NovelToon NovelToon
Tertawan Diantara 2 Takdir

Tertawan Diantara 2 Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Lama menghilang bak tertelan bumi, rupanya Jesica, janda dari Bastian itu, kini dipersunting oleh pengusaha matang bernama Rasyid Faturahman.

Sama-sama bertemu dalam keadaan terpuruk di Madinah, Jesica mau menerima tunangan dari Rasyid. Hingga, tak ingin menunggu lama. Hanya berselisih 1 minggu, Rasyid mengitbah Jesica dipelataran Masjidil Haram.

Namun, siapa sangka jika Jesica hanya dijadikan Rasyid sebagai yang kedua.

Rasyid berhasil merobohkan dinding kepercayaan Jesica, dengan pemalsuan jatidiri yang sesungguhnya.

"Aku terpaksa menikahi Jesica, supaya dia dapat memberikan kita putra, Andini!" tekan Rasyid Faturahman.

"Aku tidak rela kamu madu, Mas!" Andini Maysaroh.

*

*

Lagi-lagi, Jesica kembali ketanah Surabaya. Tanah yang tak pernah ingin ia injak semenjak kejadian masa lalunya. Namun, takdir kembali membawanya kesana.

Pergi dalam keadaan berbadan dua, takdir malah mempertemukanya dengan seorang putra Kiyai. Pria yang pernah mengaguminya waktu lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Tiba-tiba pintu terbuka dari luar. Umi Khadijah masuk dengan wajah menahan cemas. Begitu juga Yusuf yang berada di belakangnya. Meski berwajahkan dingin, namun perasaanya cukup tidak tenang.

"Ya Allah, Nak Jesica ... Apa yang terjadi? Maaf, Umi tadi pagi nggak tahu," Umi Khadijah kini sudah berada disamping ranjang, mengusap sayang kepala Jesica.

Jesica tersenyum kembali. "Umi ... Jesica nggak papa kok! Hanya kram ringan saja. Entah, masuk trimester 2 rasanya lebih sulit ya, Umi?!" dibalik tawanya, terselip getaran tangis yang tak mampu ia tahan.

Disaat seperti ini, ia harus berjuang penuh tanpa ada suami ataupun orang tua yang menemani.

Sejujurnya, Umi Khadijah tidak tega melihat semua ini. Ia tahu siapa siapa Faturahman. Keluarga itu terkenal kejam akan semua tuntutanya. Namun Umi Khadijah belum tahu pasti, karena belum pernah bertemu langsung dengan keluarga tersebut.

Yusuf agak mendekat. Masih dengan wajah acuhnya, ia mulai membuka suara. "Kamu pingin makan apa? Sejak tadi bukanya belum sarapan?" ucapnya pada Jesica.

"Iya, Nak ... Kamu mau makan apa, biar Yusuf-"

"Nanti biar saya belikan, Jesica! Sekarang kamu tidak sendiri lagi. Ada anak didalam kandunganmu, yang selalu membutuhkan asupan gizi dari ibunya!" sahut Huda.

Jesica menatap tidak enak kepada Yusuf. Pria muda itu langsung diam, dan duduk disofa begitu saja. Demi meredamkan panas hatinya, ia langsung menyambar gawainya diatas meja.

"Iya, terimakasih Umi! Itu, Jesica sudah dikasih makan sama perawatnya." Jesica menunjuk kearah nakas, yang dimana terdapat nampan tertinggal.

Yusuf kini bangkit, "Umi ... Yusuf mau keluar rokokan bentar!" serunya seraya bangkit.

"Iya, jangan rokok terus, Yusuf! Hah ... Anak itu susah sekali dikasih tahu!" gumam Umi Khadijah mendesah pelan.

Sementara Yusuf, ia kini berjalan asal keluar mencari area untuk merokok. Jujur, hatinya kini berdesir nyeri. Perasaan jealous tiba-tiba muncul mengguncang hatinya.

Sudah beberapa hari dekat dengan Jesica ... Rupanya hal itu membuat Yusuf menjadi nyaman terhadap Ibu hamil itu.

Brugh!!

"Biasakan, kalau jalan ... Mata Anda juga ikut menatap bawah?!" tekan seorang pria, kala bahunya bersenggolan dengan tubuh Yusuf.

Yusuf semakin tersulut emosi. Ia yang sejak tadi sudah merasa kesal karena sikap kakaknya, kini malah dihadapkan dengan ucapan pedas dari pria asing disampingnya.

"Seharusnya Anda yang lihat-lihat kalau jalan! Saya sudah benar akan berbelok, tapi Anda yang menubruk lengan saya!" bantah Yusuf menggeram.

"Dasar pemuda arogan! Bisanya hanya emosi saja, tidak intropeksi letak salahnya," Pria asing itu menggerutu, dan langsung melanjutkan jalanya menuju ruangan inap.

"Aden ... Syukurlah Anda sudah datang!" seru Adnan yang kini bangkit dari duduknya.

Dan ternyata, pria asing tadi adalah Rasyid. Ia kini sedang berada dalam rumah sakit yang sama dengan dirawatnya Jesica.

"Adnan ... Tetap saja disini! Jangan sampai Andini keluar, karena saya pagi ini akan melaksanakan sidang gugatan saya!" kata Rasyid menatap serius wajah sang sopir.

"Baik, Den!"

Tanpa ingin tahu keadaan Andini, Rasyid kembali melenggang begitu saja.

Begitu Rasyid masuk kedalam lift, dan saat itu juga Jesica keluar dari lift satunya. Wanita cantik itu duduk lemah diatas kursi roda menuju ruangan USG.

Degh!

