Penderitaan bisa dikatakan sebagai temannya. Tangis air mata tak pernah lupa untuk hadir. Perih dari luka yang tercipta selalu ia tahan. Namun, bagaimana jika ia harus menikah hanya untuk menggantikan posisi pengantin perempuan.
Elvira Pelita harus menggantikan posisi sang kakak dalam pernikahan, menjadi pengantin perempuan yang bersanding dengan pria yang seharusnya ia panggil kakak ipar.
Arkanio Althaf Zerion harus menikahi sang calon adik ipar karena calon istrinya melarikan diri. Ia selalu membenci pernikahannya karena bagi Arka, Vira penyebab perginya perempuan yang amat dicintainya.
"Jangan mendekat jangan sakiti aku, aku bisa menjelaskan semuanya. Aku tidak bersalah." Vira was-was karena Arka semakin mendekat.
"Kau salah, kau bersalah!" teriak Arka tepat di muka Vira.
Bagaimana pernikahan yang dipenuhi kebencian itu akan berjalan dan bagaimana cara Vira menyakinkan Arka bahwa ia tidak bersalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukan
Setelah semua kesalahpahaman yang terjadi mulai reda dan bonus special dari tindakan Arka. Hari terus berjalan dengan semestinya tidak ada lagi rasa sedih yang membelenggu. Perjuangan Faras dan Lydia untuk mendekatkan diri pada Killa perlu usaha ektra karena keduanya harus menata ulang hati yang mereka hancurkan.
Hari-hari Vira di sibukkan dengan mengajar, menjenguk Melisa, mengurus kakek. Ya, karena Killa sudah dikuasai oleh Faras dan Lydia maka kakek menjadi tanggung jawab Vira. Sikap kakek tidaklah buruk meskipun masih sedikit kaku jika berinteraksi dengan Vira, sedangkan Arka entah bagaimana kabar pria itu karena tak sekalipun Arka menghubungi rumah. Kekhawatiran sempat dirasakan Vira saat Arka tak kunjung memberi kabar, tapi semua lenyap saat kakek memberitahunya jika Arka tidak suka diganggu saat sedang bekerja dan Arka sendiri bukan tipikal orang yang mau memberi kabar.
Pagi yang indah untuk memulai hari yang indah. Vira dan seluruh rekan guru beserta seluruh murid sudah berada di lapangan saling berdiri berdampingan. Mereka sedang melakukan senam rutin yang dilakukan sekali dalam minggu. Vira mengedarkan pandangan mencari Killa yang sudah masuk sekolah, tapi ia tidak berhasil menemukan Killa pada gerombolan kelasnya.
Usai senam. Vira pun berkumpul sebentar dengan para guru dan beberapa murid setelahnya ia ke ruang guru untuk mempersiapkan bahan ajar karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
"Mohon perhatiannya sebentar," suara Pak Basuki menghentikan seluruh kegiatan para guru. Mereka duduk di kursi masing-masing.
"Seperti tahun-tahun sebelumnya siswa kelas sembilan akan melakukan study tour. Saya minta untuk masing-masing wali kelas agar bersedia ikut sekaligus mendampingi dan mengarahkan anak muridnya."
Informasi yang sangat mengejutkan bagi para wali kelas sembilan, karena siswa kelas sembilan itu banyak dan dibagi menjadi beberapa kelas.
"Tapi bukannya masih lama ya, Pak," ucap Bu Sarah
"Iya, memang masih beberapa bulan lagi. Saya hanya mengantisipasi siapa tahu ada wali kelas yang tidak bisa ikut jadi bisa mencari pengganti."
Penjelasan yang cukup masuk akal. Mereka tidak bisa asal merencanakan karena banyak siswa yang akan ikut dan membutuhkan orang dewasa sebagai pengawas.
"Baik, sekian dari saya. Jika ada yang tidak bisa ikut, mohon konfirmasi pada saya terlebih dahulu. Silakan, para murid sudah menunggu untuk pembelajaran." Pak Basuki mengakhiri perkataannya dan seluruh guru mengangguk.
Satu persatu mereka beranjak menuju kelas yang akan di ajar. Vira menyusuri lorong kelas dengan pelan. Langkahnya tidak bertenaga, sudah selama beberapa hari ini ia memikirkan tentang Arka. Sekuat apapun Vira berusaha mengenyahkan bayangan Arka dari pikirannya justru terbalik. Hatinya gusar dan entah mengapa perasaannya jadi tidak menentu.
Langkah kaki yang menaiki tangga menuju lantai tiga terasa begitu lama. Vira berhenti sebentar menghela nafas panjang, ia mengatur nafas.
"Tidak perlu memikirkan dia, tidak ada gunanya. Lupakan, lupakan ... fokus mengajar, oke." Vira berucap sendiri menggeleng pelan, kemudian melanjutkan langkahnya.
Sampai di lantai tiga dan hendak berbelok menuju kelas 9C. Vira dikejutkan dengan kehadiran Killa yang berdiri di depan kelas. Sedang memandang dirinya.
"Kenapa tidak masuk. Bel sudah berbunyi dari tadi."
"Terima kasih," ucap Killa kemudian masuk kelas, sedangkan Vira tersenyum kecil dengan perlakuan Killa. Gadis itu benar-benar memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan rasa sayangnya.
