Kisah cinta dua insan dengan karakter bertolak belakang yang diawali dengan keterpaksaan demi bakti kepada kedua orang tua. Jelita Khairani, gadis cantik 21 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikannya tak dapat mengelak kala kedua orang tuanya menjodohkannya.
Namun siapa sangka yang di maksudkan sebagai calon suaminya adalah pria yang sama dengan seseorang yang ia juluki "ALIEN, MANUSIA KAYU, dan PRIA KAKU" seusai pertemuan pertama mereka.
Dialah Abima Raka Wijaya, pria dengan segala keangkuhan dengan masa lalu menyakitkan yang membuatnya tak mampu berdamai dengan diri tidak mungkin menerima begitu saja keputusan orang tuanya. Kehadiran Kinan di lubuk hatinya menjadi alasan utama ia tak dapat membuka diri pada sembarang wanita.
Akankah Raka melupakan Kinan dan menerima kehadiran Jelita? Bagaimana jika suatu saat sang mantan kekasih berniat kembali padanya?
Ig: desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rainbow Cake.
Jelita terbangun lebih awal pagi itu. Matahari tampak belum bersinar terang. Jelita menatap Raka disampingnya yang masih tertidur pulas. Sejenak Jelita kagum dengan ciptaan Tuhan dihadapannya. Andai saja Raka dapat bersikap hangat padanya pasti akan membuat Jelita begitu bahagia menjadi seorang istri darinya.
Setelah usai dengan ritualnya Jelita menyiapkan pakaian kerja untuk Raka dan berlalu pergi meninggalkan Raka yang masih setia dengan tidurnya. Jelita sengaja bangun lebih awal dan pergi pagi-pagi sekali untuk menghindari Mamanya yang pasti akan memerintahkannya agar pergi berdua bersama Raka.
Raka membuka matanya dan menyadari tidak ada lagi Jelita disampingnya. Raka melihat jam digital di nakas yang menunjukkan pukul 7:30. Ia tidak pernah setelat ini, dia adalah sosok yang begitu menghargai waktu. Apakah tidurnya terlalu larut atau mungkin terlalu nyenyak tadi malam, entahlah.
Segera Raka beranjak ke kamar mandi. Ia menggosok rambutnya kasar dengan handuk kecil sembari berjalan menuju lemari pakaiannya. Baru saja tangannya akan meraih pintu lemari Raka melihat pakaiannya telah tersedia di atas meja, dengan gerakan cepat Raka memakai pakaiannya.
Ketika membuka pintu terlihat Andra telah berdiri menunggunya.
"Tumben telat, abis ngapain," goda Andra yang membuat Raka melirik tajam.
"Aku tidur terlalu larut." Raka menjawab singkat.
"Jelita nggak bangunin lo?" tanya Andra cukup konyol.
"Kalo dia bangunin gue, nggak bakal gue baru bangun jam segini Andra!" Raka sedikit kesal dengan pernyataan Andra.
"Emang lo semalem habis darimana?" selidik Andra.
"Ketemu Dion," ucap Raka singkat dan berlalu meninggalkan Andra.
Tadi malam Raka menolak ketika hendak diantar oleh Andra. Ia menemui Dion di apartemennya untuk membicarakan prihal pencariannya tentang Kinan. Ia tidak ingin melibatkan Andra yang nantinya akan menggangu fokus mereka.
"Lo masih cari dia, Ka?" tanya Andra sambil fokus mengemudi.
"Nggak usah di bahas Ndra. Gue lagi nggak mau bahas itu." Elak Raka seraya memegang pangkal hidungnya. Mungkin ia sedikit pusing memikirkan masalah itu.
"Berhenti sebelum lo nyesel, Ka. Inget lo udah punya Jelita. Dia masa depan lo sebenarnya. Fokus aja sama yang lo punya sekarang, jangan memikirkan hal yang tidak perlu." Andra terlihat bijak menasihati tentang hubungan orang lain, sedangkan dia tetap betah dengan kesendiriannya.
"Udah, Ndra ! Cepetan jalannya. Bentar lagi gue rapat." Raka melirik jam dipergelangan tangannya gusar. Lebih tepatnya menghindari pembicaraan.
"Ya sabar. Lo nggak liat jalanan rame gini, gimana gue mau ngebut. Salah sendiri pakek acara bangun kesiangan segala." Andra menjawab sedikit kesal. Raka benar-benar semaunya pikir Andra.
Raka berjalan dengan langkah tegas seperti biasa diikuti Andra disampingnya. Kedatangannya menarik perhatian seluruh karyawan seperti biasanya.
Namun, ada yang berbeda dengan para Karyawannya hari ini. Mereka hanya menunduk sambil menahan tawa. Raka yang merasa diperhatikan sedikit berbeda merasa risih dengan tatapan para karyawannya.
Segera Raka masuk menuju ruang rapat yang sudah terlihat lengkap. Para petinggi perusahaan hanya menunggu dirinya seorang. Sama halnya dengan para karyawan yang ia lewati beberapa saat lalu. Raka tidak memusingkan hal itu, ia hanya fokus dengan rapat yang sedang berlangsung.
*****
Seperti dugaan Jelita ketika dia kembali bekerja pasti akan ada pertanyaan prihal cuti yang di ambilnya. Jelas saja dia telah menyiapkan jawaban untuk itu.
