Mei Lin, seorang dokter muda dari tahun 2025, sedang dalam perjalanan darurat untuk menyelamatkan nyawa seseorang ketika sebuah kecelakaan tak terduga melemparkannya ke masa lalu. Terhempas ke laut dan terbangun di tengah medan perang, ia menemukan dirinya berada di kamp Pangeran Mahkota Rong Sheng dari Dinasti Xianhua, yang terluka parah dan sekarat.
Dengan insting medisnya, Mei Lin menggunakan alat-alat modern dari ransel besarnya untuk menyelamatkan nyawa sang pangeran, mengira ini hanyalah lokasi syuting drama kolosal. Namun, kesalahpahaman itu sirna saat anak buah Rong Sheng tiba dan justru menangkapnya. Dari situlah, takdir Mei Lin dan Rong Sheng terjalin.
Di tengah intrik istana dan ancaman musuh, Mei Lin harus beradaptasi dengan dunia yang sama sekali asing, sementara pengetahuannya dari masa depan menjadi kunci bagi kelangsungan hidup dinasti. Bisakah seorang dokter dari masa depan mengubah takdir sebuah kerajaan kuno?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R. Seftia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21: Menantang Mei Lin
Mei Lin dengan berani mengatakan tentang sesuatu yang sangat sensitif. Dia mengungkapkan tentang rahasia kematian Kaisar Longwei. Entah kenapa, tetapi dia tak berpikir dua kali sebelum mengatakan hal itu. Kini, dia benar-benar menyesali perkataan yang ia ucapkan itu.
"Apakah kau sadar apa yang baru saja kau katakan, Nona muda? Kau baru saja mengatakan sesuatu yang sangat tidak pantas untuk dikatakan, terlebih lagi didepan seseorang yang penting seperti diriku. Apakah kau ingin kehilangan nyawamu?" Kaisar Longwei tampak tak senang mendengar kata-kata tak masuk akal dari Mei Lin.
"Aku tidak ingin mati. Aku hanya mengatakan apa yang aku tahu. Dan jika mau, aku bisa mencegah hal itu terjadi. Sama seperti aku menyelamatkan Kaisar Wu Jiang. Hanya aku yang tahu, kapan dan dimana Kaisar Longwei akan meninggal. Aku bisa mencegahnya, tapi, semua itu tergantung sikap kaisar kepadaku." Mei Lin tidak ingin terlihat lemah di depan orang-orang penting itu. Ia ingin terlihat kuat dan tangguh. Ingin diingat sebagai seseorang yang tak kenal takut.
"Jika memang yang kau katakan itu benar, sekarang, coba katakan, kapan? Di mana? Dan bagaimana aku akan mati? Coba katakan hal itu secara rinci di sini!" titah Kaisar Longwei.
Mei Lin sedikit tersenyum. "Kenapa aku harus mengatakannya? Tidak akan seru lagi jika aku bicara. Itu akan menjadi rahasia pribadiku. Jika ingin tahu, setidaknya berikan penawaran yang pantas untuk itu."
Melihat keberanian Mei Lin membuat Kaisar Longwei merasa terhibur. Dan untuk menghidupkan suasana dan membuatnya menjadi jauh lebih seru, Kaisar Longwei ingin memberikan tes kepada Mei Lin.
"Orang-orang berbicara tentang betapa hebatnya kemampuanmu dalam menyembuhkan seseorang. Tapi, aku tidak percaya akan hal itu. Sebelum aku melihatnya sendiri dengan kedua mataku." Kaisar Longwei tiba-tiba menarik pedang dari pengawalnya, dan kemudian membuat sayatan dalam pada leher sang pengawal hingga pengawal itu jatuh ke lantai dengan darah yang menggenang di sana.
Melihat kekejaman itu, Mei Lin hampir saja berteriak keras. Tetapi ia berusaha untuk menahan dirinya sendiri, menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Matanya terlihat berkaca-kaca. Ketakutan terasa nyata baginya.
"Sekarang, apa kau bisa menyelamatkan nyawanya? Kini, hidup dan matinya tergantung kepada dirimu tabib agung. Apa kau bisa menyelamatkannya dari kematian?" Kaisar Longwei benar-benar gila! Dia tidak peduli dengan nyawa orang lain, menjadikannya sebagai contoh untuk melihat kemampuan Mei Lin.
Melihat darah yang terus keluar dari leher pria itu, Mei Lin merasa sangat takut. Ia benar-benar takut dengan darah, karena ditempat ini, pertumpahan darah adalah hal yang biasa. Nyawa seseorang tidaklah berarti. Mei Lin benar-benar takut dibuatnya. Ia tak sanggup untuk bergerak, tetapi Kaisar Longwei terus mendesak dirinya untuk segera menyelamatkan pengawal itu, mengancsk, jika Mei Lin tak bisa menyelamatkannya, Kaisar Longwei akan membunuh Mei Lin karena telah mengatakan hal yang tak pantas kepada Kaisar Longwei.
Rong Sheng melihat semua itu, ia sangat ingin membantu Mei Lin, tetapi Rui Xi menahan Rong Sheng, menggenggam tangan itu dengan erat, melarangnya untuk mendekat apalagi sampai membantu Mei Lin.
