Takdir Cinta Sang Penari

"Kamu ini, kenapa ga mau dengerin Mama sih, firasat Mama tu ga enak. Terus juga di suruh dari kemaren nembak Monday, ga ditembak-tembak, kalah cepat kan sama si Barokah itu?" ucap Mama Tegar tanpa yang asal bicara tanpa di kontrol. Hingga membuat Tegar malu tetapi Monday menganggapnya itu lelucon.

"Jangan ditembak Mah Kan sakit hehe, Barokah siapa?"

"Itu Jumat berkah, Jumat barokah,"

"Friday Mah, bukan barokah," ucap Tegar.

"Ya udah kita pulang aja yuk," ajak Tegar seraya menggandeng tangan Mamanya keluar ruangan.

Mereka pun keluar dari lorong ruang perawatan Monday.

Beberapa langkah setelah keluar ruangan, mereka berpapasan dengan suster yang bertubuh tinggi dan berjalan lenggak-lenggok. Suster itu memakai masker di wajahnya dan berjalan melewati mereka berdua.

Sepertinya suster itu akan menuju ruangan Monday. Tiba-tiba Mama Tegar berhenti saat melihat suster itu. Perasaannya mendadak buruk dan makin tidak tenang.

"Kenapa mah?" tanya Tegar

"Perasaan Mama Kok tidak baik, seolah ada sesuatu yang buruk akan terjadi, " jawab mama.

Kemudian dia menoleh memperhatikan suster yang hendak masuk ke ruangan Monday. Karena lorong itu adalah lorong VVIP dan hanya satu kamar yang terisi dan itu kamar Monday.

"Oh sudahlah udah ada suster yang datang ke kamar Monday," kata Mama Tegar.

Tegar ikut memperhatikan suster yang akan masuk ke ruangan Monday, "Suster nya kok sedikit aneh, mana ada suster pakai highhels merah dan stoking hitam, lalu cat kuku tangannya juga di cat merah, aneh ada yang ga beres," ucap Tegar pada Mama nya.

"Ah iya juga ya, mana ada suster yang berpenampilan mencolok seperti itu." 

Suster sudah masuk kedalam. Tegar menduga itu suster itu pasti akan berbuat jahat, ia yakin akan kecurigaannya. Kemudian  Tegar berlari sekencang mungkin segera dia membuka pintu kamar ruangan Monday.

Brakk ...

Pintu dibuka dengan cepat. Tegar melihat suster berkuku warna merah itu sedang membekap wajah Monday dengan bantal.

Terlihat Monday berontak dan berteriak tapi tak terdengar suara. Suster itu nampak terkejut, dia melepaskan Monday tiba-tiba, lalu mengeluarkan senjata api yang tersembunyi dari balik bajunya .

Tegar dengan segala kekuatannya menendang senjata api itu kemudian terlepas dari genggaman suster. Suster itu kemudian menendang Tegar, tak segan-segan Tegar mengelak lalu memukul suster itu meskipun dia wanita. Suster itu segera menghindar tetapi dia terjatuh sendiri karena sepatu high heelsnya. Perkelahian sengit pun terjadi.

Monday ketakutan dia segera memanggil suster arau perawat dengan menekan tombol darurat yang berada di dekat ranjangnya. Kemudian Suster datang namun dia  tak berani masuk dan berteriak memerintahkan yang lain untuk segera memanggil satpam.

Tapi sebelum satpam tiba , ada bunyi pelatuk yang di tarik dari sebuah senjata api.

Dooor..

Pelatuk dari senjata api telah ditarik, peluru melayang mengenai paha suster jahat itu. Rupanya Ayah tegar yang seorang polisi, saat itu datang ingin menjenguk Monday. Tapi malah menangkap aksi kejahatan.

Suster gadungan itu ditangkap, di bukanya masker yang menutupi wajahnya. Tidak semua orang dari ruangan itu mengenalnya.

"Siapa kamu,  berani-beraninya menyakiti anak kesayanganku. Kamu saya tangkap atas tindakan percobaan pembunuhan berencana. silahkan hubungi pengacara anda dan jelaskan semuanya dikantor polisi nanti," ucap, Ayah Tegar dengan tegas seraya memborgol kedua tangan suster gadungan itu.

