NovelToon NovelToon
Gadis Yang Terlupakan

Gadis Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Keluarga / Cinta Murni
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cumi kecil

Ayla tumbuh sebagai gadis yang terasingkan di rumahnya sendiri. Sejak kecil, kasih sayang kedua orang tuanya lebih banyak tercurah pada sang kakak, Aluna gadis cantik yang selalu dipuja dan dimanjakan. Ayla hanya menjadi bayangan, tak pernah dianggap penting. Luka itu semakin dalam ketika ia harus merelakan cinta pertamanya, Arga, demi kebahagiaan sang kakak.

Tidak tahan dengan rasa sakit yang menjerat, Ayla memilih pergi dari rumah dan meninggalkan segalanya. Lima tahun kemudian, ia kembali ke ibu kota bukan sebagai gadis lemah yang dulu, melainkan sebagai wanita matang dan cerdas. Atas kepercayaan atasannya, Ayla dipercaya mengelola sebuah perusahaan besar.

Pertemuannya kembali dengan masa lalu keluarga yang pernah menyingkirkannya, kakak yang selalu menjadi pusat segalanya, dan lelaki yang dulu ia tinggalkan membuka kembali luka lama. Namun kali ini, Ayla datang bukan untuk menyerah. Ia datang untuk berdiri tegak, membuktikan bahwa dirinya pantas mendapatkan cinta dan kebahagiaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 BAYANGAN DI PARKIRRAN.

Setelah meninggalkan Arga di lorong parkiran, Alya kembali melangkah dengan tenang ke dalam klab. Musik kembali menyambutnya, lampu warna-warni berpendar di udara. Dinda yang tadi panik segera menyusul dari belakang, wajahnya khawatir.

“Bu Alya, apa tidak apa-apa? Saya lihat tadi Tuan Arga menarik Bu Alya dengan kasar,” bisik Dinda.

Alya hanya mengangguk singkat, lalu mengibaskan rambutnya dengan anggun. “Aku baik-baik saja, Din. Sekarang fokus. Kita masih punya urusan yang belum selesai.”

Mereka berdua berjalan menuju area VIP tempat seorang pria masih menunggu. Pria itu, Samuel atau yang biasa dipanggil Tuan Sam duduk dengan tenang, meski jelas terlihat rasa tidak nyaman di wajahnya. Segelas anggur merah masih setengah penuh di depannya, dan tatapannya tertuju pada Alya yang kembali datang.

Alya menghentikan langkahnya tepat di depan meja, lalu membungkuk sedikit. “Maafkan saya, Tuan Sam. Tadi ada hal yang tidak terduga terjadi. Tidak seharusnya urusan pribadi saya mengganggu pertemuan penting kita.”

Samuel menaikkan satu alis, lalu meneguk anggurnya pelan. “Hmm… urusan pribadi, ya? Saya tidak menyangka seorang wanita seperti Anda bisa terseret drama seperti itu.” Suaranya berat, penuh wibawa, tapi juga ada nada sindiran di dalamnya.

Alya tersenyum tipis, tak terprovokasi. Ia duduk kembali dengan sikap elegan, menatap Samuel dengan mata tajam namun tetap penuh hormat.

“Benar, Tuan Sam. Saya akui itu kelemahan saya. Tapi saya pastikan, hal seperti itu tidak akan memengaruhi profesionalisme saya dalam mengelola bisnis. Anda bisa menilai saya dari hasil kerja saya nanti, bukan dari keributan yang barusan.”

Samuel menatap Alya dalam-dalam. Ada jeda cukup lama sebelum ia akhirnya mengangguk pelan. “Jawaban yang berani. Saya suka orang yang bisa mengendalikan dirinya.”

Dinda tersenyum lega melihat suasana kembali mencair. Alya mengambil kesempatan itu untuk melanjutkan.

“Kerja sama ini penting untuk perusahaan kami, dan saya pribadi tidak ingin mengecewakan kepercayaan Anda. Jadi sekali lagi, saya minta maaf atas insiden tadi.”

Samuel menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu tersenyum samar. “Baiklah, Nona Alya. Saya akan mempertimbangkan semuanya. Saya suka cara Anda menenangkan situasi. Itu menunjukkan Anda bukan hanya cantik, tapi juga cerdas.”

Alya menahan diri untuk tidak menunjukkan senyum puas. Ia tahu, langkah kecil ini adalah awal penting untuk memperkuat posisinya di dunia bisnis. Dan lebih dari itu, ia ingin membuktikan bukan hanya pada keluarganya, tapi juga pada semua orang bahwa dirinya mampu berdiri tegak.

Di balik meja itu, Alya berjanji dalam hati.

Tak peduli berapa banyak rintangan, aku tidak akan lagi terinjak. Semua yang pernah meremehkanku, akan melihat siapa Alya yang sebenarnya.

...----------------...

Malam semakin larut ketika Alya dan Dinda sampai di apartemen mewah milik Alya. Lampu parkiran yang remang-remang memantulkan cahaya dari bodi mobil hitam yang terparkir tak jauh dari pintu masuk.

Alya baru saja keluar dari mobilnya, ketika matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya.

Arga.

Pria itu berdiri bersandar pada mobil sport miliknya, satu tangan menyelip di saku celana, sementara tangan lainnya memegang sebatang rokok yang ujungnya berasap. Asap putih melayang di udara, menyamarkan sebagian wajah dinginnya.

Tatapan Arga lurus mengarah pada Alya. Matanya gelap, entah dipenuhi amarah, cemburu, atau mungkin keduanya.

Dinda yang melihat pemandangan itu spontan berbisik lirih. “Bu Alya… Tuan Arga rupanya menunggu di sini. Apa perlu saya…?”

