NovelToon NovelToon
Pendekar Pedang Kelabu : Perang Kebangkitan

Pendekar Pedang Kelabu : Perang Kebangkitan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:18.3k
Nilai: 5
Nama Author: YanYan.

Alam Dongtian berada di ambang kehancuran. Tatanan surgawi mulai retak, membuka jalan bagi kekuatan asing.

Langit menghitam, dan bisikan ramalan lama kembali bergema di antara reruntuhan. Dari barat yang terkutuk, kekuatan asing menyusup ke celah dunia, membawa kehendak yang belum pernah tersentuh waktu.

Di tengah kekacauan yang menjalar, dua sosok berdiri di garis depan perubahan. Namun kebenaran masih tersembunyi dalam bayang darah dan kabut, dan tak seorang pun tahu siapa yang akan menjadi penyelamat... atau pemicu akhir segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perwujudan dari Bencana Mutlak

CRRRAAAKK!!

Suara tajam membelah udara ketika retakan muncul di permukaan perisai. Kilau ungu di permukaannya bergetar hebat, lalu meretak seperti kaca dilempar palu raksasa. Kilatan energi liar memancar ke segala arah. Suara raungan kolosal berhenti sejenak—semua makhluk di medan itu membeku.

Zhang Wei membuka matanya lebar. Ia melihatnya—celah kecil, hanya setipis helaian rambut, tapi cukup bagi dia yang telah melampaui batas dimensi. Tanpa menunggu lebih lama, tubuhnya lenyap dari tempatnya berdiri.

DUSSSHH!!

Angin meledak di belakangnya, meninggalkan pusaran udara yang meledakkan tanah dan menghancurkan bebatuan. Dalam sekejap, Zhang Wei menembus celah di perisai itu, membelah energi yang belum sempat memulihkan diri. Pedang penghancur semesta di tangannya melengkung ke samping, menyapu aura yang menghalangi.

Lang Ke, yang berdiri paling dekat ke perisai, langsung berteriak. “TIDAAK!!”

Lei Mo mengangkat tangannya, mencoba membentuk perisai tambahan, namun tekanan dari aura Zhang Wei membuat tubuhnya terpaku.

“Dia terlalu kuat! Kita tak bisa—!”

“Bocah sialan itu!!” Yan Nuo meraung, matanya membesar penuh kemarahan dan ketakutan.

Guo Shi melangkah maju, tetapi lututnya gemetar. Aura kehendak ilahi Zhang Wei turun seperti gunung yang akan runtuh—menindas, menekan, dan mencabik semua kepercayaan diri mereka.

Zhang Wei tidak peduli pada apa pun. Wajahnya lurus ke depan, matanya hanya tertuju pada satu titik—sosok bersila di tengah lingkaran kuil. Kui, tubuhnya dikelilingi pusaran aura kelam yang bergolak, hampir menyatu sepenuhnya dengan kehendak siluman agung.

Jarak tinggal beberapa langkah.

Tiga meter.

Dua meter.

Cahaya abu-abu meledak dari tubuh Zhang Wei, menggulung langit di atasnya.

Satu meter.

“TIDAAAK!!” teriak empat siluman muda serempak, suara mereka memecah udara seperti panik para penghuni neraka yang melihat pintu dunia terbuka.

Zhang Wei mencengkeram pedangnya erat, mengerahkan seluruh kekuatan terakhir di dalam bentuk ketiga. Bilahnya berkedip liar, hampir meledak karena energi yang terlalu padat. Cahaya dari tekniknya menyeruak ke segala penjuru, membuat seluruh medan tempur tenggelam dalam cahaya kelabu yang menusuk mata.

Dan...

Sinar hitam membuncah dari tubuh Kui.

Udara berhenti bergerak.

Waktu seolah melambat.

Zhang Wei mengayunkan pedangnya ke arah leher Kui yang masih dalam posisi meditasi—

Dan tepat saat bilah itu hendak menyentuh kulitnya...

Segalanya berubah.

BOOOOMMMM!!!!

Ledakan dahsyat memecah langit dan tanah secara bersamaan, suara yang begitu keras dan dalam seolah berasal dari inti dunia itu sendiri. Gelombang kejutnya menjalar dalam sekejap, merobek awan, mengguncang lembah, dan memecahkan tebing-tebing tinggi dari ujung utara hingga ke tenggara alam rahasia Qianlong.

WUUUUUUUUUUOOOOOOOOOMMM!!!

Angin mendesing disertai deburan suara ambruknya medan pertarungan. Bahkan ribuan kilometer jauhnya, di tepian Laut Tak Berangin, keempat rekan Zhang Wei yang sedang berkultivasi langsung terpental.

“UAAAGGHH!!”

Darah segar muncrat dari mulut Ruo Lian, tubuhnya menabrak batu karang hingga retak.

Fei Yuan terkapar dengan mata merah menyala. “Apa itu barusan?! Gelombangnya... seperti berasal dari inti kehendak dunia!!”

Shen Dou jatuh berlutut sambil memegangi dada. “Tuan muda...! Apa dia baik baik saja?!”

