Uwais menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, Stela, setelah memergokinya pergi bersama sahabat karib Stela, Ravi, tanpa mau mendengarkan penjelasan. Setelah perpisahan itu, Uwais menyesal dan ingin kembali kepada Stela.
Stela memberitahu Uwais bahwa agar mereka bisa menikah kembali, Stela harus menikah dulu dengan pria lain.
Uwais lantas meminta sahabat karibnya, Mehmet, untuk menikahi Stela dan menjadi Muhallil.
Uwais yakin Stela akan segera kembali karena Mehmet dikenal tidak menyukai wanita, meskipun Mehmet mempunyai kekasih bernama Tasya.
Apakah Stela akan kembali ke pelukan Uwais atau memilih mempertahankan pernikahannya dengan Mehmet?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Sesampainya di hotel, Mehmet membuka pintu kamar mereka sambil menggenggam tangan Stela erat-erat.
Ceklek.
Begitu pintu terbuka, Stela langsung terpaku di tempat.
“Mehmet, kita nggak salah kamar?” tanyanya dengan suara pelan, hampir berbisik.
Mehmet tersenyum tipis sambil mendorong pintu lebih lebar agar istrinya bisa melihat semuanya dengan jelas.
Kamar itu begitu mewah dengan langit-langit tinggi dengan lampu gantung kecil dari kristal.
Tempat tidur king size berseprai putih bersih dan taburan bunga mawar merah di atasnya.
Jendela besar menghadap langsung ke laut, dimana sunset mulai turun perlahan, memantulkan warna jingga ke seluruh ruangan.
Namun yang paling membuat Stela terpaku pada
sebuah jacuzzi besar berbentuk oval berada di sudut ruangan, menghadap langsung ke panorama pantai.
Uap hangat masih mengepul lembut dari airnya.
Di sekelilingnya ada lilin aromaterapi yang belum dinyalakan dan sebotol sparkling juice di atas meja kecil.
Stela menegakkan tubuhnya dan memandang sekeliling dengan tatapan tidak percaya.
“Mehmet, kamu serius nyiapin semua ini?” gumamnya, matanya mulai berair.
Mehmet mendekat dari belakang, melingkarkan tangannya ke pinggang Stela dan menempelkan dagu di bahunya.
“Tentu. Aku mau kamu ngerasain liburan yang tenang, jauh dari drama dan stres. Hanya kita berdua.”
Stela menelan salivanya saat menatap jacuzzi itu yang terlihat hangat dan mengundang.
“Met, ini indah banget. Tapi kamu nggak perlu sampai seperti ini."
Mehmet terkekeh pelan.
“Untuk istri aku? Perlu dong.”
Mehmet lalu mencium pelipis Stela dengan lembut.
“Kalau kamu mau, malam ini kita bisa berendam bareng di jacuzzi. Tapi cuma kalau kamu nyaman,” bisik Mehmet dengan nada menggoda.
Pipi Stela pan memerah ketika mendengar perkataan dari suaminya.
“A-aku liat dulu nanti,” gumamnya gugup.
Mehmet tertawa kecil lalu melangkah masuk ke kamar, menaruh koper, membiarkan Stela menikmati pemandangan.
Stela berdiri di tengah kamar, memandang jacuzzi yang berkilau diterpa cahaya senja.
Mehmet meminta untuk menggantikan Pakaian dan celana dalamnya yang masih memaksa celana dalam milik Mehmet.
"Mehmet, jangan buat aku malu." ucap Stela yang langsung masuk kedalam kamar mandi.
Stela melepaskan pakaiannya dan celana dalam milik suaminya yang ia pakai.
"Apakah nanti malam ia akan meminta haknya?" gumam Stela sambil menggelengkan kepalanya.
Ia yang tidak mau membayangkan lagi langsung segera mandi.
Setelah selesai mandi, ia memakai kimono handuknya dan keluar.
Mehmet yang sedang merapikannya pakaiannya langsung terdiam saat melihat istrinya yang keluar dari kamar mandi.
"Mehmet, kamu kenapa?" tanya Stela sambil melambaikan tangannya.
Mehmet masih tidak berkedip sama sekali, sehingga Stela menghampirinya.
"MET!"
Mehmet yang terkejut langsung salah tingkah dan masuk kedalam kamar mandi.
"Aduh, kenapa aku malah diam seperti patung. Dan kamu kenapa bangun juga!" ucap Mehmet sambil melihat si kecil yang mulai membesar.
Mehmet lekas melepaskan pakaiannya dan mandi.
Stela duduk di atas tempat tidur sambil menunggu suaminya.
"Kenapa dia malah masuk ke kamar mandi?" gumam Stela sambil menahan tawanya.
Stela mendengar suara shower dimatikan, lalu pintu kamar mandi terbuka perlahan.
Ia cepat-cepat merebahkan diri di tempat tidur, menarik selimut sampai ke dada, dan memejamkan mata pura-pura tidur.
Langkah Mehmet terdengar pelan dan ia sangat hati-hati.
Aroma sabunnya yang segar langsung memenuhi ruangan, membuat Stela harus menahan napas agar tidak tersenyum.
“Sayang…” panggil Mehmet.
Stela merasakan jantungnya berdetak kencang saat mendengarkan suaminya yang sedang memanggilnya.
"Sayang, kok tidur?" tanya Mehmet sambil membelai rambut istrinya.
Stela masih pura-pura tidur saat suaminya sedang memanggilnya.
Melihat istrinya yang sudah tidur, Mehmet akhirnya naik ke atas tempat tidur.
