Cerita tentang Dewa dan Dewi Cinta yang awalnya saling mencintai. Mereka bertugas di alam manusia untuk menolong dan meringankan penduduk di bawah bukit cinta. Tetapi semuanya musna ketika Dewi Cinta jatuh cinta kepada manusia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulynn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
Fei Yi hampir tidak bisa tidur semalaman dan fajar menyongsong terasa lebih cepat dari biasanya. Pagi-Pagi Lu Feng sudah turun ke lembah untuk mengatasi hewan-hewan ternak yang terancam terkena penyakit menular. Fei Yi turun ke persawahan membawa sekeranjang buah-buahan untuk di berikan kepada Meng Hao. Dari telinga magis Fei Yi, di kejauhan terdengar suara nyanyian merdu yang berasal dari suara laki-laki di tengah sawah. Syair dan lagu yang disenandungkan sama dengan yang disenandungkan Fei Yi kemarin. Fei Yi langsung tahu kalau pemilik suara itu adalah Meng Hao. Fei Yi mempercepat langkahnya menghampiri pinggiran sawah tempat Meng Hao sedang menanam padi.
"Meng Hao!!" Seru Fei Yi dari kejauhan sambil melambai-lambai tangannya senang. Kain sutranya melambai, ikut mencari perhatian.
Orang yang di panggil menoleh, tersentak dan membalas lambaiannya. Meng Hao tampak panik, antara hendak melanjutkan pekerjaannya atau menghampiri Fei Yi yang lumayan jauh darinya. Karena Meng Hao sedang berada di tengah-tengah sawah.
"Lanjutkan saja kerjamu! Aku akan menunggumu di dangau sebelah sana!" Suara seruan Fei Yi mulus terdengar oleh Meng Hao. Kalau orang biasa, walau sudah berteriak pasti tetap akan sulit terdengar.
Meng Hao menyelesaikan pekerjaannya secepat kilat dengan semangat dan senang sampai-sampai tidak peduli lagi oleh keringat yang sudah mengucur deras. Tengah hari tiba, matahari sudah tepat berada di atas langit. Saatnya makan siang, Meng Hao mencuci dirinya di telaga terdekat lalu pergi mencari Fei Yi di tempat janjian mereka.
"Maaf, sudah membuatmu menunggu lama. Kamu pasti bosan sendirian di sini." Meng Hao tersenyum seri. Fei Yi menengadah melihat Meng Hao yang sudah berdiri di depannya lalu naik ke dalam dangau.
"Sama sekali tidak bosan. Aku sedang mengobrol dengan burung-burung yang bersarang di dekat sini. Mereka sedang menanti padi kamu panen untuk berkembang biak." Fei Yi baru saja selesai menyuruh burung-burung tersebut untuk tidak memakan padi yang di tanam Meng Hao jika sudah hampir panen. Burung-burung tersebut protes karena padi yang di tanam Meng Hao adalah yang paling enak. Fei Yi melakukan negosiasi kepada pasangan burung jika mereka tidak memakan padi Meng Hao, mereka di beri ijin untuk berkembang biak di pekarangan tempat tinggal Fei Yi. Dia juga berjanji akan memberi makan mereka setiap hari. Akhirnya negosiasi selesai tepat di saat Meng Hao tiba.
"Kalau begitu beri tahu burung-burung tersebut, mereka boleh tinggal di pohon sakura depan rumah ku. Aku akan membuat rumah di pohon tersebut dan memberi makan anak-anaknya setiap hari." Meng Hao menanggapi perkataan Fei Yi yang di anggapnya lelucon.
"Aku sudah duluan meminta mereka untuk tinggal di pekaranganku dan aku akan memberi makan mereka setiap hari." Ucap Fei Yi sedikit takjub, tidak menyangka dia dan Meng Hao punya ide yang sama.
"Baiklah kalau begitu, biarlah burung-burung tersebut menemanimu sebagai pengganti aku. Kuharap mereka bisa mengantarkan surat-suratku kepadamu juga." Nada bicara Meng Hao kali ini jauh dari sebuah lelucon.