Yan Zhuan berusaha berdiri meski tubuhnya berguncang hebat. “Tidak... itu bukan ledakan biasa... itu... sesuatu pasti telah bangkit...”

Empat pasang mata memandang ke arah barat, tempat ledakan tadi terjadi. Kecemasan dan kekhawatiran meliputi mereka. Aura Zhang Wei terasa... kacau, menyebar lemah bersama kilasan kekuatan kelabu yang memudar perlahan.

Sementara itu, di jantung Hutan Malam Hijau, tubuh Zhang Wei menghantam tiga lapis bukit secara berturut-turut. Setiap tumbukan memunculkan dentuman keras yang menggema seperti palu raksasa menghantam lonceng dunia.

BRAAKK!!

BRAAKK!!

BRAAAK!!!

Tanah amblas, pepohonan tumbang, dan batu-batu besar hancur berkeping. Zhang Wei terkapar di dasar jurang kecil, darah mengalir dari pelipis, sudut bibir, dan luka yang tak terhitung jumlahnya di sekujur tubuhnya.

Sementara itu, dari titik pusat ledakan, kabut hitam naik perlahan ke langit, membentuk pusaran besar yang menelan cahaya. Dari dalamnya, muncul sosok tinggi dengan sayap mengembang. Enam buah sayap itu membentang bagaikan bendera perang kegelapan.

Satu pasang dari kulit kelelawar kelam, berdenyut seperti jaring jiwa.

Satu pasang lagi, sisik tajam naga purba, bersinar redup dan menakutkan.

Dan yang terakhir, sayap phoenix berwarna kelam kebiruan, menyala dengan api kegelapan yang membalikkan konsep kehidupan.

Sosok itu perlahan mengangkat kepalanya. Wajahnya pucat namun agung, mata hitam legam menyala dengan pupil merah menyala yang memutar simbol kuno. Rambutnya panjang menjuntai ke belakang, berwarna hitam perak bercampur merah darah, berkibar tanpa angin.

Tubuhnya seolah diciptakan oleh kekacauan itu sendiri—perpaduan antara kesempurnaan dan kehancuran. Setiap langkah yang ia ambil menggetarkan lapisan ruang, dan saat ia berbicara, suaranya terdengar di seluruh penjuru alam rahasia.

“Akhirnya... kehendak agung itu menerimaku.”

Suara Kui kini tidak seperti sebelumnya. Ada gema dari dunia lain di baliknya, seolah dua eksistensi berbicara bersamaan dalam satu mulut.

“Ras manusia... terlalu lama menguasai tanah ini. Sekarang... giliran kami mengambil kembali apa yang ditinggalkan para dewa tua.”

Ia menatap ke arah Zhang Wei yang masih berusaha berdiri, meskipun tubuhnya nyaris tak bisa digerakkan.

“Bocah manusia... kau memang pantas disebut ancaman. Tapi semua itu berakhir di sini.”

Sayap-sayap Kui bergetar sekali, dan langit di atas mereka berubah menjadi merah kelam. Angin membatu, waktu seolah tersendat, dan tekanan dunia berubah seperti neraka yang turun sebelum waktunya.

Zhang Wei menyeka darah dari wajahnya dengan tangan gemetar, tapi matanya tetap menyala tajam.

“Kalau ini... kehendakmu... maka aku akan hancurkan kehendak itu, meski harus merobek langit dengan tanganku sendiri.”

Suara gemuruh tak wajar mengguncang tanah kembali saat Kui mengangkat tangannya perlahan. Dari ujung jari-jarinya, cahaya kelam yang tak bisa dijelaskan oleh hukum elemen manapun menyebar seperti kabut lembut, namun mengandung ancaman kehancuran mutlak. Aura itu menjalari tanah yang hangus, udara yang terkoyak, dan reruntuhan medan tempur.

Keempat tubuh siluman yang sebelumnya terlempar tak bernyawa—Guo Shi, Lei Mo, Yan Nuo, dan Lang Ke—bergidik, kemudian tersentak seperti benang jiwa mereka ditarik kembali dari alam kematian.

KREKK... KRAAKK!!

Tulang-tulang mereka bergeser, luka-luka menutup dalam suara menjijikkan, dan mata mereka terbuka dengan cahaya ungu kelam yang sebelumnya tidak pernah ada. Mereka bangkit dengan nafas berbeda, bukan lagi sebagai Martial Ancestor biasa, melainkan entitas baru yang disempurnakan oleh kehendak kekacauan.

“Luar biasa... inikah kehendak agung dewa siluman?” gumam Lang Ke, menatap telapak tangannya yang kini dipenuhi retakan bercahaya ungu. “Tubuhku... Jadi lebih kuat dari sebelumnya...”

Tak hanya mereka.

GROAAAAAARRRR!!!!

Raungan ribuan binatang roh kembali mengguncang langit saat tubuh-tubuh mati yang berserakan kini bangkit kembali. Beberapa dari mereka kehilangan daging, namun tetap bergerak. Binatang roh yang dulunya lemah kini tumbuh gigi-gigi baru, sisik yang menyala, dan aura kegelapan yang menetes dari setiap pori mereka.

