NovelToon NovelToon
Amor

Amor

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Dark Romance
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jonjuwi

Asila Ayu Tahara. Perempuan yang tiba-tiba dituduh membunuh keluarganya, kata penyidik ini adalah perbuatan dendam ia sendiri karna sering di kucilkan oleh keluarganya . Apa benar? Ikut Hara mencari tahu siapa sih yang bunuh keluarga nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonjuwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ini soal perasaan

Dewi berdiri sambil terbelalak saat beberapa orang berlarian menghampiri kediamannya, ia menoleh ke arah Hara yang memasang wajah sendunya.

"Ternyata bener ya, kamu sekongkol sama mereka!"

"Dewi, aku mohon. Udahin semua ini."

"Kamu gila Hara?! Setelah semuanya berjalan lancar dan kamu dateng malah bikin ancur semuanya!!"

Hara tak menjawab malah tertunduk lemas menelan ludah nya.

"Kamu bener-bener bawa sial Asila Ayu Tahara!!"

Teriakan itu menggema di telinga kanan dan kiri Hara, ia merasakan hatinya di tusuk dengan ribuan pedang. Dewi yang selama ini ia anggap bagaikan malaikat rupanya tak lebih seperti keluarganya, ia sama-sama merasa sial atas hadir nya Hara.

Hara yang masih tertunduk itu kini menitikkan airmata dengan tangan yang mengelus dadanya.

"Dewi hikss ... Hikss ..."

Dewi yang menyaksikan Hara terjatuh dalam simpuhan itu kini memandang tajam gadis di hadapannya. Hatinya juga ikut mencelos saat mendengar tangisan pilu Hara.

Ia menoleh ke arah orang-orang di hadapannya yang mengacungkan pistol, tak hanya satu bahkan mungkin ada 10 pistol yang mengarah kepadanya. Dewi terjebak kini, melihat sekeliling yang sudah di jaga ketat oleh semua polisi.

Ia terduduk sambil terus menatap Hara yang menangis, mata nya panas, hatinya sakit, mendengar suara tangisan pilu lagi dari bibir Hara. Dan sialnya, tangisan itu kini karna ulah dirinya sendiri.

"Hara."

Hara mendongak menatap manik mata yang juga penuh dengan air yang akan tumpah, ia merasa sesak kala melihat Dewi yang membuka mulutnya berusaha berbicara apa yang ingin ia utarakan.

"Hara ... " hanya itu yang mampu Dewi ucapkan

Tangisan Dewi juga pecah kini dalam tundukkannya Hara melihat betapa jemari itu bergetar menggapai ujung baju tidur yang Dewi kenakan.

Melihat jemari lentik yang biasanya penuh dengan kutek lucu itu kini sudah tidak seperti itu, di dalam sela kuku cantik itu tersimpan dosa yang hanya ia dan tuhan yang tahu.

Dewi menyodorkan kedua lengannya, merapatkan bagian pergelangan itu di hadapan Hara. Awalnya yang diberikan kode itu tak mengerti ia malah memandang aneh pada Dewi.

"Hara ..."

Dewi menatap lembut pada gadis kesayangannya, lalu tersenyum sekilas.

"Maaf Hara."

Lirih Dewi saat itu juga yang membuat Hara semakin menangis dan meraih tubuh kecil itu untuk di peluknya.

Hara menghapus air matanya lalu berdiri menoleh ke arah Hakim yang masih mengacungkan pistol. Hara mengangguk pada Hakim, yang membuat lelaki itu memberi perintah agar semua menurunkan senjatanya.

Hakim berjalan pelan ke arah rumah itu menaiki anak tangga yang hanya beberapa langkah, ia berjongkok menggapai pergelangan Dewi yang masih terjulur.

"Dewi Azzari anda di tangkap atas kasus pembunuhan berantai, anda berhak diam dan di berikan hak untuk di dampingi pengacara."

Dewi di tuntun oleh Hakim untuk turun dari rumah itu namun ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang kala Hara tak mengikuti langkahnya.

"Hara?"

Panggilan Dewi terdengar begitu lirih, ia menatap Dewi dengan bingung. Lalu tersadar ketika telapak tangan Dewi terbuka seolah meminta kekuatan lewat gandengan seorang sahabat.

Hara tersenyum sedih lalu meraih telapak tangan itu dengan menggenggamnya sangat erat sekali.

"Kamu mengakui semuanya?"

Kini Hakim dan Dewi ada di ruangan interogasi, menanyai semua yang sebenarnya terjadi. Terkadang Hakim menggeleng tak percaya, terkadang ia juga turut emosi dibuatnya saat Dewi dengan santai menceritakan betapa ia senang membunuh mereka semua.

Hakim keluar sesat setelah perbincangan panjang dengan Dewi.

"Kak?"

Hara memang sudah menunggu sedari tadi di depan ruang interogasi bersama Ibu dan Ayah Hakim, ia juga memangku rantang yang Hakim tebak itu pasti makanan.

