IG : Srt_tika92
Giska, gadis yatim piatu yang tinggal dengan keluarga mantan majikan kedua orang tuanya.
Aurel adalah salah satu anak dari keluarga dimana Giska tinggal.
Aurel dan Giska selalu bersekolah di tempat yang sama, karena memang usia mereka sebaya.
Mereka pun terjebak mencintai pria yang sama. Hingga Giska merelakan pria itu untuk menikah dengan Aurel.
Hingga suatu saat, Aurel datang tiba tiba menemui Giska untuk menikah dengan suaminya.
Ikuti kisah cinta mere hanya disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon susi sartika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 21
Keesokan harinya Giska harus tetap melanjutkan aktivitasnya untuk bekerja walau perasaannya masih dirundung kesedihan. Ada rasa tanggung jawab pada pekerjaannya, apalagi Giska masih karyawan baru di tempat kerjanya. Meski Davon sendiri sudah mengijinkan Giska untuk mengambil cuti bekerja, tapi Giska tak mengindahkan perintah Davon.
" Yank kamu yakin mau masuk kerja? " Davon melingkarkan lengan kokohnya di perut Giska yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.
" Iya, aku lebih baik kerja dari pada diem di rumah gak ada kerjaan, yang ada nanti aku kepikiran terus. " jawab Giska.
" Iya deh terserah kamu, yang penting kamu jangan sedih lagi. " Davon mengecupi ceruk leher Giska.
" Von, bisa diem dulu gak. " Giska merasa geli, Davon tak henti mengecupi lehernya. " Aku lagi bikin sarapan nih.. "
" Hehe iya.. iya.. " Davon melepaskan diri dari Giska dan duduk di kursi meja makan menunggu Giska menghidangkan makanan di meja.
Giska menata beberapa piring berisi masakan di depan Davon, " Silakan di makan suami ku tercinta. " ucap Giska dengan senyum manisnya.
Davon melihat senyum Giska merasa lega, Giska bisa tersenyum kembali meski Davon mengerti jika senyuman itu hanya untuk menutupi kesedihannya.
Davon mulai menyuap masakan Giska ke mulutnya dan selalu memuji hasil masakan Giska yang terasa enak di lidahnya.
" Von, nanti kamu gak usah pulang kesini. temui Aurel.. tenang kan dia. " ucap Giska tanpa menatap Davon. Bagaimana pun Giska tidak mau Davon tidak adil dalam membagi waktunya.
Davon menghentikan aktivitasnya. " Gis, please.. jangan memaksa ku. " ucap Davon.
Giska mengelus punggung tangan Davon. " Von, dengerin aku, kamu harus adil membagi waktu mu. kamu udah terlalu lama mengabaikan nya, itu gak baik Von. "
" Gis, kamu tau kan, yang aku cinta itu cuma kamu. " seru Davon.
" Iya aku tau Von, tapi sikap mu ini membuat ku semakin merasa bersalah pada Aurel." Giska menatap Davon dengan wajah memelasnya.
Davon menghela nafasnya, " Kamu mau aku bersama dengan wanita lain? "
" Wanita lain itu istri kamu juga Von. " Giska mengingatkan Davon. Meski hatinya sakit jika melihat Davon bersama wanita lain, jangan kan melihat? memikirkan saja sudah membuat hatinya begitu ngilu.
Davon membalas genggaman erat tangan Giska, " Gis, jangan pikiran masalah itu lagi, biar semua aku yang menyelesaikan nya. Semua akan baik-baik saja. "
" Jadi, kamu mau kan menemui Aurel? " tanya Giska memastikannya lagi.
" Hem. " Davon mengangguk.
" Terimakasih.. " Giska tersenyum lebar.
*
Di perusahaan seperti biasa, Giska mengerjakan semua pekerjaan nya dengan cekatan, selesai pada waktunya tanpa harus menambah waktu atau berlembur untuk membereskan semua pekerjaannya.
" Gis, kita makan siang di kantin yuk. " ajak Lara.
" Emm.. tunggu bentar, aku selesaikan ini dulu. " ucap Giska yang masih fokus di layar komputer nya.
" Itu di lanjut ntar aja Gis, " ucap Nila yang sudah berdiri, bersiap untuk pergi ke kantin, " Ayo gue udah laper banget nih tadi gak sarapan pagi. "
" Iya.. iya ini udah selesai. " Giska.
Mereka bertiga pun berjalan menuju kantin yang tersedia di perusahaan itu.
" Gis, suami kamu kerja dimana? aku gak pernah liat dia antar jemput kamu? " Nila memulai percakapan sembari berjalan menuju kantin.