"Surat tentang apa?" Fei Yi penasaran. Dia belum sadar kalau pipinya memerah dan jantungnya berdegup kencang.
"Aku ingin membuat syair tentang kerinduan, kecantikan dan percintaan untukmu." Ucap Meng Hao sambil menatap lekat mata Fei Yi yang sudah tampak sedikit salah tingkah.
"Sungguh?" Ucap Fei Yi.
"Sebenarnya aku jatuh cinta padamu sejak pertama bertemu. Aku jatuh pada kecantikanmu, suaramu, kebaikanmu. Aku penasaran terhadap segala hal tentang dirimu." Meng Hao menyatakan cinta dengan jantan.
Fei Yi masih tidak percaya terhadap apa yang baru saja dia dengar. Seorang manusia menyatakan cinta padanya. Padahal setiap hari dia menerima cinta dari Lu Feng, tapi mengapa saat ini dia merasa haus pada cinta dari Meng Hao. Dia bahagia, terharu dan bersemangat.
Alam di sekitar juga turut merasakan perasaan Fei Yi. Padi yang barusan di tanam Lu Feng mendadak tinggi dan menguning. Anak-anak di pinggir sawah yang sedang bermain-main mengelilingi pohon bersorak riang karena buah alpukat yang ada di pohon mendadak berbuah, matang dan jatuh.
"Maaf aku telah membuat mu bingung. Kamu tidak perlu langsung menjawabku." Meng Hao panik dan mengusap telinganya yang tidak gatal melihat Fei Yi terdiam dan memandangnya lekat. Jantung Meng Hao berdegup teramat sangat kencang, tidak tahan dengan tatapan Fei Yi yang semakin membuatnya hampir hilang kontrol. Kalau bisa, detik itu juga dia ingin memeluk gadis itu.
"Maaf, aku hanya terkejut. Baru kali ini ada manusia yang menyatakan cinta padaku." Fei Yi menenangkan dirinya karena dia bisa merasakan alam di sekitarnya telah berubah gara-gara suasana hatinya.
"Benarkah? Aku hampir tidak percaya. Gadis yang begitu mempesona seperti kamu pasti banyak pria tampan dan mapan di lembah yang datang melamar." Meng Hao memperbaiki duduknya, menyilakan kaki di depan Fei Yi.
"Tidak ada satupun pria di lembah yang bisa mempersuntingku." Ucap Fei Yi.
"Termasuk aku?" Tanya Meng Hao berusaha menyembunyikan wajah frustasinya.
"Iya. Termasuk kamu." Hati Fei Yi mendadak sakit setelah mengucapkan kenyataan ini. Dewi dan manusia tidak akan pernah bisa bersatu. Dewi bahkan tidak bisa memilih jodohnya sendiri. Semuanya sudah di atur Dewa jodoh atas persetujuan Kaisar Langit. Termasuk Fei Yi dan Lu Feng yang sudah di jodohkan dan ditugaskan menjaga seluruh lembah dan bukit.
Awan hitam bergulung-gulung, hujan turun serintik demi serintik kemudian turun dengan sederas-derasnya.
Dangau yang mereka duduki lumayan kokoh dan terlindung. Meng Hao dan Fei Yi duduk memandangi hujan yang membasahi sawah.
Perasaan Fei Yi sedikit tidak enak karena hujan yang turun secara mendadak ini. Hujan ini bukan karena Fei Yi. Tapi dia teringat ramalan yang di bilang Dewi Bintang tentang bencana di lembah dan bukit.
"Meng Hao, adakah kemungkinan kamu membawa keluargamu untuk pindah dari lembah?"
"Maksudmu?" Meng Hao menebak-nebak maksud dari ucapan Fei Yi.
"Apakah kamu bisa membawa keluargamu pergi dari lembah?" Ucap Fei Yi lagi. Dia tidak berani menjelaskan padanya kalau akan ada bencana di lembah. Karena merupakan rahasia langit yang tidak boleh di bocorkan kepada manusia.
"Tidak mungkin. Orang tuaku pasti tidak mau. Begitu juga dengan aku." Suara Meng Hao terdengar berat dan serius "Kecuali kamu mengatakan alasannya."
