NovelToon NovelToon
MAFIA'S OBSESSION

MAFIA'S OBSESSION

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Mafia
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)
Areta dipaksa menjadi budak nafsu oleh mafia kejam dan dingin bernama Vincent untuk melunasi utang ayahnya yang menumpuk. Setelah sempat melarikan diri, Areta kembali tertangkap oleh Vincent, yang kemudian memaksanya menikah. Kehidupan pernikahan Areta jauh dari kata bahagia; ia harus menghadapi berbagai hinaan dan perlakuan buruk dari ibu serta adik Vincent.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Matahari sudah bersinar terang dan Areta baru saja membuka matanya.

Ia merasakan seluruh tubuhnya yang sakit semua hingga ke inti tubuhnya.

Ia butuh waktu beberapa detik untuk memproses di mana ia berada.

Kamar yang megah dengan tirai tebal yang masih menutup rapat, hanya menyisakan sedikit celah cahaya fajar yang dingin.

Ia merasakan kehangatan yang asing dan ia melihat sebuah lengan kekar melingkari pinggangnya, dan napas berat seseorang berembus di tengkuknya.

Areta kembali pura-pura tidur, memejamkan matanya rapat-rapat.

Jantungnya berdebar kencang, namun ia berusaha keras mengatur napas agar tetap teratur dan terlihat natural.

Ia harus tetap tenang agar Vincent tidak membuka matanya.

Dengan hati-hati, perlahan, Areta menggeser tubuhnya menjauh dari Vincent.

Pria itu tampak tidur nyenyak sekali di samping Areta.

Areta menyadari bahwa borgol di tangannya telah lepas.

Ia mengambil gaun dan secepatnya ia mengenakannya kembali.

Jantung Areta berdetak kencang saat ia berjalan ke arah pintu.

Ia membuka pintu pelan-pelan dan melihat situasi yang aman.

Ia melihat pelayan dan anak buah Vincent yang sedang sarapan.

Pandangannya teralih ke sebuah mobil di pekarangan yang akan segera keluar dari rumah mewah itu.

Insting pelarian kembali menguasai. Areta bergegas ke mobil itu dan, dengan gerakan sembunyi-sembunyi

Ia kembali bersembunyi di bak belakang sebuah pick-up atau van milik anak buah Vincent.

Tak berselang lama mobil itu melaju kencang, membawa Areta menjauh dari rumah sang mafia.

Selama setengah perjalanan yang mencekam, tepat saat mobil berhenti karena lampu merah, Areta melihat kesempatan.

Ia keluar dari bak belakang mobil dengan cepat, tidak mempedulikan pandangan orang-orang di sekitarnya.

Dengan sisa tenaga, Areta langsung berlari tanpa menoleh ke belakang, menuju ke sebuah losmen kumuh yang pertama kali ia temukan.

Ia hanya ingin berlindung, jauh dari cengkeraman Vincent.

Sementara itu di kamar yang megah, Vincent membuka matanya dan tidak melihat keberadaan Areta

Ia bangkit dari tempat tidur dan matanya menajam, melihat ke sekeliling ruangan yang kosong.

Sebuah gelombang kemarahan yang dingin langsung membakar dirinya.

Vincent berjalan cepat ke pintu, menariknya hingga membentur dinding, lalu berteriak memanggil anak buahnya yang ada di ruang makan pelayan.

"DIMANA DIA?!!" raungnya, suaranya menggelegar dan mematikan.

Para anak buah yang sedang sarapan langsung tersentak dan berlari menghampirinya dengan ketakutan.

Mereka tahu, ketika Vincent berteriak dengan nada seperti itu, nyawa adalah taruhannya.

"Cepat! Cari gadis itu!" perintah Vincent dengan matanya memancarkan amarah dan kekecewaan.

"Siapkan orang-orangku. Dia tidak akan lari jauh!"

Vincent tidak akan membiarkan jaminannya lolos untuk kedua kalinya.

Permainan kucing-kucingan ini baru saja dimulai, dan ia berjanji pada dirinya sendiri, kali ini, Areta akan mendapatkan hukuman yang jauh lebih berat.

Disisi lain Areta meminta tolong kepada pemilik losmen untuk meminjamkan nya pakaian.

Pemilik losmen menganggukkan kepalanya dan meminta Areta untuk menunggu sebentar.

Sambil menunggu pemilik losmen datang, ia meminta Abizar kekasihnya untuk menjemputnya di losmen.

"Apa yang terjadi? Bukankah kamu pulang ke rumah?" tanya Abizar.

"Nanti aku ceritakan semuanya, Bi. Lekas jemput aku." jawab Areta.

Tak berselang lama pemilik losmen memberikan kaos dan celana jeans milik putrinya yang memilki ukuran tubuh seperti Areta.

Areta langsung kembali masuk ke kamar dan mengganti pakaiannya.

Tak lama kemudian, sebuah mobil sedan sederhana berhenti di depan losmen.

Abizar, kekasih Areta, keluar dengan wajah penuh kekhawatiran.

Areta bergegas menghampirinya, rasa lega yang campur aduk dengan ketakutan langsung menyeruak.

"Areta, kamu baik-baik saja?" tanya Abizar panik sambil memeluk Areta.

"Aku tidak apa-apa, Bi. Kita harus cepat pergi dari sini," bisik Areta terengah-engah.

Begitu mereka berdua masuk ke dalam mobil, Areta mulai menceritakan segalanya, dari ayahnya yang terluka parah, utang, hingga mafia kejam bernama Vincent yang menjadikannya jaminan.

