NovelToon NovelToon
Kanvas Hati

Kanvas Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Romantis / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ramadhan

Berawal dari seorang Pelukis jalanan yang mengagumi diam-diam objek lukisannya, adalah seorang perempuan cantik yang ternyata memiliki kisah cinta yang rumit, dan pernah dinodai oleh mantan tunangannya hingga dia depresi dan nyaris bunuh diri.
Takdir mendekatkan keduanya, hingga Fandy Radistra memutuskan menikahi Cyra Ramanda.
Akankah pernikahan kilat mereka menumbuhkan benih cinta di antara keduanya? Ikuti kelanjutan cerita dua pribadi yang saling bertolak belakang ini!.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3. BERTEMU KEMBALI

Lapak pelukis di Blok M Square ini tidak seramai dulu. Pelukis pernah sehari mendapat omzet hingga puluhan juta. Harga yang ditawarkan bervariasi tergantung media lukisnya.

Jika pengunjung minta dilukis foto hitam putih menggunakan media kertas tarifnya sekitar Rp 300.000 sampai dengan Rp 500.000.

Pengunjung ada juga yang minta dilukis mendekati aslinya, tarifnya sekitar Rp 2 juta bahkan lebih jika menggunakan media kanvas.

Untuk hari ini Fandy tidak berharap muluk-muluk, satu saja lukisan terjual, atau ada orang datang minta dilukis itu sudah cukup untuknya makan sehari-hari.

Selesai menata susunan lukisan dengan rapi, lalu Fandy duduk santai menunggu calon pembeli.

Dua jam lebih menunggu, tidak lama ada dua orang perempuan cantik datang melihat-lihat koleksi lukisan jualan Fandy. Otomatis dia berdiri menyambut keduanya.

Terkejut Fandy saat menyapa, salah satunya ada yang tidak asing dimatanya, ya benar ternyata dia perempuan cantik di kafe itu.

Dia juga terkejut melihat Fandy seolah malu, tetapi berusaha senyum dan bersikap normal seperti temannya pada Fandy.

Fandy yang mendadak gugup, senyum canggung tetapi mencoba bersikap seperti penjual lukisan pada umumnya.

“Siang Kak, ada yang bisa saya bantu?” Fandy bertanya pada dua perempuan cantik ini.

“Lukisan Abang bagus-bagus saya suka, mahal tidak ya harganya?” temannya perempuan cantik memuji dan bertanya.

“Lukisan yang mana satu Kak? Tunjuk saja salah satu nanti saya kasih tahu harganya,” mata Fandy menoleh ke perempuan cantik satunya, melihat dia berdiri di sebelah temannya sedang fokus menatap lukisan pemandangan alam di depannya.

“Lukisan kafe ini saya suka sekali Bang, berapa ya harganya? Boleh ditawar jika saya berminat?” tanyanya lagi.

“Oh yang itu ya, Rp 2.000.000 Kak. Boleh kurangnya sedikit saja, karena medianya kanvas jadi agak mahal sedikit,” jelas Fandy sambil tersenyum.

“Wah mahal juga ya, begini saja karena minat serius saya tawar di Rp 1.500.000 boleh Bang?”

“Begini saja ya, jika Kakak benar minat serius saya kasih harga terakhir di Rp 1.750.000. Nanti saya kirim di alamat yang diberikan. Bagaimana Kak?”

Calon pembeli ini menarik lengan perempuan cantik itu dan berbisik seperti meminta pendapatnya, Fandy berdiri menunggu dan melihat ke arah keduanya.

“Cyra, aku suka sekali lukisan kafe itu. Dikasih harga di Rp 1.750.000 sudah termasuk dikirim abangnya ke alamat yang aku kasih nanti, menurutmu mahal tidak?"

“Bagus memang lukisannya, dan kupikir sesuai dengan harganya, kalau Nia minat serius tidak apa-apa, kamu beli saja,” jawabnya.

“Ok. Terima kasih Cyra cantik dan baik hati, matamu sama jelinya denganku kalau soal lukisan. Kamu sendiri ada yang minat dan ingin dibeli juga tidak?”

“Ada yang aku suka, itu di sebelah sana lukisan pemandangan alam. Belum pasti beli atau tidaknya. Kamu saja dulu tidak apa-apa,” keduanya asyik berbisik-bisik.

Lagi-lagi mata Fandy menatap intens ke perempuan itu, dia juga begitu meski sedang berdiskusi, matanya melihat lurus ke arah Fandy.

Otomatis mereka berdua saling bertatapan mata, saling tersenyum manis. “Aku suka momen ini, sangat jarang dipandangi perempuan cantik, lama-lama kagumku bisa berubah jadi cinta,“ batin Fandy.

Tidak lama kemudian kakak pembeli tadi memberikan kartu namanya, tertera namanya Nia Rahma Supervisor di PT. Gilvy Indonesia, sebuah perusahaan periklanan.

“Nanti Abang kirim ke alamat kantor saja. Kabari dulu kalau mau kirim takutnya, saya lagi ada meeting diluar kantor. Mana no rekeningnya, bayarnya saya transfer melalui m-banking ya?”

“Baik Kak, jika sudah dikemas rapi lukisannya, nanti saya langsung kirim ke kantornya. Ini Kakak silahkan langsung Scan QR,” tunjuk Fandy pada aplikasi bank ditelepon genggamnya untuk pembayaran.

