, tapi di tangan bawa kantong besar.
“Aku bawa makanan sehat buat kamu!”
“Kamu nggak perlu repot, aku udah makan kok.”
“Makan apa?”
“Kerupuk sama es teh.”
Marvin langsung membeku.
"Kerupuk?! Nadin!"
“Heh, jangan teriak! Nanti bayi kita ikut kaget!”
Marvin menatapnya seperti ingin marah tapi malah menunduk pasrah.
“Kamu ini bikin aku stres tiap hari…”
“Tapi kamu cinta, kan?”
“Sialnya iya.”
Sore harinya, Araya pulang membawa beberapa buah segar dan bantal baru. Begitu tahu Nadin hamil, ia langsung berubah jadi ibu mertua paling perhatian sedunia.
“Nadin sayang, kamu mau jus apa? Pepaya? Alpukat? Jeruk? Mama bisa buat semuanya!”
“Mama, aku cuma mau tidur.”
“Oh, nggak bisa! Ibu hamil harus makan dulu, nanti pingsan loh!”
“Mama…”
“Ssst, Marvin, bantu Mama buat jus alpukat ya!”
“Siap, Ma!”
Nadin menatap dua orang itu bergantian, suaminya dan mertua, yang sekarang bersatu padu melindungi spesies langka bernama ibu hamil Nadin Alexander.
“Aku kayak pasien rumah sakit elit…” gumam Nadin pelan.
“Pasien kesayangan rumah ini,” jawab Marvin sambil mencubit pipinya gemas. Nadin pura-pura mendengus, tapi hatinya hangat.
Malamnya, ketika mereka sudah berbaring, Nadin bersandar di dada Marvin.
“Kamu nggak capek jaga aku terus?”
“Kalau aku bisa jaga dua nyawa sekaligus, capek pun terasa manis.”
“Gombal.”
“Bukan gombal, itu fakta.”
Marvin mengecup keningnya. Nadin terdiam sesaat, menatap wajah suaminya yang dulu dingin dan kaku, kini hangat dan penuh perhatian.
“Kamu tahu nggak, Marvin?” bisiknya pelan.
“Apa?”
“Aku takut jadi ibu.”
“Kenapa?”
“Aku takut nggak bisa sesabar Mama kamu … atau ibu ku.”
Marvin mengelus rambutnya lembut.
“Kamu nggak perlu jadi seperti mereka. Kamu cukup jadi kamu ... bar-bar, keras kepala, tapi tulus. Anak kita pasti bangga punya ibu seperti itu.”
Nadin memejamkan mata sejenak, senyum kecil muncul di wajahnya.
rasanya pengen tak getok aja tuh kepalanya Anita biar gegar otak sekalian . jadi orang kok murahan banget mau merebut suami orang .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sampai bacanya gemes tolong pelakor di hempaskan biyar kapok dan kena karmanya....
heeee lanjut Thor semangat 💪
tapi ingat aja Anita.... kamu gak akan menang melawan wanita bar-bar seperti Nadin Alexander .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
dan ternyata drama ibu hamil masih berlanjut terus . bukan Nadin yang hamil yang bikin heboh , tapi Marvin suaminya malah sekarang ditambah mertuanya .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
tapi pantes aja sih kelakuan Anita kayak gitu , orang ajaran dan didikan ibunya juga gak bener .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
apalagi sekarang Nadin lagi hamil makin sayang dan cinta mereka makin tumbuh lebih besar .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
selamat ya Nadin dan Marvin , semoga kehamilannya berjalan lancar hingga lahiran nanti .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