NovelToon NovelToon
TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Penyelamat
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author:

Alea, seorang wanita muda dan cantik, terpaksa menikahi Rian melalui perjodohan. Namun, kebahagiaan yang diharapkan pupus ketika Rian mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan Gina. Patah hati, Alea memutuskan untuk bercerai dan meninggalkan Rian. Takdir berkata lain, bis yang ditumpangi Alea mengalami kecelakaan tragis. Di tengah kekacauan, Alea diselamatkan oleh Ben, seorang pria berkarisma dan berstatus sebagai bos besar yang dikenal dingin dan misterius. Setelah sadar, Alea mendapati dirinya berada di rumah mewah Ben. Ia memutuskan untuk berpura-pura hilang ingatan, sebuah kesempatan untuk memulai hidup baru. Ben, yang ternyata diam-diam mencintai Alea sejak lama, memanfaatkan situasi ini. Ia memanipulasi keadaan, meyakinkan Alea bahwa ia adalah kekasihnya. Alea, yang berpura-pura hilang ingatan tentang masa lalunya, mengikuti alur permainan Ben. Ia berusaha menjadi wanita yang diinginkan Ben, tanpa menyadari bahwa ia sedang terperangkap dalam jaring-jaring cinta dan kebohongan. Lalu, apa yang akan terjadi ketika ingatan Alea kembali? Apakah ia akan menerima cinta Ben, atau justru membenci pria yang telah memanipulasinya? Dan bagaimana dengan Rian, apakah ia akan menyesali perbuatannya dan berusaha merebut Alea kembali?

RIAN

Mobil yang mereka tumpangi melaju memasuki area parkir sebuah mall. Sejak kejadian di jalan tadi, Ben dan Alea masih membisu. Hanya suara mesin mobil dan sesekali deru kendaraan lain yang terdengar. Alea melirik Ben yang duduk di sampingnya, wajahnya datar tanpa ekspresi. Ia jadi semakin merasa bersalah karena sudah membuat Ben marah.

"Sudah sampai, Tuan," kata Pak Wawan, sang sopir, memecah keheningan.

Ben turun dari mobil tanpa sepatah kata pun. Alea menghela napas dan mengikuti Ben dari belakang. Mereka berjalan berdampingan memasuki mall, tapi tidak ada percakapan di antara mereka. Alea merasa canggung dan bingung harus berbuat apa.

"Ben, kita mau ngapain di sini?" tanya Alea akhirnya, mencoba mencairkan suasana.

Ben berhenti sejenak, lalu menoleh ke arah Alea. "Ikuti saja,” jawab Ben dingin.

Alea mengerutkan kening. Jawaban Ben terdengar dingin dan tidak bersahabat. " Ia hanya mengikuti Ben saja. Tidak berani bertanya lagi.

Ben menghela napas. "Sesulit itu kamu menggandeng tanganku Alea?” Tanya Ben ketus.

Alea terdiam. Ia tahu Ben sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Ia memutuskan menggandeng tangan Ben dan tidak bertanya lagi. Mereka berjalan menyusuri lorong mall yang ramai dengan pengunjung. Alea melihat sekeliling, mencoba mencari sesuatu yang bisa menarik perhatiannya. Toko pakaian, toko sepatu, toko buku, semuanya tampak biasa saja.

Ben tiba-tiba berhenti di depan sebuah toko pakaian yang tampak mewah. Logo merek terkenal terpampang jelas di atas pintu masuk. Alea mengerutkan kening, merasa tidak yakin dengan tempat ini. Toko ini pasti sangat mahal, pikirnya.

"Masuk," kata Ben singkat, tanpa menoleh ke arah Alea.

Alea ragu-ragu mengikuti Ben masuk ke dalam toko. Interior toko itu tampak elegan dengan tata letak yang rapi dan pencahayaan yang lembut. Beberapa karyawan toko menyambut mereka dengan senyum ramah.

"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?" sapa salah seorang karyawan.

Ben tidak menjawab sapaan itu. Ia langsung menghampiri salah satu karyawan lainnya dan berkata, "Siapkan semua koleksi terbaik yang kalian punya. Ukuran S untuk wanita."

Alea terkejut mendengar permintaan Ben. Karyawan toko itu menuruti Ben, ia segera mengangguk dan memberikan isyarat kepada rekan-rekannya. Dalam sekejap, beberapa karyawan mulai sibuk mengeluarkan berbagai macam pakaian dari rak dan membawanya ke ruang ganti.

