NovelToon NovelToon
Istri Pengganti untuk Om Penyelamat

Istri Pengganti untuk Om Penyelamat

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Crazy Rich/Konglomerat / Dark Romance / Pengantin Pengganti / Mafia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:25.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

(Tidak disarankan untuk bocil)

Seharusnya, besok adalah hari bahagianya. Namun, Alfred Dario Garfield harus menelan pil pahit saat sang kekasih kabur, mengungkap rahasia kelam di balik wajahnya—luka mengerikan yang selama ini disembunyikan di balik krim.

Demi menyelamatkan harga diri, Alfred dihadapkan pada pilihan tak terduga: menikahi Michelle, sepupu sang mantan yang masih duduk di bangku SMA. Siapa sangka, Michelle adalah gadis kecil yang dua tahun lalu pernah diselamatkan Alfred dari bahaya.

Kini, takdir mempertemukan mereka kembali, bukan sebagai penyelamat dan yang diselamatkan, melainkan sebagai suami dan istri dalam pernikahan pengganti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Surat panggilan dari kepala sekolah

Michelle mengenakan seragam sekolah, tasnya tergantung di punggungnya. Begitu bel pulang berbunyi, dia dipanggil untuk menghadap ruang kepala sekolah sebelum pulang.

Saat berdiri di depan pria paruh baya itu, wajahnya tetap datar, tatapannya kosong tanpa rasa cemas atau senyum seperti biasanya ketika bersama Alfred. Kepala sekolah memandangi Michelle dengan sorot mata tajam, seolah menimbang-nimbang setiap gerak-geriknya.

“Apa saja yang kau lakukan di sekolah, Michelle? Nilaimu buruk sekali,” ucapnya sambil melemparkan kertas hasil ujian setengah semester lalu ke meja di depan gadis itu.

Michelle hanya menatap kertas itu tanpa sedikitpun terlihat malu. Di dalam kepalanya, semuanya terasa kosong, seolah tak ada celah untuk memuat pelajaran itu.

“Kau anggap sekolah ini taman bermain, ya? Terlalu meremehkan semuanya.” Suara kepala sekolah meninggi, nada marah jelas terdengar. “Apa kau sadar kalau dengan nilai seperti ini, masa depanmu hampir tertutup? Universitas impian takkan pernah bisa kau masuki!”

Michelle tetap berdiri dingin, menelan semua cacian tanpa reaksi. Otaknya sudah terlalu lelah untuk berpikir keras. Ia menghela napas panjang. "Saya memang tidak berniat melanjutkan sekolah, Pak,"

Kepala sekolah menatapnya tajam, alisnya berkerut."Kau ingin menjadi apa di zaman sekarang tanpa kuliah, hah?!"

Michelle menunduk, jari-jarinya meremas ujung rok seolah berusaha menenangkan gelombang emosi yang bergelora di dadanya. "Maaf, Pak... apapun yang Bapak katakan, saya benar-benar sudah berusaha, tapi nilai saya tidak akan pernah bisa diperbaiki."

Kepala sekolah menghela napas panjang. Tangannya meraih sebuah amplop dari laci, lalu melemparkannya ke arah Michelle dengan suara dingin, "Saya terpaksa harus memanggil walimu."

Michelle mengangkat kepala, pandangannya dingin dan datar. "Maaf, Pak. Saya tidak punya wali,"

"Bukankah kau sebelumnya tinggal bersama pamanmu?Kau bisa beri surat itu padanya. Suruh dia segera datang ke sekolah."

Michelle terkekeh pahit, wajahnya tetap tenang."Saya tidak tinggal bersama mereka lagi. Saya sebatang kara sekarang." 

Kepala sekolah menyunggingkan senyum sinis, matanya menatap tajam ke arah Michelle."Jangan banyak alasan, Michelle. Kau tak bisa membohongi saya," suaranya dingin menusuk telinga.

Michelle menarik napas dalam-dalam, jari-jarinya menggenggam erat surat yang baru saja ia ambil. "Terserah kalau Bapak tidak percaya. Yang jelas, saya sudah memberitahukan ini pada Bapak,"

Ia membungkuk singkat, lalu melangkah keluar ruangan dengan langkah yang terasa berat. Di koridor sunyi, ia berhenti sejenak, menutup mata rapat, berusaha meredam gejolak yang membakar di dadanya.

