Masa putih abu-abu mereka bukan tetang pelajaran, tapi tentang luka yang tak pernah sembuh.
Syla tidak pernah meminta untuk menjadi pusat perhatian apa lagi perhatian yang menyakitkan. Di sekolah, ia adalah bayangan. Namun, di mata Anhar, ketua geng yang ditakuti di luar sekolah dan ditakdirkan untuk memimpin, Syla bukan bayangan. Ia adalah pelampiasan, sasaran mainan.
Setiap hari adalah penderitaan. Setiap tatapan Anhar, setiap tawa sahabat-sahabatnya adalah duri yang tertanam dalam. Tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika Anhar mulai merasa gelisah saat Syla tak ada. Ada ruang kosong yang tak bisa ia pahami. Dan kebencian itu perlahan berubah bentuk.
Syla ingin bebas. Anhar tak ingin melepaskan.
Ini tentang kisah cinta yang rumit, ini kisah tentang batas antara rasa dan luka, tentang pengakuan yang datang terlambat, tentang persahabatan yang diuji salah satu dari mereka adalah pengkhianat, dan tentang bagaimana gelap bisa tumbuh bahkan dari tempat terang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HUJAN & AMARAH
HAPPY READING
Jangan lupa follow akun
author
@rossssss_011
Bocah laki-laki itu menunggu kakaknya dengan cemas di teras rumahnya. Berjalan mondar-mandir dengan kedua tangan saling meremas, tatapan khawatir tercetak jelas di bola matanya yang polos.
“Aduh, kak Syla ke mana belum pulang juga?”
Dion tidak bisa menghubungi Syla, pesan yang dikirim pun juga centang satu. Ia ingin menghubungi Keylo yang satu sekolah dengan Syla, tapi ia lupa tidak memiliki kontak apa pun tentang Keylo.
“Harusnya kak Syla udah sampai rumah sekarang, udah hampir gelap tapi belum sampai juga,” ujarnya lirih.
Ia kembali duduk, kembali rasa cemas memenuhi pikirannya. Kemudian berdiri kembali, melakukan gerakan yang sama beberapa menit yang lalu. Mondar-mandir, menatap layar ponselnya berharap pesannya dibalas, atau kakaknya menelpon balik.
“Apa susul aja, ya?” tanyanya lirih, melihat langit yang hampir gelap.
Helaan napas Dion kembali terdengar, kekhawatiran kian menyelimuti relung hati kecilnya. Ia tiba-tiba mengangguk mantap, segera mengunci rumahnya tanpa mengganti pakaiannya. Baju kaos polos biru, celana pendek hitam, dan sandal seadanya.
“Semoga ayah belum pulang saat aku dan kak Syla masih belum di rumah nanti.”
&&&
Di tempal lain. Halaman SMA Merah Putih sudah sangat sepih, tak satu pun siswa siswi yang terlihat pertanda proses belajar telah selesai setengah jam lalu. Anak-anak yang mengikuti ektrakurikuler biasanya masih terlihat di halaman sekolah, tapi sore ini tak satu pun siswa terlihat.
Di bangunan belakang sekolah, dari salah satu balik pintu hitam yang sudah hampir rubuh akibat di makan rayap terdengar suara ramai.
“aaakkhhh… t-ol-ong, s-akit,” rintih gadis dengan seragam compang camping.
“Kenapa jaket Jaguar bisa sama lo, bict?!” bentak Mila, suaranya menggema di ruangan itu.
Mila berdecih. Sepatu mahalnya menginjak lengan kanan Syla kuat, ia tidak peduli jika Syla memohon padanya. Setelah puas menginjak lengan itu, Mila beralih meraih rambut sebahu Syla, kemudian menariknya hingga wajah Syla mendongak.
“Lo tahu,” bisik Mila mendekatkan mulutnya pada telinga Syla. “Gue nggak suka milik gue di ambil orang…”
“Termasuk lo, Syla.”
Syla berusaha melepaskan tangan Mila dari rambutnya. Gadis itu terlihat sangat kacau, wajahnya terdapat lebam, air matanya tercetak jelas, dan rambut acak-acakan, terlebih lagi seragamnya yang tidak sebersih beberapa jam yang lalu.