Alea menarik lengan Ben, mencoba berbicara dengannya. "Ben, ini untuk apa? Kenapa kamu nyuruh mereka mengeluarkan semua baju?"

Ben menoleh ke arah Alea dengan tatapan datar tanpa menjawabnya.

Ben, dengan posisinya sebagai CEO muda yang kaya raya, tentu saja tidak kesulitan melakukan hal ini. Baginya, ini hanya cara kecil untuk memperbaiki suasana hati Alea. Ia ingin menebus kesalahannya, meskipun Alea mungkin tidak menyadarinya.

"Coba beberapa pakaian yang kamu suka," ujar Ben, nadanya masih datar, namun sedikit lebih lembut.

Alea menghela napas dan mulai memilih beberapa pakaian yang menarik perhatiannya. Ia mencoba satu per satu di ruang ganti, lalu keluar untuk menunjukkan hasilnya pada Ben.

Gaun pertama yang dicoba Alea adalah gaun merah menyala dengan potongan sederhana. Ben menggeleng. "Kurang cocok untukmu."

Alea kembali ke ruang ganti dan mencoba gaun lain. Kali ini, ia memilih gaun biru navy dengan detail renda yang elegan. Ben mengamati Alea dari atas hingga bawah. "Lumayan, tapi kurang istimewa."

Alea mulai merasa lelah. Ia sudah mencoba beberapa pakaian, namun belum ada yang benar-benar memuaskan Ben. Ia merasa seperti sedang mengikuti audisi pakaian, di mana Ben menjadi jurinya.

Akhirnya, Alea mencoba sebuah gaun putih dengan potongan asimetris yang unik. Ben menatap Alea dengan tatapan berbeda. "Nah, ini baru bagus. Cocok sekali."

Alea tersenyum lega. Akhirnya, ada juga pakaian yang disukai Ben. Ia merasa senang bisa memenuhi keinginan Ben.

Setelah beberapa kali mencoba dan memperlihatkan pakaian pada Ben, Alea akhirnya mendapatkan beberapa potong pakaian yang disetujui oleh mereka berdua. Ben langsung meminta karyawan toko untuk membungkus semua pakaian itu dan membawanya ke kasir.

"Sudah selesai?" tanya Ben, setelah semua pakaian selesai dibungkus.

Alea mengangguk. "Sudah, terima kasih ya, Ben."

Ben hanya mengangguk singkat. Ia membayar semua belanjaan Alea dengan kartunya, lalu mereka keluar dari toko dengan membawa beberapa tas belanjaan penuh dengan pakaian mahal.

Setelah selesai berbelanja, Ben mengajak Alea untuk makan siang. Mereka berjalan menuju area restoran di mall. Namun, tanpa disangka, di kejauhan tampak sosok Rian, mantan suami Alea, yang sedang berjalan ke arah mereka.

Rian terkejut melihat Alea. "Alea?" gumamnya, lalu mempercepat langkah.

Namun, sebelum Rian berhasil mendekat, Ben sudah menyadari kehadirannya. Dengan cepat, Ben memberikan kode kepada asistennya yang selalu mengikuti dari belakang. Asisten Ben bergerak cepat menghadang Rian, memberikan alasan bahwa mereka sedang tidak ingin diganggu.

Alea tidak menyadari apa yang terjadi. Ben dengan sigap mengalihkan perhatiannya dengan menunjuk sebuah toko pernak-pernik. "Lihat itu, Alea. Sepertinya menarik," ujarnya sambil tersenyum.

Alea menoleh ke arah yang ditunjuk Ben. "Oh, iya. Lucu sekali," jawabnya tanpa curiga.

Ben kemudian menggandeng tangan Alea dan berkata, "Tapi, sepertinya restoran di sini terlalu ramai. Bagaimana kalau kita cari tempat lain saja?"

Alea mengangguk setuju. "Boleh saja. Aku ikut saja."

Dengan tergesa-gesa, Ben membawa Alea keluar dari mall. Ia tidak ingin Rian bertemu dengan Alea dan merusak suasana hatinya. Mereka masuk ke dalam mobil dan Ben meminta sopir untuk mengantarkan mereka ke restoran lain yang lebih tenang.

Di dalam mobil, Alea merasa sedikit bingung dengan perubahan rencana yang tiba-tiba. "Kenapa kita buru-buru keluar dari mall? Ada yang ketinggalan?" tanyanya.

Ben tersenyum. "Tidak ada. Hanya saja, aku ingin mencari suasana yang lebih nyaman untuk makan siang. Aku tahu restoran yang enak di daerah lain. Kamu pasti suka."

