Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Candra Wijaya?" tanya Rosalinda, kedua matanya seketika membulat sempurna.
Erlin yang mendengar ucapan Rosalinda seketika memutar badan, menatap wajah sang majikan. "Candra Wijaya? Bukannya dia orang yang sedang Anda cari?"
Candra merasa bingung, reaksi kedua wanita itu terlihat berlebihan, menatap wajah Rosalinda dan juga Erlin secara bergantian. "Maaf, Nyonya. Kenapa Anda terkejut setelah mendengar nama saya?"
Rosalinda memandang lekat wajah Candra dengan mata berkaca-kaca. "Akhirnya, setelah bertahun-tahun aku mencari kamu, kita ketemu di sini, Candra," batinnya.
"Sebenarnya Anda siapa, wanita tua? Dateng ke sini, tiba-tiba ikut campur sama urusan saya!" bentak Bram, seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Rosalinda.
Wanita itu kembali menatap wajah Bram yang merupakan manager di pabrik cabang PT Abadi Sentosa. "Kamu ingin tau siapa aku?" tanyanya dengan senyum menyeringai. "Kamu pasti terkejut setelah tau siapa aku. Hmm ... sebelum semuanya terlambat dan kamu kehilangan pekerjaan kamu, lebih baik kamu akhiri semua ini dan biarkan Candra pergi. Kamu pasti nyesel setelah tau siapa dia."
Erlin yang masih berdiri tepat di samping majikannya seketika mengerutkan kening, menatap wajah Candra dan Rosalinda secara bergantian. "Maksud Nyonya apa, ya? Kenapa dia ngomong kayak gitu? Apa jangan-jangan, Candra ini adalah anak yang selama ini dia cari?" batinnya mencoba untuk menerka-nerka apa yang sedang terjadi di sini.
Erlin mendekatkan wajahnya di telinga Rosalinda lalu berbisik, "Maaf, Nyonya. Maksud Anda apa, ya? Apa mungkin--"
"Kita masih harus melakukan test DNA untuk membuktikan apakah Candra benar-benar anak yang sedang saya cari atau bukan, Erlin. Urus semua itu setelah kita selesaikan masalah di sini," sela Rosalinda dengan suara pelan.
Erlin kembali mengurai jarak. "Baik, Nyonya," jawabnya dengan patuh.
Sementara Viona, menatap sinis wajah Candra. "Lebih baik kamu pergi dari sini sebelum kamu makin dipermalukan, Candra. Pekerjaan kamu bukan di sini, tapi di jalan."
"Saya pastikan akan membalas semua ini, Viona. Kamu akan menyesal karena telah memperlakukan Candra seperti ini," ketus Rosalinda, memandang wajah Viona dengan tajam.
"Nyesel? Hahahaha ... gak akan. Buat apa aku nyesel membuang sampah seperti dia, sementara aku dapetin berlian seperti Bram? Sampah itu pantasnya berada di tempat sampah, Tante," jawab Viona dengan tawa mengejek yang menggema memenuhi ruangan.
Rosalinda tersenyum menyeringai. "Oke, kita lihat saja nanti. Aku pastikan, kamu akan merangkak di kaki Candra dan meminta maaf sama dia!"
"Sudah cukup, Nyonya. Lebih baik kita pergi dari sini," pinta Candra, tidak ingin Rosalinda turut terseret ke dalam masalahnya. "Saya udah ikhlas melepas Viona. Benar kata Anda, wanita seperti dia gak pantas diperjuangkan."
"Syukur deh kalau kamu sadar!" sahut Viona dengan angkuhnya.
"Kita pergi dari sini, Nyonya Rosalinda. Kita pikirkan jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan masalah ini," ucap Erlin, menatap wajah Viona dan juga Bram secara bergantian. "Saya yakin, Anda punya rencana bagus untuk mempermalukan mereka. Menurut saya, management pabrik ini juga harus diperbaiki, mengapa tikus-tikus seperti mereka bisa diterima kerja di sini. Apalagi managernya."