“A-ampun, ka-k. Aku nggak tahu kalau kak Jaguar itu…”
Plak!
“Jangan sebut nama cowok gue dengan mulut murahan lo, bitch!”
Plak!
“Gue nggak pernah bisa sedekat itu sama Jaguar, tapi lo…” Mila menunjuk wajah Syla.
“Jaguar bahkan nggak nolak lo, bahkan lo bisa pakai jaket kebanggan Reapers.”
Plak!
“Buat lo yang berani macam-macam sama gue.”
Kepala Syla rasanya berat. Pandangannya mulai buram, sekelilingnya tampak berputar hebat. Ia tidak melawan, teganya sudah habis. Sedangkan Mila masih menyerangnya, tidak memberi ruang untuk bernapas, hingga tubuhnya benar-benar ambruk ke lantai yang kotor.
Mila berdecih. Tatapanya menajam, tak ada rasa bersalah, melainkan rasa puas karena telah melampiaskan kekesalannya pada gadis itu. Sebelum pergi dari sana, kakinya masih sempat menendang kuat tubuh Syla.
Sepasang mata dari balik jendela yang tak tertutup rapat, menyaksikan setiap adegan di dalam sana. Hatinya merasa sakit, dadanya sesak, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa.
“K-ak Syla,” bisiknya hampir tidak terdengar.
&&&
Jaguar menuruni anak tangga dengan siulan kecil. Tangan kanannya memainkan kunci motornya, sedangkan tangan kirinya berada dalam saku jaket hitam kebanggaannya.
“Mau ke mana kamu?”
Suara perempuan menghenikan langkahnya pada pijakan anak tangga terakhir. Matanya mencari sumber suara, hingga di sofa besar tak jauh dari depannya duduk seorang perempuan dengan majalah di pangkuannya.
“Mau ke luar, Ibu,” jawabnya sambil melanjutkan langkahnya.
Sari mengangkat wajahnya. Melihat putranya sekilas, lalu kembali pada majalahnya. “Kata coach Mike, kamu bolos Latihan kemarin. Kenapa kamu bolos, Jaguar?”
Jaguar yang sudah melewati ibunya berhenti. Menghela napas sebelum berbalik, menatap santai pada punggung ibunya. “Jaguar ada urusan penting kemarin, Bu.”
Majalah itu diletakkan di atas meja sedikit kasar, Sari berdiri dan menatap anaknya. “Urusan penting apa sampai kamu melewatkan sesi latihan itu?”
Jaguar sedikit muak dengan latihan bela diri. Dari ia kecil, hingga saat ini harus mengikuti kemauan ibunya. Ibunya ingin ia masuk pelantas bela diri, tapi ia lebih suka dunia jalanan.
Ia ingin memberontak dari kemauan ibunya, mulai dari melewatkan sesi latihannya, walau ibunya tidak akan memberinya celah sedikit saja. Tapi, ia memiliki tekad untuk keluar dari jangkar yang dibuat ibunya.
“Jaguar tidak bisa ikut latihan lagi, bu,” lirihnya, tapi ada nada tegas terselip.
Sari melotot tajam. “Berani kamu lawan ibu?”
“Bu, Jaguar juga punya pilihan. Jaguar capek terus-terusan ikutin semua kemauan ibu, Jaguar nggak bisa jadi anak yang ibu mau. Maaf bu, sekali aja bebasin Jaguar milih jalan hidup sendiri.”
Rasa sesak di dadanya yang selama ini ia simpan rapat akhirnya keluar, walau hanya sedikit, tapi setidaknya dadanya tidak sesak kemarin. Di tambah lagi, fakta mengenai Syla.
“JAGUAR!”
“Jaguar suka dunia jalanan, main sama sahabat-sahabat Jaguar tanpa ada yang atur. Selama Jaguar latihan bela diri… Jaguar nggak pernah sekali pun merasa puas atas semua kemenangan yang Jaguar dapatkan. Kenapa?”
“Karena aku lomba bukan untuk diri aku, tapi untuk memenuhi ambisi ibu!”
Ketegangan di ruang tamu keluarga Wiratama semakin dingin saat rintik-rintik hujan perlahan turun. Jaguar meinggalkan ruangan itu, tapi sebelum benar-benar pergi ia masih sempat mengucapkan kata ‘maaf'.
