Kiara terpaksa menikahi Orion karena satu tujuan yaitu untuk balas dendam. Dirinya merasa dipermainkan oleh Leonard Arven Hadinata, anak sulung sebuah keluarga konglomerat Hadinata. Kiara dan Leo sudah menjalin hubungan cukup lama dan dijanjikan akan dinikahi suatu hari nanti. Namun sang pria justru menghilang tanpa satu alasan. Kiara hingga merasa sedih dan kecewa.
Kiara melakukan sebuah pernikahan kontrak dengan Orion Alaric Hadinata, sang putra tidak sah alias anak haram Hadinata. Dari Aditya Pramana Hadinata, sang kepala keluarga dengan seorang wanita yang tak diketahui siapapun. Sekaligus adik tiri dari sang putra sah yaitu Leonard.
Orion menyetujui pernikahan itu karena ia juga ingin menghancurkan keluarga yang selama ini merawatnya dari kecil. Juga untuk mencari tau dimana keberadaan ibu kandungnya sekarang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NABABY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Yang Angkuh
Pagi itu pukul setengah tujuh pagi Kiara mengetuk pintu kamar Orion untuk membangunkannya. Pintu diketuk, Kiara memanggil-manggil Orion dari luar kamar, namun tak ada jawaban. Perlahan, Kiara membuka pintu kamar itu dan melihat Orion masih tidur dengan telanjang dada. Dada Orion terpampang nyata dihadapannya, membuat Kiara meneguk ludah.
Kiara memandangi Orion sejenak, mencoba menikmati keindahan tubuh pria itu. Tapi dirinya langsung menggeleng cepat.
"Sadar Kiara, dia bukan suami sungguhan. Dia hanya sebatas rekan." Kiara menepuk-nepuk pipinya mencoba membawa kesadarannya kembali.
Kiara melangkah makin dekat, namun hatinya semakin berdebar. Entah sejak kapan dia mempunyai rasa seperti ini. Apalagi lekukan tubuh Orion makin terlihat makin jelas. Pipi Kiara seketika memerah melihat tonjolan yang ada di celana boxer Orion.
Kiara yang niatnya ingin membangunkan Orion, kini langsung berlari dan langsung menutup pintu kamar dan pergi. Kiara duduk terjatuh sambil memegangi kedya pipinya yang terus memerah.
"Dasar bodoh. Apa yang baru saja aku lakukan? Ini membuatku seperti wanita mesum." Gumam Kiara.
Orion menggeliat saat membuka mata. Dia mengambil ponsel, seketika matanya terbelalak karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih.
"Astaga! Aku kesiangan!" Orion menepuk jidat.
Dia melihat ada sebuah notif chat dari Kiara, dia langsung membukanya.
"Maaf, pagi ini aku tak bisa mengajarimu memasak. Aku harus segera ke kedai. Oh ya, di meja makan aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Selamat berakhir pekan rekan."
Orion tersenyum, namun ada sedikit rasa kecewa karena tak bisa mengantar istrinya. Orion melangkah turun dari ranjangnya kemudian menuju lemari untuk memakai kaos dan celana yang lebih panjang.
Saat membuka kamar, suasana sangat sepi. Biasanya dia sering mendengar suara Kiara sedang memasak, namun hari ini terlihat berbeda. Langkahnya tegap menuju meja makan, lalu membuka tudung saji. Orion tersenyum saat melihat beberapa lauk dan sayur sudah tersaji.
"Padahal kau cuma istri kontrak, tapi kenapa kau melakukan semua ini untukku?" Ucap Orion yang masih memandangi makanan tersebut.
Orion segera memakan masakan buatan Kiara. Ya, seperti biasa. Masakan Kiara terasa sangat nikmat di lidahnya. Dia tersenyum, memakannya dengan semangat.
Pikirannya langsung menuju pada sebuah kontrak yang mengikat mereka bersama. Orion memang menikahi Kiara hanya untuk membuatnya menjadi bidak catur. Tapi entah mengapa, lambat laun hatinya tak mampu jika harus memanfaatkan wanita tersebut. Semakin mereka bersama, Orion semakin tau jika mereka berdua mempunyai nasib yang hampir sama. Saat kecil, mereka hidup di panti asuhan. Mereka bahkan juga tak mempunyai orang tua, meski Aditya, ayah kandung Orion tiba-tiba datang dan membawanya pulang.
Pikiran Orion kalut, dia memang ingin menghancurkan keluarga Hadinata, tapi, hatinya menolak jika harus membuat Kiara terluka. Tapi, dia harus menguak kejahatan yang menimpa ibu kandungnya, Kirana.
......................
Kiara masih sibuk melayani beberapa konsumen yang tengah ingin membayar. Akhir pekan memang sangat melelahkan, apalagi akhir-akhir ini kedai menjadi semakin ramai.
Pintu kaca kedai kembali terbuka. Seorang wanita memakai baju beludru sangat mencolok perhatian. Apalagi dengan warna merah marun, wanita itu berjalan dengan tegap penuh wibawa sambil melihat sekeliling.