"Mon, jangan takut, Ayah akan mengurus semuanya. Tegar jaga dia ya. Mama hati-hati kalau pulang," Ayah Tegar segera ke kantor polisi

Suasana di rumah sakit ricuh, semua pada berkumpul di kamar Monday. Suster masuk dan meminta semuanya harap tenang dan duduk di kursi sementara suster akan mengecek keadaan pasien. Kemudian suster berdatangan  untuk mengecek  keadaan Monday.

"Mamah benar, firasat mamah terbukti, maafin Monday ya mah," Monday menangis dia ketakutan.

Suster selesai mengecek

"Bagaimana sus, apakah ada yang terluka atau lukannya semakin parah?" Tanya Tegar khawatir.

"Tenang ya mas, pacar mas nya kondisinya bagus dan normal smua. Hanya shock yang di alaminya, tolong untuk sementara lebih baik ada kerabat atau seseorang yang menemani dia dulu ya mas, agar lebih tenang. Kami permisi, jika perlu bantuan bisa pencet tombol lagi, trimakasih," ucap suster yang mengira Tegar adalah pacarnya.

"Mon, biarkan Tegar menemanimu ya, sambil menunggu Friday kemari. Mama pamit pulang dulu," Mama Tegar tersenyum pada Monday dan Monday juga tersenyum pada Mama Tegar.

"Mama hati-hati ya, segera kabari Tegar kalau udah sampe rumah," ucap Tegar.

"Ya Mah, Trimakasih, hati-hati dijalan ya mah"  ucap Monday seraya mencium punggung tangan Mamanya Tegar.

"Ya sayang, nanti mama telepon kalau udah sampe rumah, mon istirahat ya,"

***

"Mon, Aku beli makanan dulu ya soalnya lapar," ucap Tegar.

"Jangan kak, Aku takut. Kak Tegar pesan makanan aja pakai jasa antar makanan, please" Monday memohon manja sambil memegang tangan Tegar.

Tegar menurutinya, gadis itu juga menyuruh Tegar agar duduk disamping kasurnya, Monday yang bersandar duduk pada bantal kini berganti bersandar di bahunya Tegar.  Seperti sepasang kekasih yang bermanja ria. Tak berapa lama Monday tertidur pulas di bahu Tegar yang bidang , dengan badan yang sedikit berisi hingga membuatnya nyaman.

Entah berapa lamanya Monday tertidur, namun Tegar masih terjaga. Dia benar-benar menjaga Monday seperti kakak yang menyayangi adiknya. Tegar senang dan bahagia meski hanya duduk berdua seperti itu.

Senja berganti Petang, Tegar belum makan sedari siang. Sedangkan Monday masih tertidur di bahunya. Tak berapa lama Friday kaget melihat Tegar disamping Monday.

"Tegar, apa yang kamu lakukan!" Tanya Friday.

Tegar segera memberi isyarat dengan jari telunjuk di mulutnya dan berbisik ," Jangan berisik, nanti ku jelaskan,"

Pemandangan yang tidak diinginkan Friday. Jika tahu seperti ini dia tidak akan mengulur-ulur waktu untuk menemani Monday.

Merasa tidur Monday sudah cukup, Tegar berani beranjak dan mengganti bahunya dengan bantal. Kemudian di tatanya kembali posisi tidur Monday.

"Kita bicarakan diluar,"  ucap Tegar.

Friday pun mengikuti Tegar melangkah keluar. Dia membenci sosok Tegar yang katanya tidak mau mengganggu hubungan mereka. Tapi yang terjadi Tegar adalah orang ketiga yang licik.

Panjang lebar Tegar menjelaskan semua perkaranya, tapi yang terjadi Friday malah marah dan tidak terima.

"Tapi gak usah juga kan duduk diranjangnya sampai Monday tidur di bahu kamu segala," sahut Friday cemburu .

" Monday hanya takut. Tolong kamu pahami sikap Monday disini. Jangan sampai traumatiknya dia menjadi sebuah penyakit yang sulit dihilangkan," kembali Tegar menerangkan yang terjadi sebenarnya dan memberikan sedikit nasihat pada Friday.

"Gak usah sok nasihati aku , aku bisa pakai cara ku sendiri untuk melindungi dan membuat Monday nyaman," ucapan Friday sedikit kasar. Tegar pun pulang dengan menahan emosi dan dengan perut yang lapar.

Sebenarnya Firasat yang dirasakan Mama Tegar sama dengan Firasat Friday tadi siang. Namun badannya tak kuat beranjak pergi.

Jika tahu keadaannya seperti ini, seharusnya Friday datang lebih awal diapun menyesal tidak melindungi Monday dengan baik.