NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 21.

Sean's Pov.

Hari demi hari hubunganku dengan Fany semakin menghangat. Kami sering menghabiskan malam bersama bahkan siang pun kami tetap melakukannya meskipun itu di kantor. Tubuh Fany sepertinya sudah menjadi candu bagiku yang mungkin akan sulit untuk kulepaskan.

Sudah lima bulan sejak hubungan kami membaik, Fany selalu datang ke ruangan ku tanpa aku minta meskipun hanya sekedar untuk mengingatkanku makan siang. Bahkan ia sepertinya sudah tidak menghiraukan ocehan-ocehan pegawai lainnya di sekitarnya. Mungkin aku memang harus segera mengumumkan hubungan kami di depan publik.

Aku menatap wajah cantik Fany saat ia masih terlelap tidur dengan tanda kemerahan bekas kegiatan kami semalam yang menghiasi bagian dada dan pundaknya. Entah mengapa membuatnya kesal karena memiliki banyak tanda di tubuhnya menjadi hal yang menarik bagiku.

"Eeengghh" Dia mulai membuka matanya dan bergerak merenggangkan otot-ototnya kemudian menatapku.

"Selamat pagi!" Ucapku. Ia melirik jam digital di meja kecil yang ada di sampingnya kemudian memutar bola matanya.

"Bukan pagi. Tapi, siang." Cibir nya.

"Baru jam delapan seharusnya masih pagi." Kataku.

"Pagi kepalamu. Kau sudah terlambat satu jam." Ujarnya.

"Santai saja. Aku kan bosnya." Jawabku santai.

"Bos akan menjadi contoh bagi pegawainya." Katanya kesal membuatku semakin gemas.

"Aku bisa memberi mereka libur satu hari jika mereka protes nanti." Kataku.

"Sean, kau-" Aku tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba menghentikan ucapannya. Wajahnya juga terlihat begitu aneh. Dia bangun dari posisi berbaring nya dan akan pergi tapi aku menahannya.

"Sean, lepaskan!" Ujarnya sambil membungkam bibirnya.

"Kamu kenapa?" Tanyaku menghawatirkan dirinya. Sebelumnya dia baik-baik saja. Tapi kenapa dia mendadak seperti itu.

"Aku mau muntah." Ujarnya membuatku melepaskan cekalan tanganku di tangannya. Dia setengah berlari dan masuk ke kamar mandi. Kemudian aku bisa mendengar suaranya sedang memuntahkan sesuatu.

Aku turun dari ranjang dan menunggu Fany di depan pintu kamar mandi. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Kenapa sekarang dia bisa begini? Apa aku berlebihan terhadapnya sampai ia sakit?

"Fany, sayang. Kamu baik-baik saja kan? Aku masuk ya?" Ujarku dari luar kamar mandi.

"Aku tidak apa-apa. Aku akan keluar." Ujarnya menjawabku. Beberapa detik kemudian ia keluar tapi tiba-tiba ia menutup hidung nya saat melihatku.

"Fan."

"Kamu bau. Aku mau muntah lagi. Cepat menyingkir!" Ujarnya. Aku mengendus kedua lenganku secara bergantian. Baunya masih sama seperti yang kemarin - kemarin. Seharusnya ia tidak bermasalah dengan bau badan khas bangun tidur di tubuhku. Tapi, kenapa sekarang ia begitu ingin menjauh?

"Tidak ada yang aneh. Kamu kenapa sebenarnya?" Tanyaku lagi.

"Tidak. Kamu bau banget. Cepat pergi mandi!" Ujarnya lagi. Aku hanya menaikkan bahuku acuh kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Mungkin memang Fany selama ini menyembunyikan ketidak sukaanya terhadap bau badanku dan sekarang baru mau mengatakannya.

........

Fany's Pov

Aneh sekali, kenapa tiba-tiba aku bisa merasa mual saat Sean mendekat. Padahal, biasanya aku menyukai segala tentang dirinya. Atau ini hanya efek karena aku dan Sean terlalu sering melakukan itu atau apa yang kami lakukan sudah membuahkan hasil? Ah aku harus memeriksanya dulu.

Selama empat hari sejak pertama kali aku merasa mual dan sering muntah, Sean memintaku untuk istirahat di rumah saja sementara dia bekerja sendiri tanpa aku sekretarisnya. Aku harus memanfaatkan kesendirianku di rumah dengan melihat apa yang sedang terjadi padaku melalui tes kehamilan.