"Pangeran, jangan berpikir untuk ikut campur dalam masalah kali ini. Masalah kali ini bukan hal yang remeh. Ini tentang Kaisar Longwei. Pangeran tahu sendiri kan bagaimana dia? Lebih baik jangan ikut campur. Kumohon."
Mendengar apa yang dikatakan Rui Xi, Rong Sheng pun langsung terdiam. Ia tidak bisa menyangkal jika apa yang Rui Xi katakan itu adalah benar. Tetapi tetap saja, melihat Mei Lin dalam bahaya... ia tidak sanggup untuk melihatnya.
"Apa lagi yang kau tunggu, tabib? Menunggu dia mati?" Kaisar Longwei terus mendesak Mei Lin, membuat Mei Lin tak punya pilihan lain selain menyelamatkan pria malang itu.
Mei Lin meminta kepada pengawal istana untuk mengambil tas ranselnya yang ada di dalam kamarnya. Tidak butuh waktu lama, tas ranselnya pun datang. Mei Lin langsung mengeluarkan beberapa alat, membersihkan luka itu terlebih dahulu, kemudian menyambung kembali beberapa saraf yang hampir terputus. Melihat kondisi pria itu, dia tidak terlalu berada diambang kematian. Mei Lin yakin bisa menyelamatkannya.
Dengan tangan yang terus bergetar, Mei Lin berusaha untuk tetap tenang dan kemudian menutup luka itu dengan jahitan yang rapi. Terakhir, Mei Lin menutup luka itu. Dan setelahnya, Mei Lin pun kembali berdiri, mengatakan jika pria itu sudah baik-baik saja sekarang.
"Dia selamat. Dia sudah baik-baik saja sekarang." Mei Lin berdiri menghadap kepada Kaisar Longwei dengan kedua tangan yang kotor karena darah.
Kaisar Longwei memerintahkan salah satu prajuritnya untuk memeriksa apakah pengawal itu baik-baik saja, atau Mei Lin hanya berbohong mengatakan bahwa dia baik-baik saja.
Setelah diperiksa, ternyata benar. Dia baik-baik saja. Nyawanya telah selamat dari maut.
"Benar, kaisar. Dia selamat."
Mendengar hal itu, Kaisar Longwei tampak tidak senang. Ia merasa sangat kesal karena Mei Lin bisa membuktikan kemampuannya. Di sisi lain, Rong Sheng akhirnya bisa bernapas lega setelah melihat Mei Lin bisa selamat melewati krisis terbesar dalam hidupnya.
"Kau lihat 'kan? Dia tidak berbohong. Dia memenag memiliki kemampuan luar biasa. Sekarang, minta maaflah kepadanya!" Kaisar Wu Jiang meminta kepada Kaisar Longwei untuk meminta maaf kepada Mei Lin, tetapi hal itu tentu tidak akan ia lakukan. Merendahkan dirinya di depan seseorang yang asing, Kaisar Longwei tak akan mau melakukannya.
Kaisar Longwei menegaskan, ia tak ingin meminta maaf kepada Mei Lin. Ia hanya menganggap masalah di antara mereka impas. Kaisar Longwei mengatakan jika ia akan melupakan kejadian di perbatasan, tetapi ia ingin Kaisar Wu Jiang tak menuntut maaf lagi dari dirinya.
Setelah pembicaraan berakhir di antara mereka, Kaisar Longwei dan para prajuritnya pun langsung pergi meninggalkan istana. Dan dalam perjalanan kembali, Kaisar Longwei memerintahkan kepada prajuritnya untuk mencari cara merebut Mei Lin dari Dinasti Xianhua. Kaisar Longwei menginginkan Mei Lin!
***
Setelah berhasil membuktikan dirinya, Mei Lin berjalan kembali ke tempat di mana ia seharusnya berada. Tatapan matanya kosong, terlihat jelas, ia masih sangat kaget dengan apa yang telah terjadi di aula tadi. Air mata jatuh membasahi wajah Mei Lin, ia menangis sepanjang perjalanan.
Tepat di belakang Mei Lin, Rong Sheng mengikuti, tetapi tetap menjaga jarak dari Mei Lin, tak ingin kehadirannya disadari oleh Mei Lin. Sampai tiba-tiba, Mei Lin berhenti, ia terjatuh ke lantai dan menangis. Rong Sheng ingin menenangkannya, tapi, janjinya kepada Rui Xi menghalangi dirinya untuk memenangkan Mei Lin.
Saat itu, satu-satunya hal yang bisa dilakukan oleh Rong Sheng hanyalah diam, tak melakukan apa-apa, sampai pada akhirnya Zhi Ruo datang dan kemudian menggantikan posisi Rong Sheng untuk menenangkan Mei Lin dengan pelukan.
Rong Sheng melihat semua itu, dan entah kenapa, tetapi ia merasa tidak rela dengan pemandangan yang ada di depan matanya saat itu.
***
Bersambung.
aku jadi ngebayangin klw aku kayak gitu pasti sama takut nya ataw bahkan lebih dari itu