Erina (29th) dipaksa Ayahnya bercerai dari suaminya. Erina dipaksa menikah lagi untuk menebus kesalahan Ayahnya yang terbukti telah menggelapkan uang perusahaan.
Agar terbebas dari hukuman penjara, Erina dipaksa menikah dengan Berry, seorang CEO dari perusahaan ternama tempat Ayahnya bekerja.
"Tolong Nak. Ayah tidak ada pilihan lain. Bercerai lah dengan Arsyad. Ini jalan satu-satunya agar ayahmu ini tidak masuk penjara," Wangsa sangat berharap, Erina menerima keputusannya,
"Tinggalkan suamimu dan menikahlah denganku! Aku akan memberimu keturunan dan kebahagiaan yang tidak kau peroleh dari suamimu." pinta Berry tanpa peduli dengan perasaan Erina saat itu.
Bagaimana Erina menghadapi polemik ini? Bagaimana pula reaksi suami Erina ketika dipaksa bercerai oleh mertuanya sebagai syarat agar Erina bisa menikah lagi?
Yuk baca kisah selengkapnya, seru dan menegangkan! Happy reading!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 Teguh Pendirian
"Karena aku tahu, kau seorang pendidik," jawaban Berry cukup singkat, membuat mata Erina membola.
Erina tertawa sumbang, " Pendidik? Tuan, kalau Tuan membutuhkan seorang pendidik, cari yang lain yang masih hidup sendiri. Jangan aku yang sudah menikah. Di luar sana masih banyak guru yang masih berstatus single atau janda yang lebih baik dari pada aku. Jadi jangan aku yang sudah bersuami. Jangan mentang-mentang, Tuan seorang Sultan, lantas seenaknya mengambil keputusan sepihak dengan memisahkan kami yang sudah berkeluarga. Aku jelas menolak. Aku tidak mau!"
Erina merasa gemas mendengar penuturan Berry yang terlalu mengada-ada. Seraya menggelengkan kepalanya, tetap pada pendiriannya menolak dan hanya ingin mempertahankan rumah tangganya saja. Prinsipnya menikah itu hanya cukup satu kali dalam seumur hidup, kecuali maut yang memisahkan.
Berry langsung beranjak dari tempat duduknya. Seraya menatap tajam seorang wanita yang sudah berani menolak lamaran nya. Ini wanita kedua yang tidak mau diajak menikah. Padahal ia punya segalanya. Mengapa justru sulit sekali mendapatkan wanita yang sesuai dengan kriterianya?
"Oooh begitu. Baiklah, aku pastikan Ayahmu akan membusuk di penjara karena sudah mengambil uang perusahaan. Ingat, perkataan Berry Gunawan tidak pernah main-main. Apa pun bisa dilakukan untuk mendapatkan keinginannya. Ingat itu!" ancam Berry menatap mata Erina yang basah.
Berry langsung memutar tubuhnya untuk kembali ke rumahnya. Ia tidak ingin berlama-lama berdebat dengan calon istrinya.
Wangsa setengah berlari menyusul Berry yang melangkah dengan cepat. Dia merasa tidak enak hati.
"Tuan maafkan saya. Saya mohon Tuan jangan melaporkan saya ke polisi. Akan saya atur semuanya. Saya pastikan Erina mau menikah dengan Tuan. Saya janji!"
Berry menghentikan langkahnya lalu menatap Wangsa dengan tatapan yang tajam.
"Saya pikir Pak Wangsa sudah membicarakan ini sebelum saya bertemu dengan Erina. Ternyata urusan kalian belum selesai. Saya beri waktu selama seminggu. Kalau Erina tidak bersedia menikah dengan saya, maka tuntutan itu akan tembus ke kepolisian, saya tidak peduli dengan kehidupan Bapak. Apalagi kalau Bapak tidak bisa mengembalikan uang perusahaan, saya tidak bisa tinggal diam membiarkan tikus berkeliaran bebas di perusahaan kami. Paham!"
Wangsa mengangguk. Kepalanya mulai pening. Anak satu-satunya tidak bisa diajak kerja sama. Bisa saja ia menjodohkan anak tirinya yang masih kuliah, namun Berry pasti menolak karena yang dicari Berry adalah sosok pendidik yang bisa mengendalikan putranya. Apalagi dia tahu kalau Erina seorang guru BK yang bisa menangani anak-anak yang bermasalah.
"Atur semuanya sesuai rencana!" titah Berry sambil memakai kaca matanya.
Berry langsung pergi menuju mobil yang sudah siap di halaman rumah Erina. Tidak menunggu waktu lama, mobil itu meluncur meninggalkan rumah tersebut.
Wangsa menatap kepergiannya dengan nanar. Seraya membalikkan badannya memasuki rumahnya kembali yang ia berikan pada Erina dan suaminya. Dia sangat marah dengan sikap Erina yang membuat Berry pergi sebelum keputusan pernikahan ditentukan secara resmi.
Wangsa memindai ruang tamu yang sudah terlihat sepi, tidak ada Erina di sana. Seraya memanggil anaknya dengan lantang.
"Erinaaaaaaa!"
Deg!