Alea hanya mengangguk, meskipun masih merasa sedikit aneh. Ia tidak tahu bahwa Ben telah menyelamatkannya dari pertemuan yang tidak diinginkan dengan mantan suaminya. Ben merasa lega karena berhasil menjauhkan Alea dari Rian. Ia tidak ingin masa lalu Alea kembali menghantuinya. Ia ingin Alea bahagia bersamanya, tanpa ada gangguan dari siapa pun.

Ben dan Alea tiba di sebuah restoran yang tampak mewah namun tidak terlalu ramai. Ben turun dari mobil.

"Kamu suka tempat ini?" tanya Ben sambil menggandeng Alea masuk.

Alea mengangguk. "Tempatnya nyaman dan tenang."

Ben tersenyum tipis. Ia sudah menghubungi restoran ini sebelumnya dan meminta agar mereka menyiapkan ruangan VIP yang privat. Ia tidak ingin ada orang lain yang mengganggu makan siang mereka.

Saat mereka masuk, seorang pelayan menyambut mereka dengan hormat. "Selamat siang, Tuan Ben. Meja Anda sudah siap."

Pelayan itu mengantar mereka ke sebuah ruangan yang terpisah dari ruang utama restoran. Ruangan itu didekorasi dengan indah dan memiliki pemandangan yang menghadap ke taman.

Alea terkejut melihat ruangan itu. "Ben, kenapa kita di ruangan pribadi seperti ini?"

Ben tersenyum. "Aku ingin kita bisa makan dengan tenang tanpa ada gangguan dari orang lain."

Alea merasa tersentuh dengan perhatian Ben. Ia tahu bahwa Ben berusaha keras untuk membuatnya merasa nyaman dan bahagia.

Mereka duduk di meja yang sudah ditata dengan rapi. Ben memanggil pelayan dan memesan beberapa hidangan favorit mereka.

Sambil menunggu makanan datang, Ben menatap Alea dengan lembut. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya.

Alea mengangguk. "Ya, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengajak ku keluar hari ini."

Ben menggenggam tangan Alea. "Aku senang bisa membuatmu tersenyum."

Makanan pun datang. Mereka makan dengan tenang sambil menikmati suasana yang romantis. 

Suasana romantis di restoran itu tidak sepenuhnya menutupi kegelisahan yang ada di benak Ben. Sambil menikmati hidangan, pikirannya melayang pada kejadian di mall tadi. Kenapa Rian bisa ada di sini? Apa yang dia inginkan? Ben bertanya-tanya dalam hati.

Ia menatap Alea yang sedang menikmati makanannya dengan senyum di wajahnya. Ben merasa bersalah karena menyembunyikan kebenaran dari Alea. Ia tidak ingin Alea terbebani dengan masalah masa lalunya.

Setelah beberapa saat, Ben tersadar dari lamunannya. Ia harus bertindak. Ia tidak bisa membiarkan Rian mengganggu kehidupan Alea lagi.

Dengan alasan ingin ke toilet, Ben meninggalkan Alea sejenak. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan singkat kepada asistennya.

"Cari tahu apa yang Rian lakukan di kota ini. Pastikan dia tidak pernah lagi mendekati Alea," tulis Ben dalam pesannya.

Setelah mengirim pesan, Ben menghela napas panjang. Ia merasa sedikit lega karena sudah mengambil tindakan. Namun, ia juga merasa khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ia kembali ke meja makan dan mencoba untuk bersikap seperti biasa. Ia tidak ingin Alea curiga dengan apa yang sedang ia pikirkan.

"Maaf, lama ya," kata Ben sambil tersenyum.

Alea menggeleng. "Tidak apa-apa. Makanannya enak sekali."

Ben tersenyum dan kembali menikmati makanannya. Namun, pikirannya tetap tertuju pada Rian dan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Ia bertekad untuk melindungi Alea dari segala macam bahaya, termasuk dari masa lalunya.

Ben tahu bahwa ia harus berhati-hati dalam bertindak. Ia tidak ingin Alea mengetahui tentang masa lalunya yang kelam. Ia ingin Alea hanya melihat dirinya sebagai seorang pria yang mencintainya dan ingin membahagiakannya.

Ia berharap asistennya bisa segera mendapatkan informasi tentang Rian dan mengambil tindakan yang diperlukan. Ia tidak ingin Rian merusak kebahagiaan yang sedang ia rasakan bersama Alea.

1
Vash the Stampede
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️
total 1 replies
emi_sunflower_skr
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
Ichigo Kurosaki
Ceritanya menghibur sekali.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!