"Ta, sebenernya lo cuti sampe tiga hari ngapain?" tanya Rhania yang tetap fokus menyantap makanannya.
"Acara keluarga, Sepupu gue yang di Malang nikah kemarin," ujar Jelita tampak santai.
"Bukannya sepupu lo yang di Malang udah pada nikah, kan lo sendiri yang cerita waktu itu." Jelita tidak ingat Rhania memilikinya daya ingat yang cukup baik.
"Kan sepupu gue banyak Rhan. Ada satu lagi yang gue lupa ceritain sama lo." Jelita berdalih mencari alasan.
Rhania tampak menganggukkan kepalanya percaya begitu saja terhadap ucapan Jelita. Sesaat dia memperhatikan cincin yang tersemat di jari manis Jelita yang terlihat begitu cantik.
"Cincin lo ganti, Ta?" Tanya Rhania menarik tangan Jelita. Dengan segera mungkin Jelita menarik tangannya.
"Iya. Yang kemaren berubah warna," ucap Jelita singkat.
"Oh wajar, makanya Ta kalo beli perhiasan itu yang mahalan dikit nggak masalah. Biar awet," ujar Rhania yang hampir menyelesaikan makannya.
Ketika hendak kembali keruangan kerja mereka. Tak sengaja berpapasan dengan Raka yang tentu saja dengan Andra di sampingnya. Jelita dan Rhania menyapa sopan seraya menunduk hormat, dan seperti biasa Andra lah yang akan membalas sapaan mereka. 'sombongnya' batin Jelita. Namun, sesaat dia tersenyum ketika melihat pakaian yang Raka kenakan.
"Ta, lo perhatiin pakaiannya Pak Raka nggak?" tanya Rhania sembari menoleh ke arah Jelita.
"Aneh gimana? Perasaan bagus-bagus aja tuh." Jelita merasa tidak suka karena pilihannya di anggap aneh oleh sahabatnya.
"Iya emang sih. Pak Raka pakai apa aja bagus. Tapi, lo liat pakaiannya warni warna gitu." Rhania menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Emang kenapa? Bagus kok!" Jelita sedikit kesal membantah ucapan Rhania. Pasalnya ia menghabiskan waktu hingga 15 menit untuk menyiapkan pakaian Raka tadi pagi.
"Bagus dari mana,Ta. Persis rainbow cake tau nggak. Baju merah, dasi ijo, jas biru, celana coklat. Kalo sepatunya oke lah warna item kan netral." Rhania bahkan mengingat perpaduan warna yang Raka kenakan.
"Yah terserah deh. Gue nggak tau dia sukanya warna apa!" Jelita yang merasa kesal menjawab begitu saja. Hingga sesaat dia sadar bahwa telah salah bicara.
"Maksud gue, terserah dia mau pakek warna apa. Nggak ada urusannya sama kita berdua." Jelita yang berlalu pergi meninggalkan Rhania.
******
Raka tampak berkutat dengan beberapa dokumen dihadapannya. Ia meneliti dengan begitu fokus dan tentu saja ia tidak akan membiarkan kesalahan sekecil apapun dilakukan oleh para karyawannya.
Raka membanting dokumen kelantai dan terlihat seorang Pria yang berumur tak jauh darinya memungut dokumen tersebut.
"Selama ini aku terus memberikanmu waktu untuk memperbaikinya." Raka menatap Pria yang menundukkan kepala dihadapannya.
"Maafkan saya, Pak. Hal ini terjadi diluar dugaan saya. Berikan saya kesempatan sekali lagi Pak." Laki-laki itu berbicara dengan nada memohon.
"Tiga bulan adalah waktu yang cukup lama, bahkan sangat lama. Jangan harap kau bisa mendapatkan kesempatan lagi. Keluarlah, perusahaan tidak membutuhkan orang sepertimu." Ucap Raka tegas dan kembali duduk di kursi kebesarannya.
Mendengar ucapan Raka yang berarti sebuah pemecatan terhadapnya, laki-laki itu mengepalkan tangannya. Kehilangan pekerjaan dengan cara tidak hormat merupakan sebuah penghinaan baginya.
Laki-laki itu pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Raka. Dokumen yang sempat ia pungut ia tinggalkan begitu saja di Meja Raka.
Raka memijat keningnya, ia terlihat begitu pusing menghadapi berbagai masalah yang harus ia selesaikan dengan tangannya sendiri.
Andra yang masuk membuat Raka tersadar dan berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Andra melirik dokumen yang tertinggal di mejanya, dia membukanya sekilas dan mengembalikan benda itu ketempat semula.
"Lo pecat dia?" tanya Andra.
"Aku tidak punya pilihan lain," ucap Raka singkat.
"Kau urus sisanya. Aku cukup lelah mengurus hal ini yang tidak ada sudahnya." Raka menyerahkan dokumen didepannya.
Kerugian perusahaan yang disebabkan oleh kecerobohan oleh manajer keuangannya memuat Raka sedikit terganggu. Sudah terlalu banyak yang harus ia urus sehingga terpaksa harus menyerahkan hal itu kepada Andra.
Meski Andra terlihat sangat suka bercanda namun dalam hal pekerjaan dia cukup kompeten. Andra yang mendapat tugas dari Raka tentu saja dengan senang hati menerimanya.
TBC 🌻
.
.
.
Semangat Hari ini 🌧🌧
Seru bnget
btw tgl yg author sematkan itu tgl kelahiran anak aku 🥰