Setting Latar 1970
Demi menebus hutang ayahnya, Asha menikah dengan putra kedua Juragan Karto, Adam. Pria yang hanya pernah sekali dua kali dia lihat.
Ia berharap cinta bisa tumbuh setelah akad, tapi harapan itu hancur saat tahu hati Adam telah dimiliki Juwita — kakak iparnya sendiri.
Di rumah itu, cinta dalam hati bersembunyi di balik sopan santun keluarga.
Asha ingin mempertahankan pernikahannya, sementara Juwita tampak seperti ingin menjadi ratu satu-satunya dikediaman itu.
Saat cinta dan harga diri dipertaruhkan, siapa yang akan tersisa tanpa luka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aneh 03
Degh!
Asha terkejut ketika melihat Juwita yang keluar dari kamarnya, atau lebih tepat kamar miliknya dan Adam. Saat ia hendak kembali ke kamar, wanita yang merupakan kakak iparnya itu baru saja keluar dari kamarnya.
"Eh Asha, kamu dari mana?" tanya Juwita. Wajahnya nampak cerah dan ramah, sebuah senyum juga selalu menghiasi bibirnya setiap mereka saling bertatap muka.
"Aku dari dapur Mbak, tadinya ingin membantu menyiapkan sarapan, tapi kata Ibu semua sudah diurus oleh Mbok Jum,"sahut Asha. Dia berusaha menyembunyikan rasa penasarannya tentang alasan Juwita yang baru saja keluar dari kamar pengantin baru.
"Ah iya, aku lupa memberitahumu. Semua urusan rumah sudah ditangani oleh pembantu, jadi kamu tidak perlu repot untuk membantu. Maaf ya, aku lupa memberitahu soal itu kepadamu. Oh iya Sha, maaf tadi aku masuk ke kamar Adam, aku cuma mau membangunkannya. Selama ini aku yang membantu Adam untuk bangun. Dia minta kepadaku untuk membangunkannya setiap pagi. Sekarang kan sudah ada kamu, aku sungguh lupa. Maaf ya, Sha."
Perkataan yang dilontarkan Juwita memang mengandung ungkapan permintaan maaf, akan tetapi Asha merasa aneh, dia tidak merasakan bahwa Juwita merasa bersalah terhadap apa yang dilakukan.
"Kok rasanya Mbak Juwi tidak benar-benar merasa salah ya. Ah jangan suudzon Sha, tidak boleh meragukan permintaan maaf orang seperti ini. Mungkin memang benar itu adalah kebiasaan Mbak Juwita."
Asha bicara dalam hati, dia mengusir pikiran buruknya terhadap Juwita.
Apalagi dia tahu, cerita dari orang-orang sekitar tentang Juwita yang telah mengenal Adam dan Bimo sejak kecil, jadi ikatan persaudaraan mereka pasti lah sangat kuat.
"Iya Mbak, tidak apa-apa. Aku berterimakasih soal itu, dan tenang saja aku tidak akan salah paham kok. Tapi tadi aku sih sudah membangunkan Mas Adam,"ucap Asha.
"Begitu ya, tapi tadi pas aku masuk, dia belum bangun, Sha. Ya sudah Sha, aku ke kamar dulu ya, takut Mas Bimo mencari ku."
Juwita melenggang pergi, meninggalkan Asha yang hanya tersenyum saja. Ia pun masuk ke dalam kamar. Tanpa ba-bi-bu, tiba-tiba Adam mengucapkan sesuatu yang membuat Asha bingung.
"Jangan salah paham. Dia sudah lebih dulu di rumah ini, dan apa yang dia lakukan hanya lah sebuah kebiasaan."
Sepeti itu lah ucapan Adam. Jika merujuk terhadap apa yang baru saja terjadi, yang dimaksud dari ucapan Adam pastilah masuknya Juwita ke kamar mereka baru saja.
"Jangan khawatir, Mas. Aku tidak akan salah paham, Mbak Juwita tadi juga sudah menjelaskannya kok. Dia bilang kalau dia sering melakukan itu kepadamu. Tapi seharusnya kamu juga paham bahwa sekarang aku adalah istrimu. Kamu tak seharusnya bergantung pada kakak iparmu untuk sekedar membangunkan mu di pagi hari. Lagi pula, tadi aku juga sudah membangunkan mu."
Degh!
Kening Adam mengernyit, dia tidak menyangka Asha akan bicara seperti itu kepadanya. ia pikir Asha akan marah dan juga merasa kesal dengan tindakan Juwita yang keluar dari kamar mereka.
Ternyata Asha bisa bersikap dewasa. Wanita itu juga tampak bersikap tak acuh dengan keberadaan Adam yang saat ini tengah berganti pakaian.
Sebagai seorang gadis desa yang tidak pernah menginjakkan kakinya ke kota, Asha termasuk berani dalam menyikapi kejadian seperti ini. Biasanya seorang wanita akan sangat malu jika melihat tubuh lawan jenisnya.
"Kamu tidak merasa bagimana-bagiamana melihatku seperti ini?" tanya Adam. Entah mengapa dia ingin melihat reaksi lain dari istrinya itu.