"Hey, apa maksud kamu, hah? Tikus?" bentak Bram, seraya menunjuk wajah Erlin menggunakan jari telunjuk. "Jangan asal ngomong kamu, ya. Kamu gak tau siapa aku. Aku adalah anak dari keluarga paling terpandang di kota ini. Jadi, jangan berani macam-macam sama aku kalau kamu gak mau--"
Ucapan Bram tertahan, saat Erlin tiba-tiba melayangkan satu pergelangan kakinya ke udara lalu hendak mendarat di wajah pria itu. Namun, telapak kaki berbalut high heels berwarna hitam itu tidak benar-benar menyentuh wajahnya. Sengaja hanya melintasinya saja, membuat Bram terkejut bukan main.
"Da-dasar wanita sialan! Berani kamu sama aku, hah?" bentaknya dengan terbata-bata dan rasa terkejut yang masih memenuhi dada. Tubuhnya sedikit gemetar, bagaimana jika ujung high heels itu benar-benar menyentuh wajahnya?
"Kenapa aku harus takut sama laki-laki tak diri seperti kamu, hah?" bentak Erlin, seringai di bibirnya membuat Bram ketakutan.
"Sudah cukup, Erlin. Kita pergi saja dari sini. Nanti setelah mereka tau siapa saya, saya yakin mereka akan berlutut memohon maaf sambil menangis darah," pinta Rosalinda, senyuman yang sama terukir di kedua sisi bibirnya.
"Baik, Nyonya," jawab Erlin dengan patuh.
Rosalinda mengalihkan pandangan matanya kepada Candra. "Kamu ikut sama kami, ya. Ada sesuatu yang mau kami bicarakan sama kamu, Candra."
"Tapi saya masih harus kerja, Nyonya," jawab Candra dengan bingung.
"Kamu keluar aja dari pekerjaan kamu, Can. Tante yakin, setelah kamu tau siapa kamu sebenarnya, kamu gak memerlukan lagi pekerjaan itu."
"Maksud Anda apa, Nyonya?"
Rosalinda hanya tersenyum kecil lalu melangkah meninggalkan tempat itu dengan diikuti oleh Erlin dan disusul oleh Candra kemudian. Sementara Viona dan Bram berikut karyawan lainnya hanya menatap kepergian mereka dengan sinis.
"Dasar orang miskin gak tau diri. Gak malu apa terus-terusan ngejar aku," ketus Viona.
Bram menoleh dan menatap wajah Viona. "Kamu beneran gak pernah punya hubungan apa-apa sama si tukang sapu itu, 'kan?" tanyanya dengan nada mengancam.
Viona tersenyum lebar. "Astaga, mana mungkin aku punya hubungan sama dia, Bram. Kamu gak liat aku secantik apa? Apa aku pantas pacaran sama tukang sapu? Gila aja," jawabnya dengan angkuh.
***
Sementara itu, Rosalinda kembali ke hotel tempat di mana ia menginap. Sedangkan Erlin dan Candra nampak sedang berada di sebuah restoran mahal. Rosalinda mengutus Erlin untuk menjelaskan siapa Candra dan mencari tau lebih dalam tentang pria itu. Terakhir, dia akan memintanya untuk melakukan test DNA.
Candra duduk dengan gugup, menatap sekeliling restoran dengan perasaan canggung. Ia merasa tidak pantas berada di restoran mahal dengan pakaian seperti itu. Seragam berwarna orange masih membalut tubuhnya dan kesenjangan sosial terasa begitu kental, membuatnya tidak nyaman.
"Maaf, Nyonya. Langsung aja ke intinya, sebenarnya ada apa ini? Kenapa Nyonya Rosalinda meminta Anda bicara empat mata sama saya?" tanya Candra benar-benar merasa penasaran.
Erlin tersenyum kecil. "Jangan panggil aku, Nyonya. Aku masih muda dan gak pantas dipanggil Nyonya. Aku ini cuma asisten pribadi Nyonya Rosalinda. Panggil aja aku Erlin, oke?" ujarnya.
Candra menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal. "Baiklah kalau begitu, Er-Erlin," jawabnya dengan canggung dan gugup.
"Hmm ... jadi begini, Candra. Nyonya Rosalinda itu udah lama nyari seorang anak yang memiliki nama yang sama seperti kamu. Candra Wijaya," jelas Erlin. "Dan nama Wijaya itu adalah nama yang tidak dimiliki sembarang orang. Askara Wijaya adalah pemilik dari PT Abadi Sentosa dan Candra Wijaya adalah nama anak dari pemilik perusahaan yang hilang 20 tahun lalu. Ada kemungkinan kalau anak itu adalah kamu, Candra."
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