Ia menceritakan kengerian di rumah mewah itu, dan bagaimana ia melarikan diri untuk kedua kalinya pagi itu.

"Ayahkuz dia bilang aku jaminan. Jaminan atas utangnya," suara Areta bergetar, air matanya kembali menetes.

"Dia memaksaku, dia memperlakukanku seperti budak nafsu. Aku berhasil kabur saat dia tidur."

Abizar mendengarkan dengan raut wajah yang berubah drastis.

Wajahnya yang semula khawatir kini diliputi kemarahan, yang bukan ditujukan pada Vincent, melainkan pada Areta.

"Jadi, kamu tidur dengan pria lain?" tanya Abizar dengan nada dingin yang menusuk, membuat Areta terhenyak.

"Aku korban, Bi. Aku dipaksa!" isak Areta, mencoba meraih tangan Abizar.

Abizar dengan cepat menarik tangannya menjauh, menatap jalanan di depan dengan mata menyala.

"Korban? Tapi kamu tetap berada di ranjangnya, Areta! Kamu baru saja meninggalkannya pagi ini!"

Ia menginjak rem mendadak sampai membuat ban mobil berdecit keras, sontak tubuh Areta terdorong ke depan.

Mobil itu berhenti tepat di pinggir jalan yang tidak begitu ramai.

"Turun," perintah Abizar dingin.

"Bi, kumohon! Aku korban! Aku tidak punya pilihan!" Areta memohon agar Abizar tidak meninggalkannya.

"Pilihan selalu ada, Areta. Dan aku tidak bisa menerima ini. Aku tidak bisa bersamamu, Areta."

balas Abizar, pandangannya lurus ke depan, tanpa ada sedikit pun kehangatan atau belas kasihan.

Dengan kejam, Abizar melajukan mobilnya, meninggalkan Areta seorang diri di pinggir jalan, terisak histeris di balik debu yang mengepul.

Areta segera bergegas mencari tempat berlindung.

Tujuannya adalah terminal bus dan berharap ia bisa menaiki bus antarkota, pergi sejauh mungkin dari Vincent dan mimpi buruknya.

Dengan sisa uang yang ia miliki, Areta membeli tiket bus menuju kota yang paling jauh.

Ia duduk di kursi dekat jendela, memeluk tasnya erat-erat, berdoa agar bus itu segera melaju.

Napas lega mulai terasa saat mesin bus meraung, tanda keberangkatan.

Tiba-tiba, ia merasakan kursi di sebelahnya tertekan oleh bobot tubuh seseorang.

Sebuah aroma maskulin tajam, bercampur tembakau dan kemewahan, langsung menyergap indra penciumannya.

Perlahan, Areta menoleh dan melihat sosok itu duduk tegak di sampingnya, dengan setelan jas hitam yang sempurna.

Wajahnya yang dingin dan tampan, yang kini dihiasi brewok tipis, menatapnya datar.

Mata hazel tajam itu seolah mengunci Areta, membuat darahnya membeku

"Menarik sekali pelarianmu, Areta," bisik Vincent, suaranya pelan, namun nadanya mengancam.

"Kau berani lari dari jaminanku dua kali."

Vincent menyandarkan tubuhnya, kemudian berbisik di telinga Areta dengan nada yang penuh janji hukuman.

"Kita turun, atau aku akan menghancurkan bus ini."

Areta menggelengkan kepalanya keras-keras, air mata mengalir deras membasahi pipinya yang pucat.

Ia tidak bisa bersuara karena terlalu takut melihat Vincent yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

"Jangan buang waktuku," desis Vincent dingin, tatapan matanya menusuk.

Tanpa menunggu jawaban, Vincent menarik pergelangan tangan Areta dengan genggaman yang kuat, memaksanya bangkit dari kursi.

Tubuh Areta yang lemas tidak mampu melawan Vincent.

Ia diseret keluar dari lorong sempit bus di tengah pandangan kebingungan para penumpang lain.

Bus yang semula bergerak, terpaksa berhenti total.

Di luar terminal, sudah menunggu sebuah mobil mewah hitam dengan kaca gelap.

Vincent membuka pintu belakang mobil dan mendorong Areta masuk dengan kasar, lalu ikut duduk di sebelahnya.

Areta meringkuk di kursi, menundukkan kepalanya, tubuhnya bergetar tak terkendali.

Ia tahu, pelarian ketiganya mungkin tidak akan pernah terjadi.

Vincent menatap gadis itu sekilas. Ekspresinya mengeras, menunjukkan batas kesabarannya yang sudah habis.

Tanpa sepatah kata, Vincent meraih sehelai kain yang sudah disiapkan dan dengan cepat menutupi mulut dan hidung Areta.

Bau tajam yang memabukkan langsung menyeruak.

"MMMPPH!"

Areta sempat memberontak, mencakar udara dengan tangan gemetar, tetapi kekuatan racun bius itu bekerja terlalu cepat.

Dalam hitungan detik, pandangannya mulai kabur, tubuhnya melemas, dan ia kembali pingsan, jatuh tak berdaya di sandaran kursi.

Vincent menurunkan kembali kain itu, merapikan setelannya yang sempat kusut, lalu memberi perintah dingin kepada sopir yang duduk di depan.

"Cepat lajukan mobilnya."

Sopir menganggukkan kepalanya dengan sigap menginjak gas dan mobil mewah itu melesat cepat dan membawa Areta kembali ke dalam sangkar emas milik sang mafia.

1
putrie_07
cinta gila😆😆😆😆
lanjut Thor💪😘
اختی وحی
ikut gemeter😄
اختی وحی
semangat thor,makin seru
my name is pho: terima kasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!