Meilika seorang siswi kelas 11 berparas cantik dan pintar...tapi akibat ulahnya sendiri dia merasakan akibat dari permainannya sendiri...
"Stop...hentikan..mas, aku hamil anak kamu". Semua orang terkejut mendengar ucapan gadis cantik yang menangis terisak, yang ditujukan pada mempelai pria tersebut.
Ya gadis itu adalah Meilika yang usianya baru 17 tahun
"Siapa kamu, aku tak mengenalmu..bagaimana aku bisa menghamilimu" ucap mempelai pria yang terkejut dengan ucapan meilika.
Penasaran? baca aja yuk
oh ya kak jika berkenan follow Instagram aku mamika759🤭🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa sih maunya?
Keesokkannya, Bima dan Angel mendatangi kantor Kaka, Bima dan Angel langsung diarahkan menuju ruangannya Kaka. Angel menggenggam tangan Bima karena ia gugup untuk menemui Kaka. Ia takut Kaka tidak menyetujui rencana mereka. Dengan langkah pasti Bima mengetuk pintu ruangan Kaka. Kaka pun langsung menyuruh mereka masuk ke dalam dan duduk di sofa yang ada.
" Jadi, kapan kalian akan melakukan klarifikasi?" tanya Kaka to the point.
" Begini mas," ucap Angel terhenti karena ia gugup ingin mengatakan apa yang akan diucapkannya.
"Begini ka, kami akan segera melakukan klarifikasi," Bima meneruskan ucapan Angel yang terputus.
"Hanya berdua?" tanya Kaka.
" Tidak, sesuai keinginanmu kami bertiga yang akan mengklarifikasi, tapi..." ucap Bima.
"tapi?" Kaka menaikkan kedua alisnya. Melirik Bima dan Angel.
"Hm... maksud saya kami bertiga, saya, Angel dan Mei," ucap Bima
"Mei? Siapa Mei?" tanya Kaka.
" Mei, perempuan yang ada di pesta itu," ucap Bima.
"Ooo, jadi namanya Mei? bukan Dinda?" ucap Kaka. Diangguki oleh Bima.
"Oke, bagus! itu yang saya mau, jadi kapan kalian siap mengklarifikasinya? Saya harap besok kalian sudah melakukannya, karena ini sudah terlalu lama, nama baikku tercemar akibat ulah kalian," ucap Kaka tegas.
"Baik, besok kami akan mengadakan konferensi pers, tapi adik saya meminta agar identitasnya ditutupi," ucap Bima.
"Maksudnya ditutupi?" tanya Kaka.
" Mei meminta identitasnya ditutupi, dia ingin melakukan klarifikasi sesuai perannya pada malam itu," Bima menjelaskan pada Kaka. Kaka menatapnya meminta penjelasan pada Bima karena ia masih belum mengerti maksud dari ucapan Bima.
"Maksud saya dia akan mengklarifikasi sebagai Din-da, dan menutupi wajah aslinya," ucap Bima sedikit terbata.
" Apa kalian mau bercanda dengan ku? Kalian pikir ini lelucon! Untuk apa ia mau menutupi wajah aslinya? Apa dia ingin menipu banyak orang dengan wajahnya?" ucap Kaka dengan nada tinggi.
"Bukan begitu, dia tidak ingin orangtuanya mengetahui," jawab Bima.
"Saya tidak setuju!" jawab Kaka tegas
"Kenapa dia tidak berpikir dahulu sebelum melakukan sandiwaranya jika takut orangtuanya mengetahuinya?" lanjutnya lagi.
"Sudah, sebaiknya kalian pergi dari sini, dan satu lagi jangan datang kemari kalo kalian tidak bisa," Kaka mengusir Bima dan Angel.
Bima dan Angel keluar dari ruangan Kaka, ada rasa kecewa karena Kaka menolak permintaan mereka. Mereka pun sampai di parkiran mobil lalu masuk ke dalam mobil
" Bim, jadi gimana?" ucap Angel kecewa.
"Entahlah, aku juga bingung. Aku tidak mau egois memaksakan Mei menuruti kehendak ku. Sudah cukup ia menderita karena keegoisanku," Bima menghela nafas panjang.
" Jadi kita menyerah?" tanya Angel. Bima terdiam dia bingung dengan pikirannya.
Satu sisi ia sudah berjanji pada Angel dan orang tua Angel untuk menormalkan perusahaan orang tua Angel, dan untuk mendapatkan restu orang tua Angel. Orang tua Angel akan merestui hubungan mereka jika ia dapat menstabilkan perusahaan orang tua Angel.
Disisi lain, ia tidak mau membuat adik kecilnya bersedih dan disalahkan oleh mama dan papa Mei. Apa lagi papanya Mei memiliki riwayat penyakit jantung. Bila hal itu terjadi, sudah dipastikan om nya itu akan anfal.
Hah... Bima menarik nafas panjang.
Bima melajukan mobilnya mengantar Angel pulang ke rumahnya. Ia pamit dan pulang ke apartemennya.
***
Malam hari, di kamarnya Mei duduk di atas tempat tidur dengan menyenderkan tubuhnya di kepala tempat tidurnya dan menghubungi Bima, menanyakan apakah Kaka menyetujui syarat darinya.
" Hallo mas, apa ia menyetujuinya?" tanya Mei dari sambungan teleponnya. Bima diam tak menjawab.
" hallo...halo...mas...mas Bima. Duh kok nggak jawab sih," rutu Mei karena Bima yang tak mendengar panggilannya sambil melihat layar handphonenya. Apa masih tersambung atau sudah terputus? Bima tersentak dari lamunannya.
" Iya Mei, maaf mas tadi nggak denger, kamu tadi nanya apa?" tanya Bima di seberang telepon.
"hmm... mas ini, apa dia tidak menyetujuinya?" tanya Mei lagi
"Ya, dia tidak menyetujuinya," ucap Bima. Mei terdiam mendengarnya.
"Kenapa?" tanya Mei yang sudah tersadar dari lamunannya.
" Dia tidak memberi alasan kenapa, yang pasti ia tidak setuju dengan persyaratan kita," ucap Bima lesu. Mei mengakhiri panggilannya.
Mei menaruh ponselnya di atas nakas tdi samping tempat tidurnya. Mei merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamarnya.
" Apa sih maunya? Aku kan melakukannya bukan menggunakan wajah asliku, jadi kenapa aku harus mengklarifikasi dengan wajah asliku? Bilang aja kalau nggak mau maafin. Emang dasar tu orang!" Mei berdumel
" Apa besok aku nemuin dia aja yah?" tanya Mei pada dirinya sendiri.
" Nggak deh, nanti dia nyulik aku lagi gimana? iiih nggak deh," gumamnya lagi dengan menghedikkan bahunya dan menggeser-geserkan kedua kakinya di atas tempat tidur.
"udah ah, tidur! pusing gue mikirnya," Mei memejamkan matanya. Ia pun terlelap dalam mimpinya.
Bersambung..
Hai kak, jangan lupa vote, like n komennya.
Makasih udah baca🤗😘*