*UPDATE SETIAP HARI😉
*HAPPY READING*
Setelah menikah, Laura baru tau kalau suaminya yang bernama Brian sangat posesif, bahkan terkadang mengekang, semua harus dalam pengawasannya.
Apakah Laura bahagia dengan Brian yang begitu posesif? akankah rumah tangganya bisa bertahan? sejauh mana Laura tahan dengan sikapnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon israningsa 08., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My posesif husband. 22. Mendorong kuat
Langkah Laura berubah pelan saat berjalan keluar dari rumah sakit, Brian sampai beberapa kali menoleh kebelakang.
"Sayang... jalannya lebih cepat dikit dong! aku harus ke kantor sekarang, kebetulan aku ada meeting penting pagi ini!" ucap Brian.
"Kalau begitu mas bisa pergi sekarang! aku bisa kok naik ojek... biar mas nggak terlalu repot punya istri kayak aku!"
"Lohh kok ngomongnya kayak gitu sih Ra?"
"Nggakpapa mas! mas duluan aja, ini aku mau pesan ojek sekarang!" ucapnya mengeluarkan ponsel.
Tiba-tiba Brian merebut ponsel itu dari tangan Laura, "Enggak!"
"Lohh kenapa? Nanti mas yang rugi kalau lama kekantornya!"
"Driver ojeknya pasti laki-laki, aku nggak mau, ayo ke mobil sekarang, aku bakalan anterin kamu kerumah baru aku kekantor!"
Ia berjalan cepat menuju mobil, tumit sepatunya menghantam aspal dengan sangat keras dengan wajah tegang.
Brian merogoh kunci mobil dalam saku celananya, dia masih beberapa kali melirik Laura yang masuk kedalam mobil dan menutup pintunya dengan kasar.
Dalam perjalanan itu, Laura sama sekali tak pernah bicara membuat suasana jadi mencekam.
"Sayang kamu baik-baik aja kan?" Tanya Brian.
"Kenapa kamu tadi nggak mau di periksa lebih lanjut?" tanya Brian dengan lembut.
"Buat apa mas? Biar aku makin overthinking kalau misalnya dari pemeriksaan itu hasilnya aku punya penyakit?"
"Bukan begitu sayang! Seenggaknya kita tau sumber masalahnya itu apa!"
"Enggak! Aku nggak mau, rahimku sehat kok.... "
"Ra... Kalaupun kamu punya penyakit, kita sembuhin! Kamu lupa ya, aku punya banyak uang Dan itu uang kamu juga!"
Laura kembali tertunduk, matanya berkaca-kaca, "maaf mas!" Lirihnya.
"Loh... Kenapa minta maaf? Kamu kan nggak punya salah sayang?"
"Karena belum sesuai ekspektasi kamu! Padahal kamu berharapnya aku cepat hamil kan?"
Brian terdiam sejenak, mencoba terlihat biasa saja, tersenyum pelan lalu menatap lembut kearah Laura, "nggak usah di pikirin lagi sayang! Ingat usia pernikahan kita baru beberapa bulan loh.... "
Laura mengangguk pelan, menyembunyikan air matanya yang tanpa sadar menetes diatas telapak tangannya yang mengepal, mencoba menguatkan dirinya sendiri.
Ketika sampai rumah, Laura keluar dari mobil lalu Brian langsung pergi kekantornya.
Laura berjalan lesu, kakinya benar-benar tidak bertenaga tanpa sadar air matanya kembali menetes.
Hiks... Hikkksssssss.....
Ia menutup pintu rapat-rapat lalu menangis sekeras-kerasnya dalam rumah, pantulan suara tangisan itu memenuhi setiap sudut ruangan.
Cukup lama ia menangis, barulah Laura merasa lega, seolah sebagian beban fikirannya langsung menghilang.
Bahkan saat melihat dirinya didepan cermin, ia sempat melamun kemudian mengusap matanya yang sedikit sembab.
"Aku nggak boleh nangis lagi! Mas Brian benar... Aku nggak boleh banyak fikiran, pokoknya fikiranku harus positif terus, mungkin aja aku langsung hamil bulan depan!" Gumamnya bicara sendiri.
Meskipun demikian Laura masih sering memikirkannya, bahkan ketika ia mencuci piring, fikiran itu kadang tiba-tiba muncul membuatnya sedih lagi.
Laura berbaring disofa ruang keluarga dengan tv yang menyala namun matanya tidak tertuju pada layar televisi itu melainkan ia sibuk berkutat dengan keyboardnya.
Ia mengetik berbagai pertanyaan pada google entah itu makanan yang harus di konsumsi agar cepat hamil, makanan yang harus dihindari, obat-obatan yang aman, bahkan gaya bercinta agar cepat hamil pun Laura cari.
Sambil menggigit-gigit ujung jarinya, Laura seketika kembali gelisah saat tangannya tak sengaja membuka website yang menunjukkan alasan kenapa perempuan susah hamil.
Awalnya Laura tak mau menggeser layarnya, ia hanya melihat dari judulnya saja, namun dalam hati kecilnya rasa penasaran itu seolah mendorong dirinya untuk membaca.
Alhasil Laura kembali termenung setelah membaca semuanya, "Apa aku punya kista ovarium? Atau mandul? Atau penyakit yang lebih parah lagi?" Gumamnya lagi.
***
"Sayang... Aku pulang!"
Brian pulang lebih cepat dari biasanya, membawa sekantong penuh buah segar untuk Laura.
"Sayang... Kamu dimana?" Panggilnya sekali lagi.
"Lohh kok mas udah pulang?"
"Aku khawatir sama kamu! Kamu dari mana? Aku panggil-panggil kok baru datang?"
"Ohh tadi abis dari kamar mandi mas! Makanya nggak dengar!"
"Ini ada buah, kebetulan tadi lewat di supermarket terus ingat kamu makanya beli... "
"Wahh makasih mas! Eh ada alpukat juga, katanya ini bagus buat rahim!" Ucap Laura antusias.
"Masih kepikiran soal tadi?" Tanya Brian dengan nada serius.
"Enggak kok mas!"
"Serius?"
"Iya serius! Ohh iya, aku udah masak, kamu ganti baju dulu baru kita makan!" Dengan cepat Laura mengalihkan pembicaraan.
"Hm... Kalau gitu aku ganti baju dulu!"
Setelah berganti pakaian, mereka berdua makan. Lalu bersantai dalam kamar sambil menonton tv.
Adegan romantis terpampang nyata didepan mereka, film movie barat menampilkan adegan dewasa yang membuat libido Brian langsung naik.
"Sayang.... " Panggilnya dengan suara desahan. Tangan Brian mulai menjelajahi punggung Laura hingga wanita itu kegelian.
"Mas! Tunggu.... "
Tak mau membuang banyak waktu, Brian langsung menindih tubuh Laura, mencium bibirnya dengan brutal.
Syuurrrrr....
Tiba-tiba Laura merasakan cairan hangat keluar dari bagian bawahnya, ia melotot sekuat tenaga mendorong tubuh Brian agar segera menjauh darinya.