Jesica sontak memalingkan wajahnya, begitu ia melewati tempat duduk sang sopir-Adnan.

"Apa ada sesuatu?" Huda menegur sikap Jesica.

"Em, nggak! Nggak ada apa-apa Mas Huda," sanggahnya dibalik masker.

Perasaan Jesica mulai tidak enak. Pikiranya menerka, siapakah orang yang sedang ditunggui sopirnya itu. 'Siapa yang sakit, ya? Apa Adnan sedang menunggui keluarganya? Tapi kalaupun iya ... Kenapa dia berjaga diluar? Ya Allah ... Semoga engkau melindungi Mas Rasyid dimana pun dia berada. Mas ... Maafkan aku! Jujur, entah mengapa rasanya aku rindu sama kamu. Atau mungkin ... Anak ini yang ingin bertemu Papahnya? Atau hanya bawaan bayi saja?!'

Hati Jesica mencoles, meratapi rasa rindunya saat ini. Padahal usia kehamilannya saat ini, sedang manja-manjanya disayang, maupun diberi perhatian oleh suaminya. Namun karena tuntutan kejam dari mertuanya, Jesica terpaksa pergi membawa benih Rasyid.

Setelah menjalani rangkaian USG, kini dokter menjelaskan kepada Huda sebagai pihak keluarga Jesica.

"Ingat betul ya, Pak! Memasuki trimester 2, sangat sulit sekali bagi Ibu hamil menjalaninya. Tidur sering tidak nyenyak. Tubuh juga ikut sakit semua. Pola makan serta asupan gizi harus terjaga. Dan jangan lupa meminum susu hamil sebagai asupan tambahan. Untuk Ibu Jesica sendiri, jangan terlalu berpikir yang berat dulu, agar tidak berpengaruh dengan tumbuh kembang bayinya. Sehat-sehat, agar dapat cepat pulang!" Dokter Obgyn itu tersenyum hangat, menatap kedua pasangan didepanya.

"Baik, terimakasih Dok!"

Jesica kembali lagi dibawa menuju ruanganya.

Umi Khadijah sudah menunggu, menatap keduanya dengan tatapan sedikit khawatir. "Bagaimana, Huda? Kandungan Nak Jesica baik-baik saja 'kan?"

Huda tersenyum, "Alhamdulillah semuanya normal, Umi! Hanya saja, Jesica tidak dibolehkan buat mikir yang berat-berat dulu." Huda melirik kearah Jesica sambil tersenyum.

Pintu terbuka dari luar. Yusuf masuk sambil membawa satu kantung kresek yang berisikan beberapa makanan. Tanpa peduli tatapan sang kakak, ia beranjak diarah nakas. "Aku sudah membelikan makan! Jangan ke ge'eran dulu! Aku nggak membelikannya untuku, tapi untuk bayi yang ada di kandunganmu!" Yusuf menatap malas, lalu kembali duduk disofa single.

Jesica tersenyum tipis. Meskipun menyebalkan, tapi Yusuf begitu peduli padanya. Jesica merasa bahagia, seolah kini ia memiliki keluarga lengkap kembali. Ia yang terlahir tunggal, merasa punya kakak dan adik yang begitu menyayanginya.

"Makan ya ... Atau mau saya suapin?" Huda sudah mengangkat satu kotak makanan tadi.

Melihat itu, Yusuf menatap sekilas. "Umi ... Panas banget sih?!" Serunya sambil mengibas-ibaskan tangan kearah tubuhnya.

Jesica dan Umi Khadijah hanya terkekeh, sambil menggelengkan kepala.

"Kalau disini panas, sono ngadem di didalem comberan!" Sahut Huda merasa kesal.

"Dih, nyaut-nyaut nggak jelas!" Yusuf memalingkan wajahnya menatap pintu.

"Sudah-sudah ... Kalau dekat ya gini, kaya kucing sama tikus!" Kesal Umi Khadijah.

*

*

Pintu ruangan sidang sudah terbuka dari dalam. Rasyid keluar bersama pak Arman-sang Pengacara.

Wajah tampan itu sedikit terkejut, kala melihat istri kedua ayahnya sudah berdiri didepan agak berjarak.

"Bagaimana, Rasyid?" tanya Bu Fatiya dengan wajah antusiasnya.

"Alhamdulillah, berjalan dengan lancar! Apa Anda ada perlu dengan Ayah saya?" Rasyid agak sedikit mengangkat sebelah alisnya.

Bu Fatiya agak sedikit segan. Ia kini bersusah payah menelan salivanya, mengontrol perasaanya, agar tidak membuat Rasyid berpikir lebih.

"Ibu mau bertemu dengan kamu! Tapi jika sidangnya berjalan lancar, Ibu turut bahagia!" ucap Bu Fatiya tersenyum hangat.

Rasyid tersenyum tipis, mengangguk lemah, lalu berlalu begitu saja.

1
evi carolin
hadeh keliatannya berat sebelah ni rasyid trlalu mengutamakan keluarga kasian kamu jesica walau gemana pun kamu pst banyak mengalah dan dikalahkan
Septi.sari: iya kak kasian 🤧🤧🤧
total 1 replies
Khoirun Nisa
lanjut ka
Septi.sari: syukron bintangnya kak🙏❤❤❤❤
total 1 replies
Nisa_Flour01
aku mampir nihh, jangan lupa di back ya Thor
Nisa_Flour01
aku bingung gimana jelasinnya. intinya semangat Thor. update lagi yaww

jangan lupa mampir dan react balik yaaa. thank you
Septi.sari: syukron kak nisa.🙏🙏🙏❤❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!