NovelToon NovelToon
Love Your Enemy

Love Your Enemy

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Konflik etika / Enemy to Lovers / Balas Dendam
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Nuansa dan Angger adalah musuh bebuyutan sejak SMA. Permusuhan mereka tersohor sampai pelosok sekolah, tiada yang luput untuk tahu bahwa mereka adalah dua kutub serupa yang saling menolak kehadiran satu sama lain.

Beranjak dewasa, keduanya berpisah. Menjalani kehidupan masing-masing tanpa tahu kabar satu sama lain. Tanpa tahu apakah musuh bebuyutan yang hadir di setiap detak napas, masih hidup atau sudah jadi abu.

Suatu ketika, semesta ingin bercanda. Ia rencakanan pertemuan kembali dua rival sama kuat dalam sebuah garis takdir semrawut penuh lika-liku. Di malam saat mereka mati-matian berlaku layaknya dua orang asing, Nuansa dan Angger malah berakhir dalam satu skenario yang setan pun rasanya tak sudi menyusun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anger

Nuansa memeriksa satu demi satu foto dari dalam amplop. Foto itu kelihatan jelas diambil dari jarak jauh, menggunakan kamera profesional.

Yang terlama diambil sewaktu dia menghadiri pesta pernikahan, di mana itu adalah hari pertama juga dia bertemu lagi dengan Angger. Foto itu menunjukkan dirinya yang dibantu berdiri oleh Angger, tapi kesannya seperti sedang berpelukan mesra karena efek permainan angle.

Foto lain menunjukkan pertemuan mereka di Sky Cafe, diambil saat Nuansa celingukan sehingga menimbulkan kesan seperti dirinya hendak bertemu dengan seseorang secara diam-diam. Sudah begitu, terfoto juga ketika Angger mengembalikan gelang miliknya. Nuansa ingat waktu itu tangan mereka sama sekali tidak bersentuhan, meskipun hanya ujung jari. Tapi di foto itu, tangan mereka terlihat seperti sengaja saling sentuh.

Tidak hanya itu saja. Yang terparah adalah foto yang diambil di basement apartemen Han Jean seminggu lalu, saat Angger menolongnya ketika hampir tertabrak mobil. Lagi-lagi permainan angle menyumbang pengaruh besar. Di mana di foto itu, Nuansa dan Angger malah terlihat seperti sedang mesum di sembarang tempat.

Nuansa emosi. Tanduk iblis keluar dari kedua sisi kepalanya. Wajahnya merah, matanya panas, napasnya memburu. Satu foto terakhir yang ada di tangannya, diremas sampai terkuwel-kuwel tak berbentuk. Rahangnya mengeras, genggaman tangannya makin kuat.

Habis berusaha menenangkan diri sebentar, Nuansa memasukkan kembali foto-foto tadi ke dalam amplop, lalu dia bangun dari kursi dan bergegas pergi dengan ayunan langkah tidak teratur. Dia pergi hanya membawa amplop tadi, ponsel dan kunci mobil. Blazernya ditinggal tergantung di belakang kursi, bersama tasnya.

Nuansa keluar ruangan terburu-buru. Sapaan dari karyawan yang kebetulan bertemu dengannya, tidak digubris sama sekali. Kepala Nuansa sekarang hanya berisi soal Angger dan kemarahan yang tumpah ruah untuk pria itu.

Saking sudah dikuasai emosi, Nuansa tidak peduli lagi dia naik lift yang mana. Mana yang terbuka duluan, itu yang dia masuki. Kondisi di dalamnya pun sama. Penuh karyawan, jumlahnya lebih dari enam. Mereka semua menunduk hormat waktu melihat Nuansa, tapi lagi-lagi oleh Nuansa tidak digubris. Dia langsung masuk, memencet tombol lobi dan diam seribu bahasa.

Karyawan di belakangnya—mereka kompak merapat mundur setelah Nuansa masuk—cuma bisa saling pandang, mencoba berkomunikasi melalui tatapan karena aura Nuansa kali ini terlalu dominan. Nuansa memang selalu tampil dan dikelilingi aura tegas juga ambisius, tetapi yang sekarang ini berbeda. Mereka seperti bisa merasakan kalau akan ada yang meledak dari diri bos mereka itu. Jadi daripada salah, mereka diam saja selama perjalanan turun.

Lift berhenti tiga kali. Setiap karyawan yang turun, tetap menunduk sopan lalu bergegas pergi. Nuansa masih tidak menggubris juga. Dia tetap melanjutkan perjalanan turunnya sampai benar-benar sendirian di dalam lift sejak benda besi itu mencapai lantai dua.