Ia tidak bisa memejamkan matanya dan hanya membolak-balikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
"Aku tidak bisa menahannya lagi," ucap Mehmet sambil sedikit menangis.
Stela membuka matanya saat mendengar suara tangisan suaminya.
"MEHMET!"
Mehmet langsung terkejut ketika mendengar suara keras istrinya.
"Sayang, tolong aku. Aku sudah tidak tahan. Tapi, kalau kamu belum siap. Aku..."
Dengan gerakan yang sangat cepat, Stela langsung memeluk tubuh suaminya.
"A-aku sudah siap, Mehmet." ucap Stela dengan suara lirih.
Mehmet yang mendengarnya langsung sujud syukur dan ia pun langsung mencium bibir istrinya dengan ciuman khasnya.
Stela membelalakkan matanya dan sedikit terkejut dengan apa dilakukan oleh Mehmet.
"Mehmet..."
Mehmet membuka kimono handuknya dan kimono handuk Stela.
"Apakah kamu sudah siap?" tanya Mehmet.
Stela mendorong tubuh Mehmet dan ada sesuatu yang akan ia bicarakan sebelum mereka melakukan hubungan intim.
"Ada apa, sayang? Kamu belum siap?" tanya Mehmet sambil menggenggam tangan istrinya.
Stela menundukkan kepalanya dan sedikit malu-malu.
"Met sebenarnya aku belum pernah melakukan hubungan intim. Sejak aku menikah, Uwais tidak pernah menyentuhku." jawab Stela.
Mehmet yang mendengarnya langsung lompat kegirangan seperti anak kecil yang mendapatkan mainan.
"Sayang, ayo jangan kita tunda lagi. Aku janji akan pelan-pelan." ucap Mehmet yang kembali mencium bibir istrinya.
Stela membalas ciuman yang diberikan oleh suaminya.
Ia memeluk tubuh suaminya yang sudah mulai melakukannya.
"S-sakit..."
"Tahan sebentar, sayang. Sebentar lagi kamu tidak akan kesakitan."
Stela menghela nafas panjang sambil tersenyum ke arah suaminya yang sedang berada di atas tubuhnya.
Tak berselang lama ia sudah tidak merasakan kesakitan. Sampai terdengar suara desahan mereka berdua.
Satu jam kemudian mereka berdua kelelahan dan Mehmet langsung menarik pinggang istrinya.
"Terima kasih, sayang. Dan sekarang istirahatlah. Nanti malam aku akan mengajakmu ke tempat romantis." ucap Mehmet.
Stela menganggukkan kepalanya dan langsung memejamkan matanya.
Mehmet juga memejamkan matanya sambil tersenyum tipis.
Langit sudah mulai gelap dan pasangan pengantin baru masih tertidur pulas.
Mehmet mendengar suara alarm nya dan membuka matanya.
Ia melihat istrinya yang masih tertidur pulas sambil memeluknya.
"Sayang, ayo bangun." ucap Mehmet.
Stela membuka matanya dan melihat suaminya yang sudah bangun.
"Aku masih mengantuk, Mehmet."
Mehmet bangkit dari tempat tidurnya dan langsung membopong tubuh istrinya.
"Tidurnya dilanjut nanti saja, setelah kita makan malam, sayang."
Tawa kecil Stela terdengar tertahan di dada Mehmet.
"Iya, iya, aku bangun. Tapi turunkan aku, Met, aku berat."
"Tidak ada kata berat untuk istriku," balas Mehmet.
Ia membawa Stela langsung menuju kamar mandi mewah yang tadi sempat membuat Stela terpesona.
Mehmet menurunkan Stela dengan hati-hati di depan wastafel marmer yang besar.
Uap dari jacuzzi tadi sudah menghilang, tapi ruangan itu masih terasa hangat.
$Aku akan siapkan air hangat di shower," ujar Mehmet sambil melangkah ke bilik kaca.
Stela masih sedikit mengantuk, menyandarkan tubuhnya ke meja wastafel.
"Kamu mau mandi bareng?" tanya Stela dengan wajah malu-malu.
Mehmet menoleh ke arah istrinya yang mengajaknya mandi bersama.
"Tentu saja, sayang. Kita harus menghemat waktu, karena estoran sudah menunggu."
Kemudian mereka berdua membersihkan diri dengan cepat, diselingi tawa kecil dan beberapa curian kecupan dari Mehmet yang membuat Stela harus berulang kali mengingatkannya bahwa mereka sedang terburu-buru.
Setelah selesai mandi mereka segera bersiap-siap.
Stela mengenakan maxi dress berwarna biru laut yang elegan, rambutnya ia biarkan tergerai menutupi punggungnya yang sedikit terekspos.
Riasan tipis yang ia pakai membuat wajahnya terlihat segar dan berseri.
Mehmet terlihat gagah dengan kemeja linen putih yang lengannya digulung hingga siku, dipadukan dengan celana chino berwarna khaki.
Aroma cologne- nya yang maskulin bercampur sempurna dengan aroma sabun yang tadi mereka pakai.
"Kamu cantik sekali, Sayang," puji Mehmet.
"Kamu juga tampan," balas Stela.
Mehmet mengulurkan tangannya ke arah istrinya.
"Sudah siap untuk makan malam romantis pertama kita sebagai suami istri yang sesungguhnya?"
Stela tersipu, namun ia menerima uluran tangan itu dengan mantap.
"Sangat siap."
Mereka berdua keluar dari kamar hotel sambil bergandengan tangan.