"Aku tidak bisa mengatakannya." Fei Yi mengeluh.dalam penyesalan.
"Kalau aku pindah, maukah kamu ikut denganku?" Tanya Meng Hao menatap lekat bola mata Fei Yi sambil menebak arti pandangan mata yang tampak frustasi itu.
"Aku tidak tahu." Fei Yi ragu. Ingin sekali mengatakan dia bisa ikut Meng Hao kemanapun dia pergi.
FEI YI !! LIMA ORANG ANAK SEDANG TERSERET SUNGAI DI TENGAH HUJAN !! KITA HARUS MENEMUKAN MEREKA SECEPATNYA !!
Fei Yi menerima pesan batin dari Meng Hao. Fei Yi langsung terperanjat bangkit dan hendak lari ke tengah hujan, tapi Meng Hao dengan cepat menariknya.
"Aku tidak bisa melupakan matamu ketika sedang menatapku. Aku tahu kamu juga suka padaku. Aku akan menunggu sampai kamu siap, tapi tolong jangan mengusirku atau jauh dariku." Meng Hao tampak panik menahan Fei Yi yang tiba-tiba saja mau pergi di tengah hujan lebat. Rambut, wajah dan seluruh tubuhnya basah oleh hujan, membuat Fei Yi semakin terpuruk.
"Aku janji ini bukan pertemuan terakhir kita. Tapi aku ada keperluan mendesak saat ini. Maafkan aku, ada hal yang tidak bisa kuabaikan." Fei Yi melepaskan tangannya dari gengaman Meng Hao dan berlari lima langkah kemudian menghilang dari pandangan Meng Hao.
Syukurlah kelima anak tersebut belum terseret terlalu jauh karena mereka memeluk balok kayu besar dan mengapung membuat Lu Feng dan Fei Yi lebih cepat menemukan mereka. Hujan belum berhenti saat anak-anak terselamatkan dan pulang ke rumah masing-masing.
"Kondisi sepertinya tidak terlalu baik. Lebih baik kita segera naik ke langit untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi." Ujar Lu Feng serius.
"Baiklah. Kita berangkat setelah hujan berhenti dan memastikan tidak ada orang atau hewan yang terseret lagi." Ucap Fei Yi.
Pergi ke langit sudah tidak terelakkan. Dia juga ingin cepat-cepat memastikan ramalan dewa bintang tentang lembah dan bukit. Siapa tahu ada solusi untuk menangkal dari hal yang tidak diinginkan.
Keesokan paginya, langit kembali cerah, memperlihatkan warna biru jernih tanpa gangguan awan kelabu. Lu Feng dan Fei Yi berangkat ke langit dari bukit tempat tinggal mereka. Tidak lupa membawa sulaman untuk Ratu langit dan sisir kayu dari Meng Hao.
Begitu tiba di langit, pertama sekali mereka harus ke istana untuk memberi salam kepada Raja dan Ratu langit. Saat itu Raja dan Ratu sedang bergembira menyambut pesta buah persik yang akan diadakan beberapa hari lagi, maka Lu Feng memutuskan untuk tidak melaporkan ramalan tersebut pada Raja sebelum dia memastikan sendiri pada Dewi Bintang.
Setelah urusan di istana selesai, mereka kemudian berangkat ke kediaman Dewi Bintang. Kebetulan Dewi Bintang sedang membuka lingkaran tabir surya di halamannya. Dari langit-langit halaman kediaman Dewi Bintang tampak gelap, memunculkan rasi-rasi bintang yang terlihat berantakan. Sementar Dewi Bintang sedang mengamati dan hendak membetulkan rasi bintang menggunakan sihirnya, Lu Feng dan Fei Yi datang menyapa.
"Hai, Lu Feng, Fei Yi. Duduklah sebentar, aku akan bereskan ini dulu sebentar."
Lu Feng dan Fei Yi duduk di kursi batu di dekatnya. Mereka berdua mengamati bagaimana Dewi Bintang memindah-mindahkan bintang ke tempat yang sebagaimana mestinya. Walaupun tidak mengerti tentang rasi bintang, tapi Fei Yi takjub mengamati Dewi Bintang bekerja.
