Bayangmu di Hari Pertama
Cinta yang tak lenyap meski waktu dan alam memisahkan.
Wina Agustina tak pernah mengira hari pertama OSPEK di Universitas Wira Dharma akan mengubah hidupnya. Ia bertemu Aleandro Reza Fatur—sosok senior misterius yang ternyata sudah dinyatakan meninggal dunia tiga bulan sebelumnya. Hanya Wina yang bisa melihatnya. Hanya Wina yang bisa menyentuh lukanya.
Dari kampus berhantu hingga lorong hukum Paris, cinta mereka bertahan menantang logika. Namun saat masa lalu kembali dalam wajah baru, Wina harus memilih: mempercayai hatinya, atau menerima kenyataan bahwa cinta sejatinya mungkin sudah lama tiada…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarifah31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Taman yang Tak Pernah Penuh
Taman belakang kampus itu seperti dunia lain. Tak banyak mahasiswa yang ke sini, mungkin karena letaknya tersembunyi di balik gedung perpustakaan lama yang nyaris tak terurus. Jalan setapaknya sempit, dikelilingi ilalang dan pohon besar yang menua dalam diam. Angin berhembus lebih pelan di sini, seolah waktu melangkah dengan tenang.
Aku datang lebih awal. Tiga puluh menit lebih cepat dari waktu yang dijanjikan. Duduk di bangku besi yang sudah berkarat sebagian, dengan tangan gemetar yang tak bisa kuhentikan meski sudah kugenggam erat buku catatanku.
Aku menunggu.
Dan seperti kemarin, dia muncul tanpa suara.
Ale.
Jaket kampusnya masih sama. Langkahnya tenang. Tatapannya langsung menyentuh mataku—bukan dalam cara yang tajam atau menusuk, tapi lembut, seperti seseorang yang sudah lama mengenalmu dan tahu kamu tidak baik-baik saja, bahkan tanpa perlu bertanya.
“Aku tahu kamu datang,” katanya pelan, nyaris berbisik, seolah takut mengganggu kesunyian pohon-pohon di sekitar kami.
Aku menelan ludah. “Kamu yang kirim kertas itu, kan?”
Dia tak menjawab langsung. Sebaliknya, ia duduk di bangku sampingku, sedikit menyandar, menatap langit yang mulai kemerahan di ujung senja.
“Kamu baik-baik saja?” tanyanya kemudian.
Pertanyaan sederhana. Tapi nadanya... seperti datang dari seseorang yang benar-benar peduli.
“Entahlah,” jawabku jujur. “Aku masih menyesuaikan diri. Tempat ini asing. Semua orang kelihatan seperti tahu apa yang mereka lakukan. Aku... cuma berusaha kelihatan kuat.”
Dia mengangguk kecil. “Kamu nggak harus selalu kelihatan kuat.”
Aku menghela napas panjang. “Kalau aku kelihatan lemah, siapa yang akan bantu aku?”
Dia menoleh padaku. Senyum itu lagi—samar, hangat, nyaris menyakitkan karena terlalu tulus.
“Ada orang-orang yang akan peduli. Bahkan kadang, mereka nggak perlu kelihatan untuk benar-benar ada.”
Aku menatapnya, mencari makna di balik ucapannya. Tapi dia hanya kembali menatap langit.
“Aku bukan orang penting,” kataku akhirnya. “Nggak ada alasan buat siapa pun memperhatikan aku.”
“Kamu salah,” katanya pelan. “Setiap orang penting bagi semesta. Bahkan kalau dia merasa nggak berarti, ada tempat dalam hidup orang lain yang hanya bisa dia isi. Termasuk kamu, Wina.”
Hatiku bergetar. Ia menyebut namaku lagi dengan cara yang aneh—seolah... penuh makna, bukan basa-basi.
“Kamu selalu muncul pas aku butuh,” gumamku. “Kenapa?”
Ia menatapku lekat-lekat untuk pertama kalinya.
“Karena kamu mengingatkan aku... bahwa harapan itu bukan soal tahu ujungnya di mana. Tapi soal berani melangkah, walau masih gelap.”
Aku terdiam. Lama.
Dan saat aku ingin bertanya lebih jauh—siapa dia, kenapa dia selalu tahu aku di mana, dan mengapa tidak ada orang lain yang menyebut namanya—ia bangkit perlahan.
“Besok kamu akan menghadapi hari yang berat,” katanya. “Tapi kamu bisa. Kamu sudah lebih kuat dari yang kamu kira.”
“Kenapa kamu tahu?” bisikku.
Dia menoleh sekali lagi sebelum pergi.
“Karena aku pernah melihat orang sepertimu. Orang yang nggak sadar kalau dia sedang menyelamatkan dirinya sendiri.”
Lalu dia berjalan menjauh. Perlahan. Tanpa suara.
Dan anehnya, tak kutemukan bekas langkah di rerumputan setelahnya.
***
Jika kamu berada di posisi Wina, apakah kamu akan mempercayai sosok misterius seperti Ale atau justru mempertanyakan kenyataan yang kamu alami?
Jika kamu tahu seseorang menyimpan rahasia tentang masa lalumu dan dia selalu muncul di saat kamu paling rapuh apa yang akan kamu lakukan ketika akhirnya dihadapkan padanya dalam kesunyian malam? Seperti yang Wina alami.
ku harap kamu milih aku sih
wina akhirnya pujaan hatimu masih hidup