Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 Di layani Dengan Baik
Serra sebenarnya merasa canggung dengan posisinya yang di dekat Askara, dengan duduk pada tempatnya dia tetap terlihat gugup yang sesekali ekor matanya melihat ke arah Askara yang masih tetap ada pekerjaannya.
Tidak lama akhirnya Askara menyelesaikan masakan itu memindahkan ke dalam dua piring dan langsung meletakkannya di depan Serra.
"Makasih tuan!" ucapnya dengan gugup.
Saat Serra ingin mengambil sendok yang tiba-tiba saja sudah diambil terlebih dahulu oleh Askara yang mana Askara melap terlebih dahulu dengan tisu dan kemudian meletakkan di atas piring Serra.
Bukan hanya itu Askara juga terlihat menuangkan saus botol di pinggir makanan Serra dan juga menuangkan air putih. Askara melayani seperti pelayan yang dingin yang sedang melayani customernya dan apa yang dilakukan Askara justru membuat Sera semakin gugup.
"Bukan hanya di lihat saja! Lanjutkan di makan!" titah Askara yang membuat Serra menganggukkan kepala.
Dengan sangat canggung yang akhirnya Serra mulai memakan itu dan Askara yang duduk di depannya yang juga menikmati spaghetti yang dia masak.
"Maaf, saya sudah merepotkan tuan," ucap Serra.
"Tidak! Saya juga tidak bermaksud untuk menguatkan kamu makanan dan hanya kebetulan saja saya memasak lebih," jawab Askara.
Serra hanya mengangguk saja mendengar pernyataan itu.
"Apa makanan yang cocok di lidah kamu?" tanya Askara yang membuat Serra menganggukkan kepala.
"Kalau begitu lanjutkan dimakan dan jika kamu merasa tidak puas makan karena ada saya anggap saja jika saya tidak ada," ucap Askara yang mungkin sangat memahami apa yang membuat Serra segan padanya.
"Selama pernikahan aku sama sekali tidak pernah diperlakukan seperti ini. Aku dianggap seperti manusia. Jangankan melayani dan bahkan melihatku saja suamiku tidak mau," batin Serra yang membandingkan bagaimana kehidupan pernikahannya dengan apa yang saat ini dia rasakan yang jelas-jelas berbanding terbalik.
Serra dan Askara yang sama-sama menikmati makanan itu, walau tidak ada obrolan di antara keduanya. Tetapi keduanya sama-sama menghabiskan makanan mereka.
Askara yang selesai makan langsung mengambil piringnya dan dia juga tidak lupa mengambil piring Serra.
"Tuan biar saya saja," Serra dengan cepat berdiri dari tempat duduknya Askara terlihat menuju wastafel yang kemungkinan akan mencuci piring.
"Saya juga bisa melakukannya," tolak Askara.
"Tuan tadi sudah memasak dan sekarang biarkan saya yang mencuci piring dan membersihkan dapur," ucap Serra pasti sangat tahu diri yang tidak mungkin membiarkan orang yang sangat dihormati di rumah itu melakukan pekerjaan itu.
"Saya juga bisa melakukannya," sahut Askara yang tetap pada pendiriannya.
"Saya saja," sahut Serra.
Keduanya sama-sama tidak ada yang mau mengalah dan sampai akhirnya Serra kembali merebut piring tersebut yang direbut oleh Askara dan sampai akhirnya tangan mereka berdua saling bertumpu memegang satu piring.
Keheningan terjadi seketika ketika dua orang tersebut yang berdiri saling berdekatan melihat satu sama lain dengan tangan yang masih tetap saling bertumpu. Lagi-lagi tatapan mata itu penuh dengan arti dan entahlah bagaimana perasaan kedua pasangan itu saat ini.
"Saya akan mencucinya dan kamu yang membilasnya," ucap Askara yang menurutnya itu jalan tengah.
"Baiklah," jawab Serra yang terlihat semakin canggung.
Akhirnya mereka berdua sama-sama mencuci piring seperti apa yang dikatakan Askara terlebih dahulu. Askara yang mencucinya dan kemudian diambil Serra untuk dibilas yang memang hanya dua piring saja dan juga peralatan makan yang lainnya yang tidak banyak tetapi pekerjaan itu semakin cepat.
Akhirnya keduanya sudah selesai bergotong-royong yang membuat Serra dan Askara lagi-lagi mengambil lapangan yang sama.