Michelle berjalan pelan ke arah gerbang sekolah yang mulai sepi. Hanya tersisa beberapa siswa yang masih berkutat dengan ekstrakurikuler mereka. Matanya melirik ke kiri dan kanan, mencari sosok Pak Toni sang sopir, namun mobil hitam itu tak tampak di mana pun.

Ia berdiri di bawah gerbang besar sambil meremas tali tas, matanya menangkap sosok mobil lain — milik suaminya, berdiri kokoh di samping gerbang.

Vino melangkah cepat mendekat, napasnya terengah saat berkata, "Mari, nona." Ia mempersilakan Michelle masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu.

Michelle mengangguk pelan, langkahnya mengikuti Vino yang sudah membuka pintu belakang. Namun, saat tubuhnya hampir masuk ke dalam mobil, tubuh Michelle tiba-tiba membeku.

Di sana, di kursi belakang, suaminya sedang asyik dengan tablet di tangan, mata sesekali menatap layar tanpa menoleh. "Siang, Om," sapa Michelle dengan suara pelan dan sopan.

Alfred hanya menanggapi dengan dehem singkat, lalu menyibakkan kacamata yang hampir melorot. Matanya berpindah tajam ke arah Michelle. "Ada yang ingin kau sampaikan kepadaku?" tanyanya dingin.

Michelle membeku sejenak, tangan di pangkuan tergenggam erat, sembunyikan sebuah amplop di bawah tas. Ia cepat menggeleng, menundukkan wajahnya. "Tidak ada, Om." Matanya tak berani menatap Alfred lebih lama.

Alfred mengangkat telapak tangan, nada suaranya mengeras, "Serahkan apa yang kau sembunyikan itu."

Michelle menggigit bibir, ragu sesaat sebelum akhirnya meletakkan amplop itu perlahan di atas tangan suaminya.

Alfred dengan tenang mengeluarkan isi amplop itu. "Asal kau tahu," suaranya dingin, "kau tak bisa menyembunyikan apa pun dariku. Setiap gerak-gerikmu, aku tahu."

Michelle menunduk, bibir bawahnya digigit pelan, gelisah menanti reaksi suaminya melihat isi amplop. Wajah Alfred tetap beku saat dia membaca. Setelah selesai, dia memasukkan kertas itu kembali ke dalam amplop.

"Aku yang akan memenuhi undangan itu. Kau cukup duduk manis di ruangan itu, tanpa suara," kata Alfred.

Michelle menatapnya dengan mata membesar, campuran antara kaget dan tak percaya—suaminya bersedia menjadi walinya."Apa ini tidak merepotkan?" suaranya pelan dan ragu.

Alfred menatap dalam ke mata istrinya, sorotan itu penuh luka yang tak terucap. Dari balik tatapan itu, pria itu bisa merasakan kesepian dan sakit yang istrinya sembunyikan.

Alfred menatap Michelle dengan serius. "Jangan lupa, aku suamimu sekarang,"

Michelle hanya mengangguk, hatinya berdenyut aneh, terasa nyaman—ternyata begini rasanya ketika seseorang benar-benar memperhatikan. Senyum tipis mengembang di sudut bibirnya, membawa kehangatan baru yang belum pernah ia rasakan.

Namun raut wajahnya langsung berubah bingung saat mobil berhenti di depan sebuah rumah sakit. "Untuk apa kita kemari, Om?" tanyanya, mata menatap penuh tanya.

Alfred mengangkat bahu santai. "Ikut saja, kau akan tahu nanti." Ia melangkah keluar, langkahnya tegap dan yakin, diikuti Michelle yang masih penasaran tapi memilih mengikuti.

Gadis itu menunduk sepanjang jalan, sampai tanpa sadar ia menabrak punggung lebar suaminya. "Maaf, Om," ucapnya terbata.

Alfred menghembuskan napas panjang, lalu berbalik. Dengan lembut, ia mengapit dagu Michelle, memaksa mata mereka bertemu.