Ketika akhirnya lift sampai di lantai dasar, Nuansa bergegas keluar. Pandangannya terkunci hanya pada jalur jalan di depan, tidak menghiraukan hal lain yang sedang terjadi di sekitar. Termasuk Han Jean yang baru beberapa langkah masuk ke lobi, mengangkat tangan hendak menyapa.

...✨✨✨✨✨...

Kacamata baca bertengger apik di hidung Angger, sesekali dibetulkan letaknya oleh sang empunya yang tengah fokus membaca. Bukan berkas kontrak, bukan proposal pengadaan unit komputer untuk divisi IT, bukan juga berkas berkoar-koar berisi informasi mengenai Han Jean dan orang-orang yang sedang K selidiki.

Angger sedang membaca sebuah buku. Buku novel bergenre kriminal thriller yang dibelinya tanpa pikir panjang saat mampir ke toko buku sebulan lalu. Sejujurnya Angger tidak terlalu suka membaca, tetapi dia suka belajar hal baru dan meneliti banyak hal. Buku itu tadinya tersimpan rapi di laci paling bawah meja kerjanya, boro-boro hendak dibaca, diingat pun tidak.

Lalu bagaimana bisa buku itu akhirnya berada di tangannya, dibacanya dengan khidmat dengan merelakan waktu makan siangnya terlewat? Well, semuanya berawal dari K yang mengiriminya fax berisi sebuah data. Angger menerimanya, hendak menyimpannya di laci karena K bilang akan segera datang agar mereka bisa membahas hal itu bersama. Namun saat laci dibuka, Angger malah melihat buku yang ditelantarkannya sejak lama, lalu ada dorongan yang muncul dari dalam dirinya untuk mengambil buku itu sebagai gantinya.

Akhirnya Angger ikuti kata hatinya. Dia ambil buku itu, dan mulai membaca halaman pertama. Melupakan berkas yang K kirimkan, membiarkannya tetap berada di atas meja.

"Hmm... menarik," komentarnya.

Satu halaman lagi di balik. Sudah 29 halaman dari total 127 halaman yang berhasil Angger baca. Dia tidak menyangka ceritanya akan menarik, sekaligus mampu membuka pikirannya untuk melihat pada semua kemungkinan yang ada.

Buku itu bertema menceritakan tentang sebuah game mematikan, yang diciptakan oleh seseorang. Setiap chapter berisi karakter-karakter yang mencurigakan, yang seperti sengaja diciptakan untuk membuat pembaca menebak-nebak, siapa gerangan dalang di balik game mematikan yang sudah merenggut belasan nyawa itu. Membacanya membuat Angger tidak hanya merasa sedang diajak berpikir untuk mencari pelaku di dalam cerita, tetapi sekaligus mencari pelaku di kejadian dunia nyata yang kini sedang dihadapinya.

"Yang paling nggak kelihatan mencurigakan, biasanya adalah pelakunya," monolog Angger lagi, matanya bergerak mengikuti kata demi kata yang tercetak rapi di halaman buku. "Tapi mereka semua mencurigakan."

Dia mengusap dagu, mulai berpikir mendalam tentang sang pelaku.

Persis saat ponselnya berdering, memunculkan nama K di layar. Angger meraih ponselnya tanpa curiga. Tombol hijau diketuk, ponsel ditempelkan ke telinga.

"Ha—"

"Chief."

Dahi Angger mengerut, heran karena napas K terdengar memburu. "Kenapa? Lo di mana? Kenapa napas lo—"

"Nona Kertapati."

K kedengaran susah payah untuk sekadar berbicara. Angger semakin bingung saja. "Kenapa sama Nuansa?"

Hilang sudah fokus Angger pada buku yang dibaca. Buku tebal itu lepas dari genggamannya, tertutup, menimbun halaman terakhir yang Angger baca, yang sudah tidak diingat lagi angkanya.

"Nona Kertapati, dia—"

BRAK!

Pintu ruang kerja Angger yang didobrak mengacaukan segalanya. Angger tidak bisa lagi mendengarkan ucapan K di telepon, kini terperangah melihat Nuansa berjalan menghampirinya dengan wajah memerah.

"What—"

Srekkk.

Sebuah amplop cokelat dilemparkan oleh Nuansa ke atas meja. Lemparan yang kuat membuat amplop itu terdorong jauh, menyeret berkas-berkas lain di meja Angger hingga bergeser nyaris berserak.

"Apa-apaan—"

"Lo yang apa-apaan!" Nuansa menyela cepat.

