Wu Lan Cho, adalah sebuah Negeri yang sangat penuh dengan misteri, pertumpahan darah, perebutan kekuasaan. salah satu kekaisaran yang bernama Negeri Naga yang di pimpin oleh seorang Kaisar yang sangat kejam dan bengis, yang ingin menguasai Negeri tersebut.
Pada saat ini dia sedang mencari penerusnya untuk melanjutkan tekadnya, dia pun menikahi 6 wanita berbeda dari klan yang mendukung kekaisarannya. dan menikahi satu wanita yang dia selamatkan pada saat perang di suatu wilayah, dan memiliki masing-masing satu anak dari setiap istrinya.
Cerita ini akan berfokus kepada anak ketujuh, yang mereka sebut anak dengan darah kotor, karena ibunya yang bukan seorang bangsawan. Namanya Wēi Qiao, seorang putri dengan darah gabungan yang akan menaklukan seluruh negeri dengan kekuatannya dan menjadi seorang Empress yang Hebat dan tidak ada tandingannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemberitahuan Ujian Tahap 3
Pagi itu, matahari baru saja merangkak naik, sinarnya menembus tipis kabut pagi dan menimpa lapangan luas di depan pendopo Kastil Kaki Naga Langit. Embun masih menggantung di pucuk rumput, memantulkan cahaya bagai ribuan serpihan kristal. Murid-murid mulai berdatangan dari segala arah, langkah mereka beriringan, suara sandal kayu dan sepatu ringan beradu dengan lantai batu, bercampur dengan obrolan kecil, gelak tawa, dan dengusan kantuk mereka yang belum hilang.
Di antara kerumunan itu, Wēi Qiao berjalan seorang diri dari arah asramanya. Tubuhnya tegak, langkahnya mantap, rambutnya terikat sederhana, meski matanya masih menyimpan sedikit bekas kantuk. Dari luar ia terlihat tenang, tetapi di dalam kepalanya, suara yang sudah sangat familiar tak berhenti berbicara.
[Micro Bots]: “Selamat pagi, Tuan. Statistik tubuh Tuan pagi ini menunjukkan ketahanan fisik meningkat sebesar 2,3% dibandingkan kemarin. Namun, otot inti bagian bawah masih mengalami ketegangan. Saya sarankan peregangan minimal tujuh menit sebelum latihan dimulai. Oh, tambahan: detak jantung Tuan 8% lebih cepat dari normal. Kemungkinan besar akibat tidur yang tidak cukup. Tuan hanya tidur selama 5 jam 43 menit. Sangat tidak efisien.”
Wēi Qiao mendengus pelan, kepalanya sedikit menunduk. Pagi-pagi, yang pertama kudengar bukannya kicau burung, tapi ocehan benda cerewet ini lagi.
[Wēi Qiao]: “Aku hanya mau jalan ke lapangan, bukan ke medan perang. Bisa tidak, sekali saja, diamlah sebentar? Aku butuh ketenangan.”
[Micro Bots]: “Tuan, kalau saya diam, siapa yang akan menjaga kesehatan dan keselamatan Tuan? Ingat, latihan pernapasan kemarin belum mencapai standar minimal. Kalau dibiarkan, daya tahan Tuan bisa turun drastis. Saya harus mengingatkan, karena jelas Tuan sering melupakan hal-hal penting.”
Wēi Qiao menghela napas panjang. Bibirnya bergerak, samar-samar terdengar gumaman.
[Wēi Qiao]: “Kalau kau terus begini, aku bisa jadi gila.”
[Micro Bots]: “Tuan sudah separuh gila. Saya hanya memastikan sisanya tetap waras.”
Langkah Wēi Qiao terhenti. Matanya membulat, wajahnya memerah karena kesal. Tangannya hampir mengepal seolah ingin memukul sesuatu.
[Wēi Qiao]: “KAU—!!”
[Micro Bots]: “Ya, Tuan? Saya dengarkan.”
Wēi Qiao meremas rambutnya dengan geram. Benda sialan ini selalu menang dalam adu mulut.
Dan di saat itulah, sebuah suara lantang memecah kekesalannya.
“PUTRI WĒI!”
Suara itu datang dari belakang. Wēi Qiao menoleh, dan melihat seorang pemuda berlari kecil ke arahnya. Dialah Liang Riu, pemuda yang pernah ia selamatkan, dan sejak itu bersumpah setia padanya. Wajahnya berseri-seri, matanya berbinar penuh semangat, langkahnya penuh energi meski napasnya sedikit memburu.
Wēi Qiao sempat tersenyum tipis melihatnya. Begitu Liang Riu sampai di sisinya, mereka mulai berjalan berdampingan menuju lapangan.
[Wēi Qiao]: “Pagi, Liang Riu. Kau terlihat bersemangat sekali. Bagaimana latihannya? Bela diri, pernapasan, tenaga dalam—semua berjalan lancar?”
Liang Riu mengangguk dengan senyum lebar.