Alfred menarik napas dalam-dalam, matanya menatap lurus ke Michelle. "Kalau kau pergi bersamaku, aku tidak suka kalau kau berjalan menunduk,"

Bibirnya nyaris menyentuh kulit telinga istrinya saat berkata, "Aku suka wanita yang berjalan tegak, yang memanfaatkan reputasi yang kumiliki untuk berdiri percaya diri."

Tubuh Michelle tiba-tiba menegang, kelopak matanya berkedip perlahan. Tanpa sadar, kepalanya ikut mengangguk ringan. Alfred tersenyum tipis, lalu dengan lembut menepuk kepala Michelle dua kali sebelum masuk ke ruangan itu tanpa mengetuk.

Michelle mengikutinya, langkahnya agak berat. Di dalam ruangan, suaminya langsung duduk di bangku depan meja dokter Grace—wanita yang sangat dikenalnya. Matanya segera beralih ke sofa samping, di sana ada dua wanita berpakaian glamor yang menatapnya sambil tersenyum penuh arti.

Salah satu dari mereka berdiri dan mendekat. "Hai, gadis manis, kita bertemu lagi," ujarnya santai.

1
j4v4n3s w0m3n
😂😂😂😂😂kepolosan🤣
partini
😂😂😂 kasihan mandi plus meeting ma mis lux
Jue
Kenapa Alfred hanya membalas ibubapa Elena tapi lupa dengan Antonio sedangkan dalang di sebalik semua ini adalah Antonio .
Jue: Oh ! ok , Aku tunggu Author .
total 2 replies
Ani Sifa
Thir, bagus banget ceritanya, nyesek didada,😭tapi apa iya itu otak mickiy bisa sembuh,???
Ani Sifa: awam soal ilmu kedokteran thor jadi g paham🙏
total 2 replies
j4v4n3s w0m3n
sedih aku.bacanya nangis ..gak tau krn lagi sensi hatiku ehm sedihnya micky ...paman.sama.bibinya harus kamu temukan Al kasih pembalasan lebih lebih dr apa.yg di.rasakan sama micky
j4v4n3s w0m3n
dia siapa ya...?🤭
j4v4n3s w0m3n: asyiappppp
total 2 replies
Nusila A
bentar mau nanya thor Bu Melinda itu siapa iya kok gw lupa
ladies_kocak: Bu Melinda itu pengasuh Michelle dari kecil, emang part sebelumnya tidak disebutkan,tapi Michelle pernah bercerita bahwa dia punya seorang pengasuh. mungkin Melinda itu akan di jelaskan siapa, saat Michelle bertemu dengan ayahnya. tunggu saja!
total 1 replies
j4v4n3s w0m3n
yg aslina jahat banget tu paman dan bibinya ...jadi hrs.di cari dan di hukum berat
Jue
Elena jangan dibiarkan mati buang dia ke satu pulau yang tak berpenghuni biarkan dia hidup dengan mata buta , Meraba-raba mencari arah hidup untuk sesuap makanan demi menyambung nyawa .
Oma Gavin
wow amazing alfred jagal hidup gimana elena ginjal hasil ngerampok diambil balik bonus mata
Ani Sifa
sadis banget ya, ngeri, mafia kejam!
partini
good 👍👍👍👍
j4v4n3s w0m3n
balasnya apa ya buat yg jahat bsnget gitu gak bisa sih klw hanya langsung mati
j4v4n3s w0m3n
paraaaahhhh ternyata elena mantanya si Al geblek
EembuL
aaasstaagaaa *Micky kecil* 😢😢😭😭😭 Alfred kau harus balas dendam sedalam2x buat Micky 😭😭😭
j4v4n3s w0m3n
wah baruntau satu ginjal.siapa yg jahat sama michel teka teki yg harus di pecahkan
Jue
Balas balik dengan cara yang sama pada Elina dan keluarganya .
Ani Sifa
kejamnya kebangetan nyiksa wanita sperti itu
j4v4n3s w0m3n
koma sadar trus trauma ehmmmmm
Anita susia sari
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!