Nia mengetik transaksi bayar ditelepon genggamnya. “Sudah berhasil masuk ya Bang transfernya, tolong dicek dan jangan lupa dikirim ke alamat kantor saya.”

Fandy lalu mengecek laporan transfer uang, berhasil masuk benar adanya. “Oke Kak sudah masuk, terima kasih ya sudah membeli lukisan kafe. Saya usahakan hari ini dikirimnya dan kabari Kak Nia dulu sebelum jalan,” ujar Fandy.

“Sama-sama Bang, ditunggu ya lukisannya."

“Ayo Cyra, kita lanjut makan habis ini terus kembali ke kantor lagi.” Terdengar Nia menyebut nama perempuan cantik itu, ternyata Cyra namanya.

Lalu keduanya pamit meninggalkan lapak. Fandy amati kedua perempuan tadi berjalan perlahan menjauh dari lapaknya.

Bertemu lagi dengan Cyra sungguh tidak terduga. “Cyra namanya, cantik seperti orangnya,” batin Fandy makin mengagumi.

Leganya Fandy setelah salah satu lukisannya ada yang terjual juga. Semoga calon pembeli datang lagi dan lukisan kembali terjual harapnya.

Nia dan Cyra memutuskan makan di restoran cepat saji ayam goreng KFC, makanan favorit keduanya jika sedang berada di Blok M Square ini. Setelah memesan menu yang dipilih, keduanya lanjut makan sambil berbincang santai.

“Cyra, pelukis tadi tampan ya aku perhatikan. Hasil lukisannya juga bagus, kan?” Nia dengan antusiasnya membahas si pelukis itu.

“Matamu jeli juga ya kalau lihat lelaki tampan. Iya benar aku mengakui keduanya, selain dia tampan lukisannya memang benar bagus.” Cyra ikut memuji pelukis tadi.

“Kapan-kapan kita ke lapaknya lagi ya, aku ingin dilukis secara langsung di sana. Kira-kira kamu mau juga dilukis tidak Cyra?”   

“Hah!... langsung dilukis di tempat begitu ya. Kupikir-pikir dulu Nia. Menjadi pengalaman pertamaku nanti misalkan jadi.” Cyra masih menimbang apakah mau dilukis atau tidak.

“Iya boleh, kamu pikirkan saja dulu. Nanti jika setuju kita datang lagi ke sana."

"Oh iya!... kuperhatikan akhir-akhir ini kamu sering melamun Cyra," tambah Nia.

"Kenapa? Apa ada masalah di rumah? Apa sama pacarmu? Bos Gilang marah-marah ke kamu?” bertubi-tubi Nia bertanya sampai bingung Cyra untuk menjawabnya.

“Maaf Nia, aku enggan membahasnya saat ini. Nanti saja ya, sekarang kita fokus habiskan ayam goreng lezat ini terus kembali ke kantor oke.” Cyra menolak bercerita, meskipun mereka berteman dekat lima tahun terakhir ini.

“Baiklah aku mengerti, jika ada hal yang mendesak atau masalah yang tidak bisa kamu tangani sendiri tolong jangan ragu bercerita padaku oke!” Nia mengalah, tidak ingin memaksa Cyra untuk menceritakan masalahnya.

“Iya Nia terima kasih ya untuk pengertiannya.”

Mereka melanjutkan makannya hingga habis. Dua puluh menit kemudian selesai makan mereka berjalan menuju parkiran.

Saat berjalan melewati restoran tanpa sengaja keduanya berpapasan dengan pelukis tampan tadi yang sepertinya ingin masuk ke restoran tempat mereka makan juga.

“Abang pelukis, mau makan di KFC ya?” tanya Nia saat mereka saling berhadapan dekat restoran yang dimaksud.

“Iya Kak, perutnya bunyi dari tadi ini minta diisi makanan secepatnya. Kak Nia sudah selesai makan ya?" tanya Fandy juga.

“Iya Bang sudah selesai, ini langsung mau kembali ke kantor. Oh iya!... jangan lupa kiriman lukisanku oke.”

“Siap Kak Nia tenang saja. Hari ini pasti saya kirim.”

“Bagus, saya tunggu. Kami langsung saja ya. Sampai ketemu lagi Bang. Permisi ya.” Pamitnya sopan.

“Ayo Cyra kita lanjut ke parkiran!” Nia menarik lengan Cyra, lantai depan Fandy licin karena petugas kebersihan mengepel saat itu, tanpa sengaja Cyra terpeleset.

Tubuh Cyra akan jatuh ke lantai, tetapi saat Fandy melihatnya refleks dia menahannya.

Cyra kini berada di atas tubuh Fandy, tanpa sengaja bibirnya mengecup bibir Fandy. Entah sadar atau tidak, bibir Fandy justru membalas kecupannya.

1
Syahril Salman
semangat lanjut kakak 💪😍
Syahril Salman: sama2 kak😍
total 2 replies
Mericy Setyaningrum
Romantis ceritanya ya Kak
Lia Ramadhan 😇😘: makasih banget kak untuk supportnya🙏🤗
total 3 replies
Syahril Salman
jadi tambah bagus kak covernya 😍👍
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Syahril Salman
Ceritanya bagus, simple dan mudah dimengerti. Saya suka karakter Fandy yang berkomitmen, padahal belum mengenal Cyra lebih jauh tetapi berani memutuskan akan menikahinya.
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak untuk ulasan positifnya🙏
total 1 replies
Syahril Salman
lanjutkan kk ceritanya 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!