Suara Wangsa membuat anak kecil yang sedang tidur membuka matanya perlahan, namun tidak berlangsung lama. Anak itu tidur kembali setelah tahu ada Erina di sampingnya.
"Ternyata kau di sini!"
Ssssssst!
Erina menempelkan telunjuk di bibirnya, berharap Ayahnya tidak berbicara keras, karena anaknya akan terusik dari tidurnya.
Erina keluar kamar setelah berhasil menenangkan anaknya. Seraya duduk di sofa dengan hati sedikit lebih tenang.
Wangsa yang berdiri pun ikut duduk berhadapan.
"Ayah hanya ingin kamu mengerti posisi Ayah saat ini. Ayah tidak punya pilihan lain. Kamu mau melihat Ayah menikmati masa tua di dalam penjara?"
Erina mengangkat kepalanya, ia tidak mau Ayahnya mengalami hal buruk dimasa tuanya. Dia sangat menyayangi Ayahnya namun ia juga sangat mencintai suaminya. Dua laki-laki yang sangat penting dalam hidupnya.
"Kenapa Ayah melakukan hal seperti itu? Apa Ayah tidak memikirkan resikonya sebelum melakukannya?" tanya Erina serius. Matanya menatap Ayah yang sangat ia sayangi itu dengan sendu.
"Ayah khilaf, Rin. Ibu tirimu selalu menghasut Ayah untuk melakukannya. Ibu tirimu selalu mengancam Ayah jika tidak melakukan hal itu. Ayah sayang kamu dan tidak ingin kehilanganmu."
Wangsa beralasan agar Erina merasa iba dengan keadaannya.
"Tapi yang lakukan Ayah itu suatu kesalahan. Apalagi sampai menyuruh kami bercerai. Itu dosa Yah." jelas Erina mengingatkan.
"Tapi Ayah bingung, Rin. Uang yang Ayah gelapkan itu sangat banyak. Ayah tidak bisa mengembalikan uang tersebut."
Wangsa terlihat panik, terlihat sekali beban di pundaknya.
"Jual kembali rumah, motor yang diberikan Ayah pada Ibu. Erin tetap tidak bisa bercerai dengan bang Arsyad. Maaf Yah, Erin terlalu mencintainya," ucapnya tegas.
Wangsa menatap tajam putri cantiknya. Matanya mulai menunjukkan kekecewaan yang mendalam. " Jadi kau lebih memilih suamimu ketimbang Ayah? Ingat Rin, hidup itu harus realistis. Kamu membutuhkan uang banyak untuk membiayai hidupmu dan anak pungutmu itu. Lihatlah sekarang pun kamu masih tinggal di rumah orang tua. Padahal ini rumah Ayah satu-satunya!"
"Lho bukankah Ayah yang memberikan rumah ini pada Erin? Biar Erin ga ngontrak dan katanya Ayah mau tinggal di rumah baru bersama ibu Surmi, istri Ayah yang sok kecakepan itu. Maaf ya Yah. Kalau pun Erina harus angkat kaki dari rumah ini, Erin siap kok. Dan perlu Ayah tahu pernikahan yang Erina lakukan bukan permainan yang bisa terhenti kapan pun. Jadi ayah jangan menganggap enteng sebuah pernikahan. Sekarang kalau Erin balikkan ke Ayah, apa Ayah bersedia bercerai dengan bu Surmi?" ucap Erina menantang Ayahnya sendiri. Kini Erina berani mengatakan hal tersebut karena situasi.
Wangsa terkesiap mendengarnya. Anak kesayangannya sudah bisa membalikkan keadaan.
"Ya jelas tidak bisa lah. Keadaan kita berbeda. Ayah memperistri Bu Surmi karena ibu sambung mu tulus merawat Ayah dan mau menemani masa tua Ayah. Sedangkan kamu? Kamu itu anak Ayah yang harus berbakti pada kedua orang tua. Ayah ini orang tua kamu satu-satunya, apa kamu tega melihat Ayah di situasi yang sulit seperti ini? Sekarang Ayah hanya ingin kamu mau menikah dengan Tuan Berry karena Ayah sudah kepepet,"
"Yah kenapa harus Erin? Erina sudah katakan berkali-kali Erina sudah menikah. Harusnya Erita yang Ayah jodohkan bukan Erin. Karena gara-gara hasutan ibunya Ayah jadi seperti ini...."
"Ya Allah Rin. Ayah harus mengatakannya berapa kali biar kamu paham? Tuan Berry itu maunya sama kamu bukan sama Erita. Tolong lah Nak. Bantu Ayah kali ini saja! Kalau kau sudah menikah dengan Tuan Berry, Ayah tidak akan mengusik kehidupanmu kembali. Ayah akan merasa tenang. Tolong Nak, bantu Ayah!" Wangsa meraih kedua tangan putrinya dengan wajah memelas. Berharap Erina menuruti keinginannya.
nahh lohh Bu Emmi ... bersiap lahh
Tenang Bu gurumu ngk kan biarkan mu pergii
gimana dia bisa di atur kalau papanya aja ngk ngertii
Byk yg gk suka ma razan apalg guru” pdhl mereka bs aja dipecat dan dikluarkan sm papa razan