"Dewi, ngaku semuanya." ucap Hakim

"Aku boleh ke dalem ngga?" tanya Hara

Ibu dan Ayah itu kini saling berpandangan seolah ikut menimbang jawaban untuk Hara.

"Bahaya tidak Nak?" tanya Ibu

"Ngga Bu, Dewi gak akan nyakitin Hara. Apalagi ini di kantor polisi." jawab Hara

Hakim mengangguk dan membukakan pintu mempersilahkan Hara masuk.

"Demi sang kekasih mah apa aja dilakuin ya gak bro." kini Kala baru saja keluar dari ruangan sebelah

"Apaan si lo!" jawab Hakim

"Lah itu kan mana boleh orang lain masuk ruang interogasi, ini kalo Pak Kepala liat bakal kena marah." jawab Kala

"Makanya jagain disitu, tar kalo ada Pak Kepala lo langsung suruh cewe gue keluar." jawab Hakim sekenanya

"Anjir, cewe gue, cewe gue. Lagak nya kek udah jadian aja lo!" jawab Kala

"Hakim."

Kali ini Ayah Hakim bersuara, membuat semuanya terdiam.

"Ayah mau bicara sebentar."

Hakim melirik semua orang seolah bertanya 'Waduh ada salah kah gue? Kok Ayah serius banget?'

Kini Hakim dan Ayah nya sudah terduduk di bangku taman belakang kantor, dengan langit yang sudah mulai menjingga dan udara dini hari yang sangat dingin menusuk kulit. Hati Hakim ikut mendingin karna gugup akan sikap Ayahnya yang kepalang serius.

"Soal kamu dan Hara," Ayah nya kini membuka suaranya

Hakim menunggu Ayah melanjutkan bicaranya.

"Itu gak bener kan?" tanya Ayah

Hakim mengangkat alisnya, seolah bertanya apa maksudnya?

"Maksud Ayah?"

"Kamu dan Hara menjalin hubungan yang lebih dari teman?"

Hakim terdiam, seharusnya ia menjawab bukan? Bahwa memang diantara mereka tak ada hubungan apapun.

"Ayah sangat berat hati jika kamu punya hubungan dengan Hara."

"Kenapa?"

"Hara itu. Aduh, gimana ya bilangnya."

"Ayah takut sama Hara?" tanya Hakim yang kini bertanya dengan nada yang lebih serius

Ayah Hakim tak menjawab apapun, ia malah menatap anak sulungnya dengan perasaan kecewa.

"Hara itu gak lebih dari anak SMA yang banyak luka nya yah, dia gak tau gimana caranya ekspresikan semua perasaannya. Ayah mungkin takut karna beberapa kasus yang melibatkan dia, tapi kini Hakim buktiin kalo Hara bukan pelaku dan Hara gak sama dengan apa yang ada di pikiran Ayah." Hakim kini menatap sang Ayah dengan tegas

"Hara memang kepalang dingin dan cuek tapi kalo Ayah mengenal Hara lebih jauh Ayah akan tau kalo anak itu sebenernya lemah, dia ketakutan, dia kesepian, bahkan mungkin dia rasa jiwanya udah mati karna saking banyak lukanya."

"Ayah menerima kalo memang kamu mau Ayah dan Ibu menyayangi dia sebagai temanmu yang butuh peran orang tua juga, Ayah terima itu. Tapi untuk hubungan lebih jauh, Ayah gak setuju Hakim."

"Apa alasannya Yah? Semuanya harus ada alasannya."

"Ya, kamu lihat dong lingkungannya. Dia jelas-jelas berteman sama orang psiko."

"Tapi Hara gak kaya gitu. Dia pure berteman, dan dia pun gak tau kalo temannya punya kelakuan yang kaya gitu."

"Dia bisa aja terjerumus Hakim, siapa yang tau masa depan nanti?"

"Tapi Ha-"

"Bahkan Pamannya saja seorang pembunuh." Final Ayah Hakim yang kini pergi meninggalkan Hakim sendiri

Hakim mengusak rambutnya lalu berteriak keras hingga membuat Ayahnya menghentikan langkah dan menoleh ke belakang.

"Kalo kasus ini sudah beres, Ayah tunggu dirumah."

"Tanpa membawa Hara." lanjut Ayahnya.

1
Ulla Hullasoh
keluarga yang kejam..... apa hara itu anak tiri?
lin
wah seru nih lanjutkan thorr jangan lupa buat mampir
Ryohei Sasagawa
Thor, ceritanya seru banget! Aku suka banget sama karakternya.
Jonjuwi: Kakaaa makasi banyak, trs dukung aku yaa🥺❤️
total 1 replies
Nadeshiko Gamez
Terperangkap dalam cerita ini.
Jonjuwi: Makasih kaaa udah mampir, dukung aku trs yaa🥺❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!