Pandangan wanita terus memperhatikan sekeliling ruangan. Tampak terlihat tak berkelas dan sangat jauh dari kata elegan. Ya, itulah kesan pertama Arleta pada kedai milik Kiara. Perlahan, pandangan Arleta yang tertuju pada Kiara yang tengah berdiri di meja kasir.
"Selamat datang di kedai kami kak." Sapa Kiara dengan senyum yang ramah.
Arleta berjalan menghampiri Kiara. Pandangannya melihat dari ujung rambut hingga badan. Kiara yang terlihat bingung hanya bisa menunggu sampai wanita yang dia anggap pelanggan membuka suara.
"Kau, istri Orion ya?"
"Maaf, anda siapa ya?" Kiara bertanya balik.
Tatapan Arleta meruncing. Kiara, baginya tak lebih cantik. Tapi mengapa Orion bisa menikahi wanita sederhana dan tampak biasa saja seperti ini.
"Bisa aku bicara empat mata denganmu? Disini terlalu ramai. Aku tidak suka keramaian." Arleta melihat sekeliling, pandangannya seakan merasa jijik dengan suasana yang jauh dari kata elegan ini.
Senyum ramah Kiara seketika menghilang. Melihat tingkah wanita yang ada di depannya membuat dirinya merasa was-was. Kesan darinya sangat berbeda dengan Sarah waktu itu. Wanita ini terlihat bukan orang sembarangan. Bahkan bisa dilihat kastanya jauh diatas Kiara. Bagaimana tidak, mulai dari baju, perhiasan yang menempel di leher dan juga jarinya, dan sebuah tas branded nan mewah yang tengah ia bawa.
Kiara langsung memanggil Asha untuk menggantikannya sejenak. Setelah, itu Kiara membawa Arleta menuju ruangannya.
"Silahkan masuk." Ucap Kiara
Arleta langsung masuk dalam ruangan yang menurutnya sangat kecil dan sumpek. Namun dekorasi dalam ruangan tersebut sesikit lumayan.
Arleta tak duduk di kursi tamu, dia langsung duduk di kursi milik Kiara yang merupakan pemilik kedai ini. Kiara kesal dengan sikap sombong wanita ini, namun dia berusaha menjaga emosinya. Karena dia belum tau siapa wanita yang tengah berada didepannya tersebut.
"Jadi, siapa anda sebenarnya?" Tanya Kiara dengan nada sedikit tinggi.
"Aku Arleta. Kau bisa tanyakan siapa aku pada suamimu." Tatapan Arleta mengarah pada barang-barang yang terdapat pada meja kerja Kiara. Pandangannya mengarah pada sebuah foto kecil yang terdapat lima orang. Tiga laki-laki, dan dua wanita yang diantaranya adalah Kiara.
"Berhenti memegangi barang milik orang lain." Kiara langsung merebut foto tersebut.
"Sabar, aku hanya ingin melihatnya saja. Tak usah pelit seperti itu." Arleta tertawa congkak.
"Sebenarnya, apa tujuan anda datang kesini?!" Kini Kiara sudah kehilangan kesabaran.
"Baiklah, akan kuperjelas maksud kedatanganku kemari. Aku hanya ingin melihat istri Orion. Ternyata level istri pria itu sangat jauh dibawahku. Aku merasa sedikit kesal, bisa-bisanya dia menikahi wanita sepertimu." Arleta mengambil tissue yang ada di tasnya untuk membersihkan tangannya. Lalu membuang tissue itu ke sembarang arah.
"Hei! Jaga sopan santunmu!" Kiara membentak.
Arleta bangun dari duduknya. Lalu menatap Kiara lekat-lekat. "Kau sudah merebutnya dariku. Mainanku yang berharga." Ucap Arleta. Kini tatapannya tajam.
Kiara seakan membisu, mencoba memahami apa maksud dari Arleta.
"Aku tidak akan lama-lama disini. Tempat ini membuatku merasa sesak nafas. Orang miskin sepertimu sangat menyebalkan." Arleta berjalan keluar dan meninggalkan Kiara sendirian.
Kiara masih terdiam, dia melihat kearah tissue yang dibuang Arleta barusan. Kemudian dia duduk dan mengambil tissue itu. Dia amati sejenak tissue yang sudah kumal yang kini ada di tangannya.
"Hikss..." Kiara berusaha menghapus air mata yang jatuh di pipinya.
Hatinya sakit dengan perkataan Arleta. Dia tau dirinya miskin, namun, menghina tempat yang dia bangun bersama teman-temannya membuatnya sangat kesal. Mungkin bagi orang lain kedai ini tampak biasa saja. Tapi bagi Kiara dan lainnya, kedai ini menjadi rumah kedua untuk mereka. Bagaimana keringat dan air mata mewarnai setiap perjalanan yang membuat semuanya menjadi lebih baik dan indah.