[Liang Riu]: “Ya, Putri Wēi. Semua sesuai jadwal. Aku mengikuti semua yang guru ajarkan, bahkan menambah latihan sendiri setelah jam resmi berakhir. Aku ingin kuat, agar suatu hari bisa melindungi Putri.”
Wēi Qiao tersenyum, tapi matanya juga meneliti Liang Riu dengan seksama.
[Wēi Qiao]: “Bagus, tapi jangan terlalu memaksa tubuhmu. Kekuatan sejati bukan hanya dari seberapa keras kau berlatih, tapi bagaimana kau menjaga keseimbangan dirimu.”
Liang Riu hanya tertawa kecil, menundukkan kepala dengan sopan.
Namun sebelum suasana itu menjadi tenang, suara cerewet yang ia kenal kembali menyeruak di dalam kepalanya.
[Micro Bots]: “Tuan, statistik Liang Riu menunjukkan peningkatan stamina sebesar 4,1%. Saya mendeteksi pola napasnya stabil, denyut nadinya teratur. Dibandingkan Tuan, performanya cukup menjanjikan. Bila saya boleh jujur, Tuan harus lebih serius, atau murid ini akan segera melampaui Tuan.”
Wēi Qiao hampir tersandung mendengarnya. Wajahnya berubah kesal.
[Wēi Qiao]: “Kau jangan membandingkan aku dengan pengikutku sendiri! Aku ini tuannya, mengerti?”
[Micro Bots]: “Justru karena Tuan seorang pemimpin, standar Tuan seharusnya lebih tinggi. Pemimpin yang kalah dari pengikutnya? Konsep yang menyedihkan.”
[Wēi Qiao]: “Dasar benda besi menyebalkan!”
[Micro Bots]: “Koreksi, saya bukan besi biasa. Saya adalah sistem nanoteknologi canggih yang menyelamatkan nyawa Tuan berkali-kali. Beberapa kali, mungkin terlalu banyak.”
Wēi Qiao mendengus keras, menahan diri agar tidak menggerutu lebih jauh. Tapi dari samping, Liang Riu menatapnya dengan bingung.
[Liang Riu]: “Putri Wēi… apakah saya boleh bertanya sesuatu?”
[Wēi Qiao]: “Hm? Apa itu?”
Liang Riu menggaruk belakang kepalanya, agak canggung.
[Liang Riu]: “Kenapa… terkadang Putri seperti berbicara sendiri? Kadang mulut Putri bergerak, tapi tidak ada siapa pun di sekitar. Seperti sekarang misalnya…”
Wēi Qiao tertegun. Wajahnya merona, lalu ia buru-buru tertawa hambar sambil menggaruk kepalanya sendiri.
[Wēi Qiao]: “Ah… itu… aku hanya… menghafal sesuatu. Ya, semacam mantra kecil atau… catatan latihan. Jangan dipikirkan.”
Liang Riu menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil.
[Liang Riu]: “Kalau begitu, baiklah. Aku percaya pada Putri.”
Sementara itu, di dalam kepalanya, suara Micro Bots terkekeh puas.
[Micro Bots]: “Alasan yang sangat buruk, Tuan. Saya bisa memberikan tiga puluh tujuh alasan yang lebih masuk akal.”
[Wēi Qiao]: “Diamlah, atau kubenamkan kau ke dalam sumur!”
[Micro Bots]: “Sayangnya, itu tidak akan berhasil, Tuan. Saya terhubung langsung dengan tubuh Tuan. Kalau saya tenggelam, Tuan juga ikut.”
Wēi Qiao hanya bisa menghela napas panjang. Liang Riu menatapnya sekilas, tidak mengerti mengapa tuannya tiba-tiba tampak begitu lelah, padahal hari baru saja dimulai.
Lapangan depan pendopo Kastil Kaki Naga Langit sudah dipenuhi murid-murid dari berbagai daerah. Suasana yang tadi riuh perlahan mereda, berganti dengan ketegangan yang terasa menusuk. Semua kepala menengadah ke arah pendopo megah itu, di mana sebuah sosok berdiri dengan angkuh.
Rambut merah panjangnya tergerai, melambai tertiup angin, matanya merah menyala bagai bara api yang tidak pernah padam. Wajahnya keras, namun senyumnya sinis—senyum yang lebih mirip ejekan daripada keramahan. Dialah Zhao Wenqian, penjaga kedua kastil, yang terkenal karena sifatnya yang menyebalkan sekaligus menakutkan.
Ia melangkah maju, berdiri di tepi pendopo, lalu suaranya yang lantang menggema ke seluruh lapangan.
[Zhao Wenqian]: “Dengarkan baik-baik, kalian sekumpulan anak baru yang masih bau kencur! Ujian tahap ketiga akan dilaksanakan dalam dua puluh hari. Kalian pikir ini akan semudah berjalan-jalan di taman? Hah! Kalian salah besar. Ujian kali ini akan benar-benar menyaring siapa yang layak tetap hidup di sini!”