Untung aku selalu menyimpan benda pipih dan kecil itu di dalam laci almari ku. Sehingga aku tidak perlu bersusah-susah membeli testpack ke apotik. Lagipula Sean juga selalu menyediakannya untukku andai saja pil yang ia berikan tidak bekerja. Ya meskipun pada kenyataannya akulah yang membuat pil itu tidak bekerja karena aku tidak meminumnya lagi setelah pertama kali aku meminumnya.

Aku memang baru pertama kali menggunakan alat semacam ini tapi aku tidak sebodoh itu untuk bisa menggunakannya. Aku akan mencobanya sekarang.

Aku masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil sedikit sample air kencingku, lalu aku mulai menggunakan testpack nya. Andai nanti hasilnya akan positif, aku pasti akan senang. Sean mungkin juga akan senang.

Lagipula di dunia ini hanya orang-orang tidak waras yang tidak menginginkan keturunan dalam pernikahannya jika mereka saling mencintai. Selama ini Sean selalu bersikap baik padaku dan sudah pernah mengatakan cinta padaku. Seharusnya tidak apa-apa jika aku memberikan beberapa anak untuknya.

Aku sungguh bahagia, hasil tesku sudah selesai dan hasilnya adalah positif. Aku hanya harus pergi memeriksakan diri ke dokter sebelum memberitahu Sean soal kehamilan ku. Aku hanya ingin mendapatkan bukti yang valid dari dokter untuk ku berikan pada suamiku. Lagipula tiga hari lagi adalah hari ulang tahun Sean. Aku bisa menggunakan hasil tes kehamilanku sebagai kado untuk Sean. Aku tidak sabar ingin melihat dia tersenyum bahagia kemudian memelukku dengan penuh kasih sayang.

"Sayang, aku pulang." Suara Sean membuatku kaget. Padahal ini masih siang kenapa. Sean sudah pulang? Aku cepat-cepat menyembunyikan testpack ku.

"Sayang, apa yang kau sembunyikan itu?" Tanyanya sambil berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Oh, bukan apa-apa. Kamu kok sudah pulang? Ada yang tertinggal kah?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan. Aku memasukkan testpack ku ke dalam kantong belakang celanaku. Sean mendekatiku dan tersenyum.

"Aku menghawatirkanmu." Jawabnya sambil menangkup kedua pipiku. "Tapi, kelihatannya kamu baik-baik saja." Lanjutnya kemudian mengecup singkat bibirku.

"Aku baik-baik saja. Mungkin lusa, aku akan kembali ke kantor bersamamu." Jawabku.

"Jangan terlalu memaksakan diri! Jika kamu masih butuh waktu untuk istirahat katakan saja. Aku tidak akan memaksamu melakukan hal-hal yang berat termasuk menemaniku bermain permainan yang menyenangkan." Ucapnya.

"Sean. Aku tidak apa-apa. Sungguh." Ujarku meyakinkannya.

"Baiklah. Kalau memang tidak apa-apa. Ayo makan siang dulu! Jangan sampai kami sakit!" Ucapnya.

"Baiklah. Aku juga baru selesai memasak menu makan siang yang spesial buat kamu." Ujarku.

"Terimakasih, sayangku!" Ucap Sean. Kami kemudian pergi ke ruang makan dimana aku sudah menyiapkan makan siang yang mukanya ingin aku kirim beberapa untuk Sean makan di kantor. Tapi, berhubung Sean pulang, jadi aku tidak perlu mengirimnya makan siang.

"Sayang. Besok aku antar ke rumah mom ya!" Ujar Sean saat aku mengambilkannya se-centong nasi untuknya.

"Kamu nggak tinggal bersamaku disana?" Tanyaku. Biasanya Sean pasti akan terus menemaniku meskipun itu di rumah mertuaku sekalipun. Tapi, kenapa tiba-tiba Sean ingin aku yang disana sendiri?

"Aku ada urusan pekerjaan sebentar. Aku akan jemput kamu begitu selesai." Jawabnya.

"Baiklah. Cepat makan makananmu. Jam istirahat seharusnya akan berakhir dalam setengah jam lagi. Kau masih harus berkendara beberapa menit sampai ke sana." Ujarku.

"Baiklah." Jawabnya begitu penurut. Aku jadi ingat dimana Sean begitu dingin saat kami baru menikah. Sangat bertolak belakang dengan apa yang kulihat saat ini. Sean, akankah selamanya kau bersikap semanis ini?

......

Bersambung....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!