"Biasanya kita hanya menikmati bintang dari halaman. Sebenarnya itu berkat Dewi Bintang." Bisik Lu Feng ketika melihat mata Fei Yi yang berbinar-binar.
"Apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh Dewi Bintang?" Bisik Fei Yi.
"Lihat! Ekor bintang ke dua sedang berada di tempat lain. Dewi Bintang sedang memindahkan bintang ke dua ke tempat kepala bintang.. " Jelas Lu Feng singkat.
"Apa yang akan terjadi kalau tidak di pindahkan?"
"Maka dapat mempengaruhi nasib seseorang yang lahir jika bintang tersebut tidak berada di tempatnya." Ucap Lu Feng. "Selain itu....."
"Selain itu?" tanya Fei Yi. Tidak sabar menunggu jawaban Lu Feng.
Mata Lu Feng berubah nakal "Bisa membuat kita tidak bisa menikmati bintang yang indah lagi sepanjang malam."
Alih-alih merasa malu atau termakan gombal Lu Feng. Fei Yi malah memalingkan wajahnya. Sekilas terlintas wajah Meng Hao di dalam pikirannya.
Apa yang sedang di lakukan Meng Hao? Apakah dia sedang berusaha mencarinya? Apakah dia bekerja dengan baik?
Selagi Fei Yi melamun, Dewi bintang sudah menutup lingkaran tabir suryanya dan seisi taman menjadi terang. Ternyata tamannya sangat indah sekali. Banyak ditanami ratusan jenis tanaman dan bunga-bunga. Beberapa menit kemudian, kelinci-kelinci spirit bermunculan meloncat-loncat hendak menangkap kupu-kupu.
"Nah, jadi tujuan kalian ke sini adalah untuk menanyakan ramalan tentang lembah di bawah bukit cinta, benar?" Dewi Bintang membuka pembicaraan seketika dia duduk.
"Betul. Setelah mendengar dari Dewa Bumi, perasaan ku menjadi tidak enak sampai sekarang." Ujar Lu Feng "Di tambah banjir kemarin yang hampir membuat anak-anak di lembah hampir tenggelam karena terseret arus sungai."
"Jadi banjir kemarin sudah surut? Apakah ada korban jiwa?" tanya Dewi Bintang sambil menyeruput teh yang baru saja di hidangkan pelayannya.
"Tidak ada. Semua manusia dan hewan selamat." Sambung Lu Feng.
"Tapi ramalan yang kulihat, tidak ada manusia maupun hewan yang selamat. Bahkan air menutupi sampai ke Bukit yang kalian tinggali." Cangkir porselen Dewi Bintang mendadak bergetar di atas meja batu. "Lihat lah."
Fei Yi dan Lu Feng bergerak ke depan untuk melihat isi di dalam cangkir yang masih bergetar itu.
Begitu mengerikan, Bukit tenggelam walaupun tidak ada hujan deras dan langit tampak cerah saat itu.
"Tidak ada hujan." Ucap Fei Yi, mulutnya bergetar. Dia terduduk lemas.
"Iya. Bukan disebabkan oleh hujan atau bendungan yang roboh." Dewi bintang menyentuh cangkirnya lalu seketika berhenti bergetar.
"Kalau begitu, apa penyebabnya? Mohon petunjuknya, Dewi." Lu Feng melipat jari kedua tangan di depan dada dengan tegas.
"Tidak ada yang bisa ku katakan selain, hindari area persawahan." Ucap Dewi Bintang menatap mereka berdua bergantian.
"Bagaimana bisa penyebabnya hanya sawah?" Tanya Lu Feng tidak percaya. Ingin meminta petunjuk yang lebih jelas.
Fei Yi tampak pucat. Tubuhnya membeku dan tatapannya kosong.
"Kurasa musibah ini tidak bisa dihindari. Ramalanku tidak pernah meleset." Ucap Dewi Bintang untuk yang terakhir kalinya sebelum mereka meninggalkan tempat kediaman Dewi Bintang.