" Emm, suami aku cuma karyawan biasa kok, " bohong Giska. " Dia berangkat lebih pagi karena lumayan jauh kantornya. jadi gak pernah nganterin aku. " jelas Giska.
" Ohh.. beruntung yah, suami kamu bisa dapetin kamu. hehe.. " ucap Lara.
Di perjalanan ke kantin, tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Davon dan Tomi. Nila dan Lara pun langsung menunduk hormat saat bertemu atasannya itu.
" Siang Pak. " sapa ketiga wanita itu bersamaan.
" Siang.. " jawab Davon dengan senyum manisnya, tentu saja senyuman Davon di tunjukkan pada istri tercintanya.
Sedangkan Giska hanya menundukkan kepalanya sembari menyembunyikan senyumannya.
Davon dan Tomi melanjutkan langkahnya meninggalkan ketiga wanita itu.
" Sumpah mimpi apa gue, pak Davon senyum?? lo liat gak Ra? " ucap Nila begitu heboh melihat senyuman Davon.
" Iya bener Nil, gak biasanya Pak Davon bales sapaan kita. Ini di tambah pake senyum lagi.. aduhhh bikin gue meleleh aja.. " Lara.
" Apaan sih kalian lebay banget. " Giska.
" Ikh lo gak tau yah, selama ini tuh Pak Davon killer banget, gue aja ngeri pas di ceritain ama karyawan lama ampe gue berharap gak pernah ketemu ama Pak Davon sangking takutnya. " jelas Nila.
" Iya Gis, matanya tuh tajem baget bikin kita ngeri liatnya. " Lara.
" Tapi dia ganteng sih, jadi kita maklumin lah.. hehe.. " Nila.
" Iya galak juga gak papa yang penting ganteng sedap di pandang. " Lara.
" Menurut lo Pak Davon ganteng gak Gis? " tanya Nila.
" Emmm.. ganteng sih.. " Giska.
" Tapi sayang udah punya istri. kita gak bisa ngarepin dia. hehe. " Lara.
" Jadi istri ke dua juga gue mau.. hehehe. " Nila.
Giska terbatuk mendengar ucapan Nila, " Aduh kalian ngomong apa sih.. ayo mending kita cepetan ke kantin ntar malah ke abisan. " ucap Giska agar tidak membahas suaminya lagi.
Giska sempat tak percaya jika Davon di mata karyawan nya begitu menakutkan, padahal jika bersama dengan nya begitu manis seperti anak kucing.
" Iya.. ayo.. gue juga udah laper. " Nila.
Mereka pun mempercepat langkahnya agar segera tiba di kantin.
*
" Tom, gue pulang dulu.. lo handle semua kerjaan gue. " ucap Davon.
" Tumben lo pulang cepet, bukannya Giska masih di kantor. " tanya Tomi.
" Gue mau nemuin Aurel. " jawabnya dengan wajah datar.
" Wisshhh... enak banget lo. abis bosen ama Giska lo pindah ke Aurel. " Tomi tergelak. " Enaknya punya bini dua. "
Davon menyambar kepala Tomi " Enak aja! gue gak pernah bosen ama Giska. " jelasnya. " Gue nemuin Aurel karena Giska yang minta. "
" Woless kelesss... santai bro, " Tomi mengusap kepalanya. " Bener Giska sih, lo tuh harus adil ama Aurel. "
" Gak tau, gue bawaannya pengin berduaan mulu ama Giska. betah gue... " ujar Davon.
" Haha.. jangan bilang lo tiap malem nggarap si Giska. " tebak Tomi.
" Iya lah, masa punya bini cakep gue anggurin. sayang lah.. "
" Ckckckck parah lo, bucin akut! " Tomi.
" Brisik lo. makanya lo cepetan nikah biar tau rasanya. "
" Gak harus nikah juga gue udah ngrasain. " cicit Tomi.
" Wah.. parah. lo apain sekertaris gue? "
" Hehe.. kepo! "
" Awas aja kalo dia bunting! "
" Gue kan main aman. "
" Gila lo.. anak orang lo mainin. " Davon menggeleng kepala tak percaya. " Gue cabut dulu.. " Davon meninggalkan Tomi.
Davon pulang lebih cepat untuk menemui Aurel di kantor tempat Aurel bekerja,untuk membicarakan masalahnya. Rasanya tidak rela meski hanya semalam akan meninggalkan Giska. Dia ingin cepat menyelesaikannya dengan Aurel agar malam ini juga dia bisa pulang ke apartemen.
👍👍👍💪💪💪🙏🏻🙏🏻🙏🏻