Lanjutan If You Meet Me First dan prolog Joy and Jessica Stories.
Jordan O'Grady harus pensiun dini dari Manchester United akibat cidera berat yang dialaminya saat pertandingan final Liga Champions. Sulung dari Shane O'Grady dan Apsarini Neville itu akhirnya mengurus bisnis bir dan baja milik keluarga O'Grady. Saat Jordan berada di Cork Irlandia untuk membuat resort, dia menemukan seorang gadis yang tidak ingat siapa dirinya. Hanya Addie yang dia ingat dan Jordan memanggilnya Addie.
Tanpa Jordan tahu jika Addie adalah Adelaide McCarthy, seorang dokter dan putri pengusaha kapal tangker yang dibunuh oleh pesaing bisnisnya. Addie berhasil kabur namun dia mengalami amnesia. Demi melindungi Addie, Jordan pun menikahinya dan berusaha mengembalikan semua ingatannya hingga bisa memenjarakan pembunuh ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Man's Blackmore
"Apa sih Erhan. Tidak usah merengek drama tho," ucap Eléonore dengan mata menatap tajam putranya.
"Mommy ... Oom Jordan ...." Mata biru Erhan mulai basah dan Jordan hanya melengos sebal.
"Jordan, angpao apa sih?" tanya Addie bingung.
"Di kami kalau hari raya Mubarak, sudah jadi tradisi kami para Oom, Tante, Opa dan Oma kasih uang buat keponakan dan cucu. Nah, lebaran kan tiga bulan lagi tapi aku nggak kasih uang ke Erhan karena dia lebih memilih Manchester City!" Jordan melirik judes ke Erhan yang langsung pura-pura nangis.
"Oh gitu. Erhan uangnya kurang?" tanya Addie.
Jordan terbahak. "Erhan itu uangnya banyak! Dia pewaris Burberry!"
Addie melongo. "Pewarisnya Burberry?"
"Makanya kasih dia Angpao itu sama saja beliin dia es krim doang!" jawab Jordan.
"Mommmyyyyy ...."
"Ish kamu tuh dikit-dikit mommy ih!" cebik Jordan.
"Biarin! Kan mommy Erhan! Wek!" Erhan menjulurkan lidahnya.
Addie cekikikan melihat keributan Oom dan keponakannya.
"Addie, yang penting waspada ya," pinta Eléonore.
"Iya Elle. Terima kasih."
***
Malam Harinya
"Kamu tuh kalau sama Erhan, jangan jahil, Jordan," tegur Addie.
"Habis anak Labubu enak dikerjain," jawab Jordan dengan wajah usil.
Addie menggeleng gemas.
"Addie, ingat ya. Jangan sampai kamu keluar sendirian. Harus bersama aku dan Neil ya." Jordan menatap serius ke Addie.
"Iya. Eh, tapi kenapa kamu tidak meminta banyak pengawal seperti yang tadi diusulkan Elle?" tanya Addie.
"Karena sayang, malah semakin memperlihatkan kamu benar-benar Adelaide McCarthy. Kalau cuma kita-kita saja, ada pemikiran bahwa kamu bukan dia. Itu yang aku beri kesan ke para pengejar kamu."
Addie tertegun. Benar juga. Justru semakin lebih gencar mengejar aku.
"Sudah, sekarang kita tidur ya. Bukan apa-apa, habis ribut sama anak Labubu, capek juga." Jordan lalu membuka selimut dan merebahkan tubuhnya diatas kasur.
"Kok jadi salahnya anak Labubu?" gumam Addie bingung.
***
Keesokan Harinya
Jordan dan Neil sedang berada di Old Trafford Manchester United untuk acara amal yang memang mengundang para legenda pesepakbola dari klub berjuluk Setan Merah itu. Jordan memang tetap mempromosikan mantan klubnya karena dia memang fans berat Manchester United dari kecil ditambah opanya, Tristan Neville, mantan pemain legendaris klub itu. Tak heran jika Jordan loyal dengan klub yang bermarkas di kota Manchester itu.
Jordan baru saja menyelesaikan acaranya ketika mendengar suara ponselnya berbunyi. Pria itu melihat nomor tidak dikenal masuk dan pria itu mengenali nomor kode negaranya.
Irlandia.
Jordan pun menerima panggilan itu. "Halo?"
"Master Jordan O'Grady? Saya David Hewson."
Jordan terbelalak. "Mr Hewson. Anda dimana? Dan bagaimana anda bisa mendapatkan nomor saya?"
"Tidak sulit mendapatkan nomor anda meskipun tidak terdaftar sekalipun. Apakah saya bisa bertemu dengan anda Master Jordan? Saya hendak berdiskusi dengan anda. Soal miss Addie yang menjadi istri anda. Dia memang miss Adelaide McCarthy, putri baptis saya!" jawab David Hewson.