"Mungkin lebih baik kita tidak usah pulang ke bukit dulu." Usul Lu Feng. Fei Yi tersentak mendengarnya dan hampir menangis.
Fei Yi ingin protes, yang ada di dalam pikirannya semua tentang Meng Hao. Dia tidak tahu apa yang harus diutarakan agar bisa kembali ke bukit. Dia hanya bisa nangis dalam hati.
"Aku akan mengunjungi Dewa Jodoh. Maukah kamu ikut denganku?" Ajak Lu Feng
"Ada perlu apa dengan Dewa Jodoh?" Tanya Fei Yi.
"Hanya berkunjung sambil minum dua gelas." Gelak Lu Feng.
"Aku tidak ikut. Aku ingin pergi ke kebun persik bersama dewi-dewi yang lain."
"Baiklah, pergilah bersenang-senang bersama saudarimu." Lu Feng mengusap kepala Fei Yi sebelum pisah jalan.
Alih-alih ke kebun persik, Fei Yi malah pergi ke gerbang selatan dan masuk ke dalam ruangan penyimpanan benda pusaka. Dia tidak bermaksud membohongi Lu Feng. Dia hanya ingin memastikan kalau Meng Hao baik-baik saja, lalu sebelum pergi ke kebun persik.
Fei Yi pergi ke ruangan tempat Cermin sihir di letakkan dan langsung menggunakan sihirnya pada cermin tersebut. Sekejab saja, cermin tersebut menampilkan lokasi tempat Meng Hao berada. Terlihat laki-laki yang dirindukannya sedang bekerja di sawah bersama kerbau kesayangannya. Sang Kerbau akhirnya sudah bisa kembali bekerja lagi. Luka di kakinya sudah sembuh total. Setidaknya kini Meng Hao ditemani sang kerbau di kala Fei Yi tidak ada.
Fei Yi lega setelah memastikan Meng Hao baik-baik saja, tanpa sadar air matanya menetes. Segala kerinduan dan kepedihan di hati berkumpul di setiap tetes air matanya. Fei Yi menutup cermin dengan berat hati. Rasanya ingin terus menerus mengawasi Meng Hao. Dia takut jika sewaktu-waktu musibah yang diramalkan Dewi Bintang terjadi dan dia harus kehilangan Meng Hao.
Fei Yi sampai di Kebun Persik dan menemukan saudari-saudarinya sedang sibuk menghitung-hitung buah persik yang sudah siap di panen. Seisi kebun dipenuhi suara ketawa dan candaan. Hanya Fei Yi yang wajahnya lesu dan pucat.
"Lama tak berjumpa, kenapa wajahmu seperti ini? Apa yang terjadi padamu?" Tanya Dewi bunga padanya.
"Aku tidak apa-apa. Mungkin hanya lelah." Elak Fei Yi. Dia tidak sanggup bercerita tentang musibah yang mungkin akan terjadi di bukit dan lembah. Terlalu menyakitkan untuk diceritakan.
"Ahhh... Mungkin Fei Yi sedang hamil. Makanya kelelahan dan pucat." Ujar Dewi Buah dan akhirnya menimbulkan gelak tawa dewi-dewi yang ada di sana.
Fei Yi menangis di saat saudari-saudarinya sedang menertawakannya.
"Sudah cukup bercandanya. Lihat Fei Yi menangis." Seru Dewi Kupu-Kupu yang kasihan melihat Fei Yi.
"Kamikan hanya bercanda. Di saat suasana sedang bahagia menyambut pesta buah persik, kami gak mau Fei Yi jadi perusak suasana." Ujar Dewi Buah ketus.
"Maafkan aku. Lebih baik aku pamit duluan. Maaf aku tidak bisa bantu apa-apa." Fei Yi segera beranjak dari sana tapi tangannya ditahan oleh Dewi Kupu-Kupu.
"Tidak apa-apa. Datanglah bersama Dewa Lu Feng saat pesta nanti." Ujar Dewi Kupu-Kupu. Fei Yi hanya mengangguk lalu meninggalkan Kebun Persik.