Di telepon, suara K masih terdengar, tapi tidak jelas apa yang pria itu katakan, sebab ponsel Angger sudah berada jauh dari telinga, tergenggam di tangan yang terkulai jatuh di sisi tubuhnya.

"Apa maksud lo kirim itu semua ke gue? Lo mau ancam gue dengan itu?"

"Kirim apa, sih? I don't fucking understand what you're talking about now."

"Nggak usah pura-pura nggak tahu." Nuansa maju, menggebrak meja Angger, lalu menunjuk-nunjuk amplop yang tadi dilemparkannya. "Itu semua isinya foto-foto kita! Nggak ada orang lain yang punya kepentingan, yang akan kirim foto itu ke gue, kecuali lo!"

Foto?

Angger semakin bingung. Selagi tatapannya masih beradu dengan Nuansa, menerima hujanan tajam dari sorot mata perempuan itu, tangan Angger bergerak pelan membuka amplop yang Nuansa maksud. Ketika foto-foto dari dalamnya ditarik keluar, Angger rasakan dadanya seperti digebuk keras-keras.

"Bukan gu—"

"Nggak usah ngelak!" Nuansa terus memotong, enggan memberikan celah bagi Angger untuk menjelaskan dan membela diri. "Siapa lagi emangnya yang punya kepentingan soal ini, selain lo?" desaknya. Lebih kepada menekankan tuduhan, yang dia yakini tidak mungkin dilayangkan kepada orang lain.

"Take a sit and let's talk. Lo nggak bisa marah-marah gini sebelum dengerin penjelasan gue."

"I don't fucking care! Just leave me alone, Danaseta!" Nuansa berteriak keras, seperti orang kesetanan. Telunjuknya mengacung ke wajah Angger, matanya dipenuhi dendam. "Gue nggak takut sama lo. If you dare use this shit to ruin my life, then I’ll do something even worse to you.”

Peringatan itu Nuansa katakan penuh penekanan, sebelum dirinya menegakkan kembali tubuh, berniat untuk pergi.

Akan tetapi, sebelum dirinya benar-benar berbalik meninggalkan meja kerja Angger, sesuatu di atas sana lebih dulu menarik perhatiannya. Emosi yang memang sudah membara, semakin berkobar tak terkendali dibuatnya. Tangannya sedikit gemetar saat meraih cepat berkas yang Angger tinggalkan itu. Bukan karena takut, tapi karena dirinya benar-benar marah.

"Danaseta..." geramnya. Gemeletuk giginya terdengar jelas, seperti mampu mematahkan tulang-tulang di tubuh Angger dalam sekali gigitan. "You're fucking evil."

Bersambung...

1
irish gia
baik banget sih angger..segitunya jagain nuansa
irish gia
siapakah dia
irish gia
hmmm...
irish gia
kalo himil..cerita end..nuasa pasti dipaksa kiwin sama angger
irish gia
ngakak
Zenun
cuti tiga bulan aja.
Hamil dulu tapi😁
Zenun
Masih belum bisa menjudge kalau Han Jean orang jahat
Zenun
Nuansa main asal tuduh aja nich🤭
nowitsrain: Pokoknya Angger yang salahhh
total 1 replies
Zenun
foto apan tuch?
nowitsrain: Foto xxx
total 1 replies
Zenun
mungkin dia pura-pura😁
nowitsrain: Emaknya Angger ituuuuu
total 1 replies
Zenun
Aku tahu, dalangnya adalah Han Jean
nowitsrain: Omo omo
total 1 replies
Zenun
Kira-kira siapa ya yang sedang mengincar Nuansa🤔. Apa mungkin Han Jean🤭
nowitsrain: Adalah aku ☝️
total 1 replies
Zenun
ke aku sini😁
nowitsrain: Hmmm seperti jurus silat ciat ciatt
total 3 replies
Zenun
mengcurigakan
nowitsrain: Hehehe
total 1 replies
Zenun
tapi udah kesentuh dalam-dalam
nowitsrain: T-tapi kan, Nuansa duluan 😭😭
total 1 replies
Zenun
Bekas Han Jean ngapelin nyang onoh kali😁, terus naronya asal-asalan karena Nuansa datang
nowitsrain: Upssss
total 1 replies
Zenun
Ini mah Fix, balon yang dipake Angger itu bolong
nowitsrain: Enggak kok... rill tidak
total 1 replies
Zenun
ada wanita lain kali😁
nowitsrain: Hehehe
total 1 replies
Zenun
aki-akinya ngemong, gak ikutan ngereog😁
Zenun: wkwkwkwk
total 2 replies
Zenun
yah, huru hara gak jadi nih?
nowitsrain: Hehehe
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!