Bisik-bisik mulai terdengar dari barisan murid. Wajah mereka saling berpandangan, sebagian menelan ludah, sebagian lainnya sudah gemetar.
[Zhao Wenqian] (melanjutkan): “Kalian akan membentuk kelompok, minimal delapan orang. Ingat baik-baik: tidak ada kelompok, tidak ada ujian. Kalian akan masuk ke sebuah dungeon—tempat di mana setiap langkah bisa menjadi akhir hidup kalian. Mati di dalam sana? Itu risiko kalian. Dan yang mati… akan dianggap gugur, tidak lebih dari sampah yang tersisih. Mengerti?”
Suara tawa sinisnya bergema.
[Zhao Wenqian]: “Aku bahkan tidak yakin ada yang bisa kembali hidup-hidup. Kalau ada yang lolos, mungkin hanya karena keberuntungan. Tapi sejujurnya? Aku rasa kalian semua akan gagal!”
Tawa meremehkan itu membuat darah murid-murid mendidih, tapi rasa takut jauh lebih kuat. Banyak yang mulai berkeringat dingin, tangan mereka bergetar, ada yang menunduk, bahkan beberapa yang hampir pingsan hanya mendengar kata “mati”.
Di antara kerumunan itu, Wēi Qiao berdiri tenang, meski pikirannya berputar. Liang Riu di sampingnya terlihat sedikit tegang, namun mencoba menahan diri agar terlihat kuat.
[Liang Riu] (berbisik): “Putri Wēi, kita hanya berdua sekarang. Kalau ujian ini butuh delapan orang… kita harus menambah anggota, kalau tidak kita tidak bisa ikut.”
Wēi Qiao mengangguk pelan.
[Wēi Qiao]: “Aku tahu. Tapi masalahnya, siapa yang cukup bisa dipercaya untuk menjadi bagian dari kelompok kita?”
Saat ia berpikir keras, suara yang tak asing kembali menyusup ke dalam kepalanya.
[Micro Bots]: “Tuan, solusi sederhana. Cari enam orang tambahan dengan kemampuan rata-rata. Kombinasikan kekuatan, kecepatan, dan daya tahan. Saya bisa menganalisis statistik tubuh mereka dengan cepat. Saya sarankan merekrut murid dengan indeks potensi di atas 70%.”
[Wēi Qiao] (dalam hati, kesal): “Kau pikir gampang? Orang-orang ini bahkan belum tentu percaya padaku. Lagi pula, aku tidak bisa memilih orang hanya berdasarkan angka-angka anehmu!”
[Micro Bots]: “Itulah bedanya antara perhitungan ilmiah dan keputusan emosional. Kalau Tuan terus begini, kemungkinan gagal meningkat 63%. Fakta.”
[Wēi Qiao]: “Aku tidak butuh angka, aku butuh strategi! Kau ini benar-benar menyebalkan!”
[Micro Bots]: “Saya menyebalkan? Justru saya penyelamat. Tanpa saya, Tuan mungkin sudah mati tiga kali, mungkin empat. Ingatan saya agak kabur karena jumlahnya terlalu banyak.”
Wēi Qiao hampir memutar bola matanya. Dari luar, wajahnya terlihat serius menatap pendopo, tapi dalam hati ia sedang berperang melawan ocehan tanpa henti itu.
Liang Riu kembali menatapnya.
[Liang Riu]: “Putri… apa Putri sudah punya rencana?”
Wēi Qiao menoleh sekilas, tersenyum tipis.
[Wēi Qiao]: “Aku masih memikirkannya. Tapi yang jelas, kita harus segera bergerak sebelum murid lain membentuk kelompok mereka sendiri.”
[Micro Bots] (menyela lagi): “Betul. Kalau Tuan terlalu lama, kalian hanya akan mendapat sisa-sisa yang lemah. Tim semacam itu biasanya hanya bertahan rata-rata dua menit empat puluh detik di dungeon. Saya ulangi: dua menit empat puluh detik.”
[Wēi Qiao]: “DIAMLAH!”
Beberapa murid di samping mereka menoleh karena Wēi Qiao sempat bergumam terlalu keras. Ia buru-buru menutup mulutnya dan pura-pura batuk. Liang Riu menatapnya heran, tapi tak berkata apa-apa.
Di atas pendopo, Zhao Wenqian masih berdiri dengan senyum menghina, suaranya memenuhi lapangan.
[Zhao Wenqian]: “Kalau ada yang merasa takut, silakan mundur sekarang. Tidak ada yang akan menahan kalian. Tapi ingat… mundur artinya sama dengan mengakui kalian hanyalah pecundang yang tak berguna.”
Kata-katanya menancap tajam di hati semua murid, membuat bisik-bisik makin ramai. Ketegangan di lapangan makin terasa, sementara Wēi Qiao dan Liang Riu mulai benar-benar memikirkan langkah berikutnya.
Lanjuuuuutttt