Dan yang paling mengerikan—

BUUUUUUUUMMMM!!!!

Tanah retak saat keempat makhluk kolosal kembali bangkit dengan keagungan penuh.

Naga Batu Tanah Murni mengepalkan cakar raksasanya yang kini diselubungi kristal dimensi hitam.

Phoenix Salju Hitam membentangkan sayap lebarnya, membuat langit membeku dan jatuh seperti hujan es berwarna biru tua.

Ular Baja Bercula Sepuluh meliuk, tubuhnya kini menyatu dengan medan magnetik yang menciptakan badai listrik menyilaukan.

Dan Gurita Pemakan Jiwa... mengangkat tentakel yang kehilangan beberapa bagian, namun tumbuh kembali dengan mata-mata baru yang terus menatap setiap arah dengan kelaparan jiwa yang tak terkira.

Zhang Wei berdiri di tengah medan pertempuran yang kini telah berubah menjadi ladang kiamat.

Lian Xuhuan muncul di sampingnya, wajahnya suram.

“Dia tidak hanya menyatu dengan kehendak itu... dia menjadi wadah dari kehendak purba yang seharusnya dimusnahkan sejak awal peradaban. Sekarang... dunia ini berada di ambang kehancuran.”

Zhang Wei mengeratkan genggaman pada gagang pedangnya yang masih bersinar kelabu. Nafasnya berat. Luka-lukanya tak lagi bisa disembunyikan. Tapi matanya tetap teguh. Meski gagal mencegah penyatuan itu, meski satu dunia sedang runtuh di hadapannya... ia tak boleh menyerah.

Dia adalah satu-satunya penghalang antara kehendak kegelapan dan dunia manusia.

Dengan langkah goyah namun pasti, dia menatap langsung ke langit yang kini diselimuti bayangan enam sayap Kui.

Lalu dari kedalaman kesadarannya, ia memanggil keempat rekannya melalui telepati.

“Kalian semua… Dengarkan aku baik-baik. Aku tak bisa menahan semua ini selamanya. Alam rahasia ini akan menjadi neraka dalam hitungan menit.”

Gambaran suara batinnya menggema dalam benak mereka.

“Kalian harus pergi. Segera keluar dari Qianlong dan kabarkan pada dunia… bahwa bencana akan datang. Apa pun yang terjadi… jangan kembali. Jangan nekat mengikuti aku.”

Ada keheningan di dalam pikiran mereka. Tapi sebelum mereka bisa menjawab, sambungan itu diputus sepihak.

Zhang Wei mengangkat pedangnya, meskipun darah terus menetes dari telapak tangannya.

Langkahnya perlahan, tapi mantap. Di hadapannya kini adalah Kui—yang telah menjadi wujud kebangkitan dari dewa siluman, dikelilingi para siluman, dikuatkan oleh ribuan binatang roh, dan dilindungi oleh empat makhluk kolosal.

Dunia dalam sekejap... menjadi ladang pertempuran terakhir.

1
4wied
komen akhir di bab ini, apakah Zhang Wei berhasil dgn usahanya.....
4wied
satu kelemahan alam Qianlong ini adalah, para praktisi yang berada diluar dunia Qianlong tak mengetahui apa yang terjadi didalamnya....dan yang lebih beratnya usia yang masuk dibatasi maksimal adalah 50 tahun, padahal diluar dunia Qianlong banyak kultivator yang tingkatannya lebih tinggi dari Zhang Wei
4wied
iamjinasi author gak tertandingi, sampai harus 2x baca supaya bisa paham.....mantab banget.....otakku berasa loadingnya melambat....
y@y@
💥👍🏻👍🏼👍🏻💥
budiman_tulungagung
satu mawar 🌹
y@y@
⭐👍🏿👍🏾👍🏿⭐
y@y@
🌟👍🏼👍🏻👍🏼🌟
y@y@
💥👍🏾👍🏿👍🏾💥
y@y@
⭐👍🏻👍🏼👍🏻⭐
A.Champay
author nya bloon
Indah Hidayat
si mc dan anak buahnya sama2 pendiam, tapi menghanyutkan
Purnama Servis Kamera Demak
Semakin menarik. Kehendak dewa siluman apakah bisa keluar dr alam rahasia qianlong. Pertempuran dengan dunia luar akan terjadi. Dan nasib zhang wei sang MC ditunggu para pembaca
Purnama Servis Kamera Demak
Dewa siluman bangkit. Apakah kekuatan nya sampai puncak? Baru bangkit seharusnya sih tidak. Zhang wei harus berhasil
Purnama Servis Kamera Demak
Keren thor
Purnama Servis Kamera Demak
Eh gurita e malah pergi. Ada apa itu?
Purnama Servis Kamera Demak
Salah satu misteri akan terbuka
Indah Hidayat
keren banget kalimat2nya juga alur ceritranya, karakter si mc juga keren, berwibawa, dingin, setia, tdk mata kranjang.
Indah Hidayat
memgharukan cinta si mc pada suku elf dan cinta pertamanya...sungguh keren....
Indah Hidayat
kalimat2nya spt puisi....keren si thor sangat puitis.
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Kopi kopi kopi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!