NovelToon NovelToon
BAYANGANMU DI HARI PERTAMA

BAYANGANMU DI HARI PERTAMA

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Cintapertama / Spiritual / CEO Amnesia / TKP / Tamat
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sarifah31

Bayangmu di Hari Pertama
Cinta yang tak lenyap meski waktu dan alam memisahkan.

Wina Agustina tak pernah mengira hari pertama OSPEK di Universitas Wira Dharma akan mengubah hidupnya. Ia bertemu Aleandro Reza Fatur—sosok senior misterius yang ternyata sudah dinyatakan meninggal dunia tiga bulan sebelumnya. Hanya Wina yang bisa melihatnya. Hanya Wina yang bisa menyentuh lukanya.

Dari kampus berhantu hingga lorong hukum Paris, cinta mereka bertahan menantang logika. Namun saat masa lalu kembali dalam wajah baru, Wina harus memilih: mempercayai hatinya, atau menerima kenyataan bahwa cinta sejatinya mungkin sudah lama tiada…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarifah31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Taman yang Tak Pernah Penuh

Taman belakang kampus itu seperti dunia lain. Tak banyak mahasiswa yang ke sini, mungkin karena letaknya tersembunyi di balik gedung perpustakaan lama yang nyaris tak terurus. Jalan setapaknya sempit, dikelilingi ilalang dan pohon besar yang menua dalam diam. Angin berhembus lebih pelan di sini, seolah waktu melangkah dengan tenang.

Aku datang lebih awal. Tiga puluh menit lebih cepat dari waktu yang dijanjikan. Duduk di bangku besi yang sudah berkarat sebagian, dengan tangan gemetar yang tak bisa kuhentikan meski sudah kugenggam erat buku catatanku.

Aku menunggu.

Dan seperti kemarin, dia muncul tanpa suara.

Ale.

Jaket kampusnya masih sama. Langkahnya tenang. Tatapannya langsung menyentuh mataku—bukan dalam cara yang tajam atau menusuk, tapi lembut, seperti seseorang yang sudah lama mengenalmu dan tahu kamu tidak baik-baik saja, bahkan tanpa perlu bertanya.

“Aku tahu kamu datang,” katanya pelan, nyaris berbisik, seolah takut mengganggu kesunyian pohon-pohon di sekitar kami.

Aku menelan ludah. “Kamu yang kirim kertas itu, kan?”

Dia tak menjawab langsung. Sebaliknya, ia duduk di bangku sampingku, sedikit menyandar, menatap langit yang mulai kemerahan di ujung senja.

“Kamu baik-baik saja?” tanyanya kemudian.

Pertanyaan sederhana. Tapi nadanya... seperti datang dari seseorang yang benar-benar peduli.

“Entahlah,” jawabku jujur. “Aku masih menyesuaikan diri. Tempat ini asing. Semua orang kelihatan seperti tahu apa yang mereka lakukan. Aku... cuma berusaha kelihatan kuat.”

Dia mengangguk kecil. “Kamu nggak harus selalu kelihatan kuat.”

Aku menghela napas panjang. “Kalau aku kelihatan lemah, siapa yang akan bantu aku?”

Dia menoleh padaku. Senyum itu lagi—samar, hangat, nyaris menyakitkan karena terlalu tulus.

“Ada orang-orang yang akan peduli. Bahkan kadang, mereka nggak perlu kelihatan untuk benar-benar ada.”

Aku menatapnya, mencari makna di balik ucapannya. Tapi dia hanya kembali menatap langit.

“Aku bukan orang penting,” kataku akhirnya. “Nggak ada alasan buat siapa pun memperhatikan aku.”

“Kamu salah,” katanya pelan. “Setiap orang penting bagi semesta. Bahkan kalau dia merasa nggak berarti, ada tempat dalam hidup orang lain yang hanya bisa dia isi. Termasuk kamu, Wina.”

Hatiku bergetar. Ia menyebut namaku lagi dengan cara yang aneh—seolah... penuh makna, bukan basa-basi.

“Kamu selalu muncul pas aku butuh,” gumamku. “Kenapa?”

Ia menatapku lekat-lekat untuk pertama kalinya.

“Karena kamu mengingatkan aku... bahwa harapan itu bukan soal tahu ujungnya di mana. Tapi soal berani melangkah, walau masih gelap.”

Aku terdiam. Lama.

Dan saat aku ingin bertanya lebih jauh—siapa dia, kenapa dia selalu tahu aku di mana, dan mengapa tidak ada orang lain yang menyebut namanya—ia bangkit perlahan.

“Besok kamu akan menghadapi hari yang berat,” katanya. “Tapi kamu bisa. Kamu sudah lebih kuat dari yang kamu kira.”

“Kenapa kamu tahu?” bisikku.

Dia menoleh sekali lagi sebelum pergi.

“Karena aku pernah melihat orang sepertimu. Orang yang nggak sadar kalau dia sedang menyelamatkan dirinya sendiri.”

Lalu dia berjalan menjauh. Perlahan. Tanpa suara.

Dan anehnya, tak kutemukan bekas langkah di rerumputan setelahnya.

***

Jika kamu berada di posisi Wina, apakah kamu akan mempercayai sosok misterius seperti Ale atau justru mempertanyakan kenyataan yang kamu alami?

Jika kamu tahu seseorang menyimpan rahasia tentang masa lalumu dan dia selalu muncul di saat kamu paling rapuh apa yang akan kamu lakukan ketika akhirnya dihadapkan padanya dalam kesunyian malam? Seperti yang Wina alami.

1
Nurul An-nisa
iya ya, sampe sekarang belum ada alasan kenapa harus Wina
drpiupou
duh apa ada kemungkinan Fatur gidup
drpiupou
sedih banget omongan si Ale Ale ini
Sarifah Aini: Ale Ale rasa apa kak 😂
total 2 replies
drpiupou
apakah kamu akan memilih Ale?

ku harap kamu milih aku sih
Afriyeni Official
tetaplah di sisinya Wina, lambat Laun ia akan pulih dari lukanya yang tak terlihat.
Afriyeni Official
cuma Wina yang belum tahu kalau Fatur adalah Ale
bluemoon
sarapan dulu win lain kali
Aquarius97 🕊️
keren Thor 👋🏻 semangatt
Aquarius97 🕊️
huwaaaaa.... beneran kan Ale ternyata koma .. eh firasat ibunya Ale kuat banget yak
Aquarius97 🕊️
Alee... ahhhh jadi Ale.... masih hidup /Sob/
sjulerjn29
tu kan bener ceuk aku oge ale eta teh..🤭
wina akhirnya pujaan hatimu masih hidup
Iqueena
Yang jelas perasaanmu itu untuk Ale Win, karena dia yg pertama kamu liat, walau bukan sebagai manusia 🥹
Iqueena
Wahhhh, keren plot twist nya kak 👏🏻
Iqueena
Jadi Fatur itu Ale?
Xlyzy
Ale sebenarnya kamu ini manusia apa atau hantu si
Dewi Payang
Sampai kini aku tetap berharap Fathur adalah Ale.....
Ceyra Heelshire
kalau orang liat, bisa dikira gila sih
Drezzlle
Betul Wina
Dasyah🤍
aku doain yah moga moga Fatur benaran Ale
༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻
Ale km hrs bersyukur bertemu mereka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!