"Kamu maunya aku bagaimana, hmm? kita ini kan suami istri, kita adalah pasangan menikah, jadi bukan hal yang aneh melihat tubuh satu sama lain," jawab Asha. Dia mengatakan hal tersebut sembari membereskan pakaian miliknya yang belum sempat dibongkar tadi malam.
"Benar juga ya,"ucap Adam seolah setuju dengan argumen yang dikatakan oleh Asha.
Padahal sejatinya, Asha sangat takut saat ini. Dan apa yang dipikirkan Adam tadi sebenarnya benar adanya, bahwa sebagai gadis yang tidak tahu pergaulan dan hanya tinggal di desa, melihat tubuh lawan jenis sudah membuatnya bergetar.
Asha sempat menonton televisi di rumah Pak Kades, di dalam film yang diputar di layar kaca itu, para wanita dan pria seolah sudah biasa saling melihat tubuh, meski itu hanya di kolam renang. Dia yang waktu itu melihatnya sampai menutup mata karena merasa malu.
Dan sekarang, dirinya malah dihadapkan langsung. Meski benar Adam adalah suaminya, tapi jujur dalam hati dia merasa takut dan jantungnya berdetak dengan hebat. Wajah Asha sebenarnya saat ini sangat merah, tapi dia bisa menutupinya dengan kesibukannya menata baju miliknya.
"Kalau sudah selesai, ayo kita keluar. Sekarang waktunya sarapan. Di sini ada kebiasaan untuk sarapan dan makan malam bersama,"ucap Adam. Untuk ukuran pria yang berkata bahwa jangan berharap padanya, ucapan Adam dan perilaku Adam termasuk normal. Meski tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya nanti.
"Iya, sebentar lagi selesai."
Adam memutuskan untuk duduk sejenak di tepi kasur, dia menunggu Asha dan tak berselang lama istrinya itu pun selesai dengan kegiatannya merapikan baju.
Keduanya berjalan beriringan menuju ke ruang makan. Tidak ada senyum, tidak pula ada tangan yang saling bertaut. Dilihat sepintas pun semua orang tahu bahwa mereka berdua bagaikan orang asing.
"Aiiih penganten baru, keluar kamarnya telat ih,"ledek Sugiyanti kepada anak kedua dan menantunya itu. Kebetulan Adam dan Asha memang paling terakhir datang ke ruang makan.
"Jangan meledek mereka, Bu. Lihatlah Asha sangat malu. Bagaimana Sha menjadi istri Adam, ah ini belum juga ada sehari ya. Semoga kamu bisa menjadi istri Adam yang baik ya?" Juragan Karto menimpali ucapan istrinya tadi
"Iya, Juragan," sahut Asha.
"Bapak, Sha. Panggil aku Bapak. Sekarang kamu adalah anak mantu ku, jadi panggil aku begitu,"ujar Juragan Karto. Asha pun menganggukkan kepalanya pelan. Menyebut Juragan Karto dengan sebutan bapak, sungguh masih terasa sangat canggung dan sulit baginya. Tapi mulai sekarang dia memang harus melakukan itu.
Acara makan pun dimulai, namun ada sesuatu yang kembali membuat Asha merasa janggal. Juwita, tindakan Juwita lagi-lagi membuat Asha tidak nyaman.
"Ah maaf ya Sha, lagi-lagi ini kebiasaan sebelum kamu datang ke sini. Aku lupa kalau Adam sudah menikah, seharusnya kamu yang mengambilkan nasi untuk Adam,"ucap Juwita dengan senyum khasnya.
"Kamu ini lho, Ta. Seharusnya kamu ingat akan hal itu, kan Asha jadi bingung,"timpal Bimo. Pria itu mengusap lembut kepala istrinya. Meskipun seolah menyalahkan Juwita, namun itu hanya sekedar basa-basi saja. Tatapan Bimo kepada Juwita sungguh penuh dengan cinta.
"Tidak apa-apa kok, Mas, Mbak, saya bahkan belum sehari di sini, jadi tentu pembiasaan-pembiasaan yang dulu ada tidak mungkin bisa langsung diubah begitu saja."
Asha bicara dengan sangat tenang. Dia memang merasa heran dengan sikap Juwita ini, sudah tiga kali dirinya dibuat bingung dengan sang kakak ipar, tapi Asha agi-lagi tidak mau berpikir buruk. Sekali lagi, dia merasa orang baru di sini dan pasti banyak hal yang belum diketahui ketimbang Juwita.
"Kamu haru mulai mengubah kebiasaan, Juwita. Sekarang Adam sudah menikah, jadi urusan Adam biar diurus Asha,"ucap Sugiyanti. Ibu dari dua anak lelaki itu seolah membaca situasi yang tiba-tiba tidak nyaman di meja makan itu.
"Baik Bu, aku akan mengingat itu. Sekali lagi maaf ya Sha,"ucap Juwita dengan senyum.
Meski tersenyum cerah, lembut dan manis, entah mengapa kali ini Asha tidak merasa nyaman dengan ekspresi wajah Juwita.
"Semoga ini hanya perasaanku saja,"ucapnya dalam hati.
TBC
Dam.. Asha ingin kamu menyadari rasamu dulu ya...
Goda terus Sha, kalian kan sudah sah suami istri