"Silahkan tuan duluan .." Serra mempersilahkan askara terlebih dahulu melakukannya. Askara melakukan hal itu terlebih dahulu yang melak tangannya dan kemudian memberikan kepada Serra.
"Terima kasih tuan! sudah memberikan saya makan hari ini dan maaf sekali lagi jika saya merepotkan," ucap Serra. Askara hanya mengangguk.
Serra tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung berlalu dari hadapan Askara yang adanya memang dia akan semakin gugup jika terus berada di sana.
***
"Kamu tidak akan membuat makan malam lagi Serra?" tanya Niken berdiri di hadapan Serra.
"Serra sudah berjanji pada Roni dan Rara akan ke rumah sakit dan menginap kembali untuk menjaga Mama," jawab Serra.
"Kamu tadi pagi sudah pulang dan seharian berada di rumah. Kamu ngapain aja hah! Kalau kamu tahu akan ke rumah sakit seharusnya kamu menyiapkan makan malam terlebih dahulu!" tegas Niken semakin kesal pada menantunya itu.
"Serra istirahat sebentar dan memang tidak sempat untuk membuat makan malam. Mama bisa memasak untuk orang-orang yang ada di rumah ini," ucap Serra.
"Apa kamu bilang! berani sekali kamu memerintah saya hah! Kamu di sini sebagai menantu yang seharusnya tahu pekerjaan kamu apa!" tegas Niken.
"Mama menyadari bahwa Serra di rumah ini sebagai menantu dan bukan pembantu. Artinya Serra tidak memiliki kewajiban apa-apa untuk melayani orang-orang yang ada di rumah ini. Serra juga masih punya tanggung jawab untuk orang tua dan adik-adik Serra," jawabnya dengan tegas yang semakin lama memang semakin menunjukkan pemberontakannya.
"Kau mengatakan apa!" Niken terlihat begitu kesal kepada Serra.
"Ada apa ini?" tiba-tiba saja Kakek datang yang membuat Niken harus meredakan emosinya.
Niken pasti tidak berani mengatakan apa yang membuat dia kesal karena lagi-lagi kakek akan justru menegurnya yang bagaimanapun seperti apa yang dikatakan Serra seharusnya dia yang menyiapkan segalanya untuk anak-anaknya.
"Tidak apa-apa. Saya hanya mencoba berbicara baik-baik kepada Sera agar tidak kemana-mana saat suaminya sedang berada di Luar Kota," ucapkan yang memang tidak mungkin menceritakan hal sebenarnya.
"Kakek! Serra keluar rumah bukan untuk melakukan hal lain. Serra hanya ke rumah sakit untuk menemani Mama yang kebetulan Serra sudah berjanji kepada kedua adik Serra dan mereka juga besok harus sekolah. Jadi Serra mungkin membiarkan mereka harus begadang lagi yang takutnya terganggu pada sekolah mereka," ucap Serra berikan penjelasannya.
"Niken kamu sebagai ibu mertua seharusnya bijak terhadap menantu kamu. Kamu tidak dengar bahwa dia mengatakan hanya pergi untuk ke rumah sakit menemani ibunya. Jadi biarkan saja dan bukan malah marah-marah," ucap Kakek yang selalu saja berpihak kepada Serra dan lihatlah bagaimana kesalnya wajah Serra.
"Ya sudah kamu sebaiknya pergi dan hati-hati. Salam untuk ibu kamu," ucap Kakek membuat Sera menganggukkan kepala dan tanpa mengatakan apapun lagi yang langsung pergi.
Niken semakin kesal dengan menantunya itu dan sementara kakek langsung pergi dari hadapan Niken.
Serra yang keluar rumah yang ternyata bertepatan dengan mobil Damar yang sudah ada di pekarangan rumah yang tidak tahu kapan suaminya itu pulang dari Luar Kota.
Serra bisa melihat bagaimana Maya dan Damar yang duduk di kursi depan yang terlihat berciuman. Jika biasanya Serra terlihat schok dan mungkin sekarang sudah sangat biasa dan memang pasangan itu mengakui bahwa mereka berdua memiliki hubungan. Serra hanya melihat dengan ekspresi datar.
Sampai akhirnya Maya mengetahui bahwa dia telah dilihat oleh Serra.
"Istrimu!" Maya dengan terpaksa yang harus menghentikan ciuman itu, Damar melihat ke arah depan yang terlihat begitu kesal karena ada Serra yang sudah mengganggu aktivitas romantisnya dengan kekasih gelapnya.
Bersambung ...