Vira masuk kelas dan tak lama pelajaran pun dimulai. Seluruh murid menyimak dengan serius setiap apa yang Vira sampaikan tak terkecuali Killa.
☘☘☘
Sudah berhari-hari Arka pergi dengan dalih pekerjaan, padahal sebenarnya ia ingin memastikan keberadaan Arleta yang menurut anak buah ada di negara yang Arka kunjungi.
Setelah mencari Arka belum juga menemukan Arleta. Hampir putus asa melakukannya, tapi mengingat akan kenangan berharga miliknya bersama Arleta membuat semangat itu tumbuh kembali untuk mencari Arleta lagi.
Arka mengendarai mobil menuju tempat yang diberitahu anak buahnya bahwa Arleta ada di sana. Menginjak gas sedalam mungkin sehingga mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Jantungnya berdetak cepat tak kala memikirkan pertemuannya dengan Arleta, sang pujaan hati.
Arka keluar mobil dan memasuki sebuah restoran. Mencari di mana Arleta duduk. Pandangannya mengedar ke seluruh restoran hingga berhenti tepat di sudut restoran. Ia terpaku melihat Arleta yang tidak sendirian melainkan bersama pria yang tidak Arka kenali. Ia pun melangkah pelan menuju Arleta.
"Sudah lebih dari setengah bulan kamu di sini, tapi tidak sekalipun mengunjungi orang tuaku," ucap si pria.
"Aku sudah berjanji akan menemui mereka, tapi tidak sekarang. Sampaikan salamku pada papa dan mama. Katakan aku merindukan mereka." Arleta berkata.
Arka yang berjarak tidak jauh dari mereka hanya mampu tersenyum tipis. Melihat dengan kepala matanya sendiri jika sang kekasih telah mengkhianatinya.
Arleta bahkan memanggil orang tua si pria dengan panggilan papa dan mama, seperti mereka sudah sangat jauh saling mengenal.
Rahangnya mengeras dengan gigi bergemelatuk. Arka marah melihat bagaimana mereka saling memandang dengan penuh cinta di atas luka yang menganga di hatinya. Arka tidak bisa menerimanya, jika ia tidak bisa mendapatkan Arleta maka tidak ada yang boleh memilikinya.
Bugh!
Arka memberikan pukulan di wajah pria itu hingga dia tersungkur. Seluruh pengunjung kaget dengan keributan yang terjadi.
"Apa yang kau lakukan." seru Arleta membantu pria itu bangun tanpa menatap Arka sedikitpun.
"Siapa dirimu berani sekali memukul ... Arka?!" Arleta terkejut melihat keberadaan mantan calon suaminya.
Tanpa memperdulikan jika Arka sudah memukul pria yang bersamanya. Arleta menghampiri Arka yang masih dikuasai amarah.
"Apa yang kau lakukan di sini! Aku sudah pergi darimu."
Tanpa menjawab pertanyaan Arleta. Arka menarik tangan Arleta keluar dari restoran meninggalkan pria yang mendapat pukulan darinya. Arleta memberontak ia tidak ingin bersama dengan Arka. Arleta sempat menengok ke belakang melihat pria yang memegang sudut bibirnya yang terluka.
"Lepaskan aku! Kau mau membawaku ke mana!" Arleta berteriak memberontak meminta dilepaskan.
"Tidak." Arka memasukkan Arleta ke dalam mobil.
"Sebelum kau menjelaskan semuanya," sambung Arka lalu memutari mobil untuk duduk di kursi kemudi.
"Aku sudah menjelaskan pada surat itu. Aku tidak mencintaimu dan aku tidak bisa menikah denganmu."
"Kau kira aku percaya? Tidak!" Arka melajukan mobil meninggalkan area restoran.
"Hentikan mobilnya, aku tidak ingin pergi bersamamu." Arleta berusaha untuk membuka pintu mobil, tapi ia harus menelan kekecewaan karena Arka menguncinya.
"Arka, berhenti! Kau mendengarku. Berhenti Arka!" Arleta sungguh tidak dapat berkata apalagi selain meminta Arka untuk berhenti.
"Aku kata tidak ya tidak, mengerti! Dan jangan berteriak karena tenggorokanmu bisa sakit."
"Apa pedulimu. Ingat jika kau itu suami adikku."
Chiit
Suara decitan yang timbul akibat Arka mengerem mendadak membuat Arleta hampir terbentur dashboard. Untung saja tidak ada mobil yang yang berada di belakang mobil mereka. Arka pun memilih menepikan mobil.
Tidak ada niatan untuk Arka mencelakai Arleta. Ia hanya terkejut dengan perkataan Arleta bahwa ia suami adiknya meskipun itu kenyataan, tapi Arka tidak bisa menerimanya apalagi Arleta yang mengatakannya sendiri.
***
Happy reading
Kemarin gak up, maaf ya. Hmm kira-kira Arleta mau menjelaskan tidak ya 🤔 next....
Salam sayang dari aku
Orang berpendidikan kok mau2nya di aniaya sama ayah dan suaminya..gk masuk akal..
Ceritanya terlalu lebay..
Thor coba bikin tokoh perempuan yg kuat dan punya harga diri
Vira kamu jgn bodoh pergi dari rmh itu..kamu seorang pendidik harusnya tegas dan punya sikap..
thor viranya harus di bikin tegas dan punya sikap dong..