"Dimana anda mau bertemu?" tanya Jordan.
"Man's Blackmore."
Jordan tahu itu klub elite dan hanya orang-orang kalangan atas. Tidak sembarangan orang bisa masuk dan harus memakai suit resmi. Karena Daddy, Oom Jayde dan Oom Eagle adalah membernya.
"Jam berapa? Saya harus berganti pakaian." Jordan meringis melihat pakaiannya hari ini karena sangat santai.
"Jam minum teh? Apakah anda bisa masuk?" tanya David Hewson.
"Anda akan tahu nanti," jawab Jordan.
"Kita bertemu saat minum teh, Master O'Grady." David Hewson mematikan panggilannya.
Jordan tersenyum smirk.
"Apa yang terjadi J?" tanya Neil.
"David Hewson menghubungi aku minta bertemu di Man's Blackmore."
Neil terkejut. "Disana?"
"Aku harus berganti pakaian dulu." Jordan menatap Neil sambil manyun. "Alamat tidak boleh diijinkan masuk ini."
"Jordan ... Kamu adalah salah satu membernya!" ucap Neil gemas.
Jordan hanya nyengir.
***
Apartemen Jordan
"David Hewson menghubungi kamu?" tanya Addie saat melihat suaminya berganti pakaian.
"Iya ... Aku tidak tahu dia mendapatkan nomor aku yang pribadi dari mana tapi dia memang ingin bertemu denganku," jawab Jordan sambil menyemprotkan parfumnya.
Addie tampak cemas karena Jordan berhadapan dengan orang yang masih diragukan statusnya. Lawan atau kawan.
"Jangan khawatir. Di klub itu dilarang membawa senjata apapun dan hanya kaum pria yang menjaga harga dirinya," senyum Jordan berusaha menenangkan istrinya.
"Bagaimana kamu tahu?" Addie menyipitkan matanya.
Jordan menghampiri Addie dan memeluk tubuh istrinya. "Karena Addie sayang, aku adalah salah satu anggotanya."
Mata Addie terbelalak. "Oh ya ampun...."
Jordan tersenyum lalu mencium bibir Addie. "Pergi dulu sayang."
Addie membalas dengan mencium pipi Jordan. "Hati-hati."
***
Man's Blackmore Royalty Club
David Hewson mendatangi bangunan yang sudah berdiri sejak tahun 1889 dan dulu adalah bank yang di dalamnya terdapat ruang pertemuan para bankir dan investor yang berkembang menjadi klub ekslusif. Makin kemari Edward McGregor adalah salah satu anggotanya hingga Edward Blair.
"Mr Hewson. Mau minum teh? Apa sudah ada janjian?" tanya kepala pelayan.
"Mr Jordan O'Grady?"
Kepala pelayan itu tersenyum. "Ruang putih."
David Hewson terkejut karena tahu ruang putih adalah ruang paling VVIP dan tidak semua anggota bisa masuk.
"Bagaimana bisa?" tanya David Hewson.
"Dia adalah keturunan O'Grady, Neville dan Pratomo. Memang memiliki privilege tersendiri," jawab kepala pelayan itu.
David Hewson tersenyum. "Terima kasih." Salah satu pelayan mengantarkan pria itu ke ruang putih. Disebut ruang putih karena memang pintunya bewarna putih. Konon disana terdapat minuman terbaik, cigar terbaik dan kaviar terbaik. Makanannya pun berbeda dengan ruang lainnya dan hanya orang yang memiliki kekayaan diatas satu milyar dollar yang berhak memakainya.
David Hewson tahu kekayaan keluarga Pratomo dan Jordan memakai nama keluarga buyutnya.
Pelayan itu mengetuk pintu ruang putih lalu membukanya.
"Silahkan masuk tuan Hewson," ucap pelayan itu.
David Hewson mengucapkan terimakasih dan berjalan masuk ke dalam ruang putih yang pertama kali dia datangi karena selama dengan Albert McCarthy, dia tidak masuk kesana. Kekayaan David pribadi hanya bisa di lounge saja.
David melihat seorang pria tampan dengan suit serba putih yang dia tahu dari rumah fashion Morr. Pria itu duduk dengan santainya.
"Selamat datang di ruang putih, Mr Hewson. Shall we talk about business?" senyum Jordan.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
benar bu Ajeng, sebelum minum harus dipastikan dulu kalo pasien yang habis operasi terutama daerah perut harus kentut dulu kali nggak bakalan kembung dan malah berbahaya buat si pasien
Pada turun gunung ini 6th generation 👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
bkalan rusuh Dublin nih ... mrk tdk tau berhadapan dg keluarga yg aduhai gitu lho 🤭