“Tidak,” potong Alya cepat. Bibirnya tersenyum tipis, meski tatapannya tajam. “Aku yang akan menghadapinya.”

Ia melangkah tenang mendekati Arga, hak sepatunya mengetuk lantai parkiran, menciptakan gema samar.

Arga melempar puntung rokoknya ke lantai, menginjaknya dengan keras. “Sudah puas?” suaranya rendah, serak, namun setiap katanya menusuk. “Setelah membuatku seperti orang bodoh di depan umum, kau kembali duduk manis dengan pria itu seolah tak ada yang terjadi.”

Alya menahan diri untuk tidak mendengus. Ia mendekat hingga hanya berjarak satu meter darinya. “Kalau maksudmu Tuan Sam, ya. Aku kembali karena itu tugasku. Aku tidak bisa membiarkan urusan pribadi mengacaukan bisnis.”

Arga menatap tajam, wajahnya mendekat, nadanya penuh tuntutan. “Bisnis? Atau kau sengaja membuatku gila dengan permainanmu ini, Alya?”

Alya justru tersenyum dingin. “Kalau kau merasa terganggu, itu urusanmu, Arga. Aku tidak pernah memintamu mengikutiku, apalagi berdiri di sini menungguku seperti penguntit.”

Kata-katanya membuat rahang Arga menegang. Ada bara di matanya, bercampur dengan rasa sakit yang tak bisa ia sembunyikan.

“Alya…” Arga menarik napas berat, berusaha meredam emosinya. “Aku tidak bisa lagi berpura-pura. Kau tahu aku peduli padamu. Jadi berhenti membuat jarak dengan alasan ‘profesional’. Aku tidak akan membiarkan pria lain mendekatimu.”

Alya membeku sejenak, tapi cepat menguasai diri. Senyum tipis muncul di bibirnya, kali ini lebih menusuk.

“Kalau begitu… bersiaplah, Arga. Karena ini baru permulaan.” Batin Alya.

Ia lalu berjalan melewati Arga, meninggalkannya berdiri kaku dengan hati penuh pertanyaan.

Langkah Alya terdengar mantap ketika melewati Arga, gaun hitamnya berayun pelan seiring gerakan tubuhnya. Dalam hati ia yakin, Arga akan mengejarnya seperti biasa. Lelaki itu selalu terlalu mudah ditarik masuk dalam pusaran emosinya.

Namun, begitu ia sampai di pintu masuk apartemen, perasaan aneh mengusik. Ada naluri yang memaksanya untuk menoleh ke belakang.

Saat kepalanya berputar, Alya terdiam.

Arga tidak mengejarnya. Pria itu justru berdiri di samping mobilnya, satu tangan merogoh ponsel, menempelkannya ke telinga.

Wajahnya terlihat panik. Alisnya berkerut dalam, langkahnya mondar-mandir kecil di samping mobil. Ujung jarinya menekan rokok yang belum sempat ia nyalakan kembali.

Alya memperhatikan dengan seksama dari kejauhan. Kata-kata yang terdengar samar terbawa angin

“Ya, Dokter… sekarang? Bagaimana kondisinya?”

Ada jeda, lalu suara Arga meninggi meski berusaha ditahan. “Apa maksud Anda kritis?!”

Dada Alya mengeras. Ia tidak bisa mendengar jelas kelanjutannya, tapi ekspresi Arga sudah cukup memberi jawaban. Wajah itu pucat, penuh kecemasan, jauh berbeda dari Arga yang tadi menatapnya dengan cemburu dan amarah.

Alya menggenggam erat tas kecilnya. Dalam hatinya muncul keraguan sesaat siapa yang sedang dibicarakan Arga? Aluna? Atau anggota keluarganya yang lain?

Senyum dingin yang tadi ia kenakan perlahan memudar. Ada sesuatu di balik kepanikan itu yang membuat hatinya bergetar, meski ia buru-buru menepisnya.

Tidak, Alya. Jangan biarkan kelembutanmu mengacaukan permainan ini. Ingat tujuanmu.

Tanpa berkata apa pun, Alya berbalik dan masuk ke dalam lobi apartemen. Tapi langkahnya terasa lebih berat dari sebelumnya, meninggalkan Arga yang masih sibuk dengan panggilan telepon penuh kecemasan.

1
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
dasar dedemit..
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
harusnya kamu senang kalau Alya sudah menikah jadi Arga bisa kamu miliki Aluna😏
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
wleeek gadis baik,keluarga terhormat 😏😏
Aceless
lanjut
Adi Sudiro
cerita jadi wanita yang cerdas dan lebih kuat mana ini Thor 🤭🤭🤭
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
so sweet🥰🥰
Aceless
nah gitu Alya. kamu harus berani
Aceless
gereget sama Aluna yang selalu menghasut semua orang 😡
Adinda
mungkinkah pak surya atasan alya adalah sahabat dari Ayah kandung alya
Adinda
lebih baik kamu sama Sam alya
Adinda
pergi la sana Kau arga pria pengecut tak pantas sama alya
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
siap² saja mommy nya si Arga akan menyesal😡😡
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
si Arga cowok plin plan gak punya pendirian..
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
Alya mulai belok ke Sam...
Riry Kasyry Lily
🥰🥰😍😍😍
Adinda
gak usah Sama arga aluna lebih baik kamu sama Sam mungkin sam lebih berkuasa dari arga
Adinda
alya sama samuel saja gak usah sama arga yang tidak punya pendirian
Adinda
Arga gak cocok sama alya gak punya pendirian
Adinda
semoga arga menyesal lebih baik kamu angkat arga setinggi tingginya Alya setelah itu hempaskan arga
tiara
semangat Alya kalahkan Aluna dengan cara yang tak diduganya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!