Setelah sang pahlawan mengalahkan Raja Iblis, dunia kembali damai. Tapi justru... para petualang, penyihir, guild, bahkan monster jadi nganggur.
Aku punya teman wanita, yang mana dia adalah wanita yang paling aku taksir sejak lama, tiba-tiba saja aku keceplosan untuk melamarnya, dan setelah itu...
Yang penting saksikan saja petualangan diriku yang seru dan santai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah raman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Istirahat Yang Damai
Pagi telah bersinar dengan matahari yang cerah.
Tak terasa hari sudah subuh. Tapi kali ini matahari sangat tidak begitu nampak, karena di sini penuh dengan para pengungsi yang mencari ketenangan.
Aku akan mandi wajib bersama istriku, karena malam tadi telah selesai jimak. Mandi wajib adalah kewajiban yang berasal dari ajaran nabi Muhammad. Dan leluhurku yang berasal dari universe bima sakti telah mengajarkan itu secara turun temurun, bahwasanya jika seseorang selesai bersenggama dengan istri, maka dia wajib mandi. Syaratnya saat kelamin lelaki masuk pada kelamin perempuan seperti laksana cincin yang dipasang pada jari. Maka seseorang wajib mandi dengan niat yang sudah diajarkan.
Kali ini setelah keluar dari tenda, aku melihat banyak orang yang tertidur karena mabuk berat, sedangkan para anak-anak sudah tidur di tenda. Wajar saja, kalau yang lain ada yang tidak menuruti syariat, tapi semoga saja mereka sadar sebelum kematian menjemput.
Aku melangkah pergi menuju pantai... "Bismillahirrohmanirrohim... Nawaitul gusla wajibi lillahitaala." Itulah niat mandi wajib.
Kemudian istriku juga ikut berenang, dia perlahan menuju pinggir pantai. Dia membaca niat mandi wajib juga, yang sama seperti aku baca. Dan ternyata banyak para wanita dan lelaki yang mandi berbarengan di sana. Aku cari yang halal saja.
"Kita jauh-jauh dari mereka ya, cari yang halal saja." Begitulah aku mengajarkan sesuatu pada istriku, agar istriku mengerti bahwa di dunia ini pun juga memiliki batasan, bukan asal berkumpul antara lelaki dan wanita yang bukan muhrim, nanti akan mendekati zina, dan itu haram.
Dia mengangguk dan tersenyum, ternyata sifat mudah mengerti dari dalam dirinya lah yang membuat aku jatuh cinta.
Saat ini dia ingin bercanda denganku, dengan cara menyemburkan air laut secara sedikit demi sedikit. Mukaku basah dan aku tertawa. "Hai sayang, ini perih lo." Ujarku tadi.
Spontan saja diriku langsung menghalangi semburan air laut itu. "Eh, tidak kena." Karena aku berlari secara perlahan. Ini cukup seru.
Aku melihat perut istriku yang agak sedikit membesar di balik pakaian kesehariannya, sekarang aku baru menyadarinya, bahwa kehamilannya semakin hari semakin terlihat.
Perasan diriku begitu senang, bahkan aku mencoba untuk mengingatkannya, "jangan terlalu lelah ya?"
"Sayangku Ani... Mandi seperti biasa saja... Tidak malu ya dilihat orang? Mari lakukan seperti apa yang telah tertera di kitab, bagaimana cara mandi wajib yang benar"
"Iya sayang." Dia mencubit pipiku dan kemudian dia berenang.
Setelah itu kami menonton voli, aku tidak ingin bermain voli karena aku lebih baik menonton teman-temanku bermain. Dan lebih baik aku bersama dengan istriku menonton mereka, ini pun tidak kalah seru, mengingatkan masa muda kembali, ketika masih berpacaran.
Nicki menatapku, "senior Arul tidak ikut main?" Katanya.
Aku menjawab, "bukan aku tidak mau... mengertilah."
Sebagai lelaki yang beristri dan baru saja bertemu kembali, simpelnya... waktu bersama pasangan lebih berharga. Apalagi diriku yang punya jadwal padat, sebagai pendekar, itulah yang ingin aku rasakan, kerinduan pada keluarga akan terasa ketika kita jauh dari mereka.
"Sayang, aku ingin melihat kamu main voli, ikut ya dengan mereka?"
Istriku seperti meminta aksiku yang telah lama terpendam.
Mau tidak mau aku harus menurutinya, "apapun akan kulakukan, karena ngidamnya unik sekali."
Semua orang tertawa mendengan lelucon dariku.
Seorang lelaki entah siapa namanya, dia sangat muda, memberi ruang untukku bermain.
Aku menjadi pemain dadakan, sekarang mereka ingin melihatku melakukan Servis... *Plak* bola telah aku pukul dengan sangat kuat, ternyata masuk.