“Maaf, Bu.”
“Ini pilihan Jaguar, sekali aja biarin Jaguar milih apa yang Jaguar mau.”
Jaguar Mahendra Wiratama, pemuda yang memiliki tubuh atlet yang mampu menarik perhatian musuh-musuhnya. Pemuda yang menyimpan banyak rahasia, termasuk keinginannya bebas dari sangkar yang dibuat ibunya.
Ia disiplin, sedikit dingin saat tidak suka situasi, atlet bela diri yang selalu merasa tidak puas atas kemenangannya. Selama sahabatnya pergi, rasa bersalah atas kematian sahabatnya, mimpi buruk adalah makan malamnya setiap malam.
Pemuda itu keras, dia tampak sempurna. Nilainya stabil, tapi malam adalah musuh, setiap tidur adalah pertarungan yang tak pernah ia menangkan.
&&&
Raka menatap dalam sorot mata Syla. Dadanya tiba-tiba sesak melihat putrinya pulang dengan keadaan kacau, Raka ingat betul pagi tadi Syla pamit padanya dengan seragam rapih, rambutnya diikat satu, wajahnya tersenyum cerah saat itu.
Tapi di depannya saat ini ada Syla yang berantakan. Raka meraih tubuh putrinya, ia tidak mengatakan apa-apa, hanya gerakan pelan membawa tubuh kecil itu masuk dalam pelukannya.
“A-yah,” lirih Syla, suaranya serak hampir tak terdengar.
Raka mencoba meraih wajah Syla, menatap seksama wajah putrinya yang penuh luka. “A-apa ini sakit, nak?”
Ada hujan yang menetap di mata gadis itu, bayangan kelam di sekolah barunya menutup rapat mulutnya. Harusnya ia tidak menjadi penakut, harusnya ia tidak menjadi gadis lemah, harusnya ia bisa melawan mereka semua.
“Tidak apa-apa, menangis lah. Ayah di sini, ayah selalu ada untukmu,” bisik Raka kembali memeluk erat Syla.
Bendungan itu jebol, air matanya berhasil melewati tembok kokoh itu. Menggores pipinya, meninggalkan luka yang mendalam. Gadis itu membalas pelukan ayahnya dengan erat, pelukan erat ayahnya menjadi satu-satunya tempat paling aman untuk pulang.
“Hiks, ay-ah… a-ku ca-pek,” tangisnya pecah.
Raka mengusap pelan pucuk kepala Syla, matanya perih karena menahan tangis. Rasanya ia gagal menjadi pelindung untuk anaknya, rupanya ia masih belum terlalu mengenal dunia anak-anaknya karena kesibukannya menjadi orang tua tunggal.
“Maaf, maafkan ayah.”
“Sakit, yah. Mereka semua jahat,” aduh Syla seperti anak kecil yang dikucilkan teman-temannya.
Raka mengangguk samar, semakin memeluk erat putrinya. Memberikan tempat rasa aman untuk putrinya. “Ada ayah, kamu jangan takut.”
Ucapannya biasa, tapi terselip makna simbolis. Raka menjadi cahaya kecil dalam kegelapan, ia menempatkan dirinya sebagai perisai.
“Selama ayah ada, tidak ada yang bisa menyakitimu,” bisik Raka, meninggalkan ciuman di ubun-ubun putrinya.
Syla tidak ingin melepaskan pelukannya, rasa nyaman itu semakin membuatnya betah saat Raka mengucapkan kalimat yang membuatnya tenang.
Raka menatap jauh ke depan. Ada banyak pertanyaan untuk Syla, tapi Raka tidak berani bertanya saat kondisi Syla seperti ini. Raka melepaskan pelukannya, terseyum tipis menatap putrinya.
KAYAK BIASA YA BESTIE😌
KOMENNYA JANGAN LUPA, LIKENYA JANGAN KETINGGALAN JUGA YA, KARENA SEMUA ITU ADALAH SEMANGAT AUTHOR 😁😉😚
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 👣 KALIAN DAN TERIMA KASIH BANYAK KARENA MASIH TETAP BETAH DI SINI😗😗🙂🙂
SEE YOU DI PART SELANJUTNYA👇👇👇
PAPPAYYYYY👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