Ketika di bangku SMA, Gaffi Anggasta Wiguna dan Bulan Noora selalu berjalan berdampingan layaknya sepasang kekasih yang penuh dengan keserasian. Di balik kedekatan yang mengatasnamakan pertemanan, tersembunyi rasa yang tak pernah terungkapkan. Bukan tak memiliki keberanian, melainkan Bulan Tengah mengejar seseorang. Anggasta memilih jalan sunyi, memendam dan mencoba tetap setia mendampingi sampai kebahagiaan itu benar-benar datang menghampiri perempuan yang sudah membuatnya jatuh hati. Barulah dirinya mundur pelan-pelan sambil mencoba untuk mengikhlaskan seseorang yang tak bisa dia genggam.
Lima tahun berlalu, takdir seakan sengaja mempertemukan mereka kembali. Masihkah cinta itu di hati Anggasta? Atau hanya bayang-bayang yang pernah tinggal dalam diam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Senasib dan Seperjuangan
Anggasta menghela napas kasar ketika perempuan yang berada di kursi penumpang samping tak memperbolehkan dirinya menghidupkan mesin mobil.
"Tunggu mereka keluar, Gas."
Darah lelaki itu sudah mendidih sebenarnya. Pasalnya, ketika dia menemui Alma di kantor, kondisi tubuhnya sangat panas dan wajahnya begitu pucat. Anggasta ingin segera ke rumah sakit, tapi Alma meminta untuk menunggu Haidar karena mereka sudah membuat janji. Sampai tubuh Alma menggigil lelaki itu tak menampakkan batang hidungnya. Dan dengan santainya mengirimkan pesan jika dia tak bisa menemui Alma karena akan menjenguk ibunya. Haidar memang tak bohong, tapi dia tak sendiri pergi ke sana.
Tubuh Anggasta mencoba untuk menutupi Alma ketika dia melihat Haidar dan Bulan datang dengan bergandengan tangan. Dia takut apa yang dilihat Alma akan semakin berpengaruh pada kesehatannya.
"Aku udah melihatnya, Gas."
Tercenganglah lelaki tersebut. Dia mulai memutar tubuh dan menatap dalam Alma yang sudah tersenyum ke arahnya.
"Inilah alasannya, Gas." Perih ketika Anggasta mendengarnya.
"Al, pulihkan dulu kondisi kamu. Baru selesaikan semuanya." Alma menggeleng pelan. Masih menyandarkan belakang kepalanya ke jok.
Alma sudah membuka pintu mobil. Ya, Haidar dan Bulan sudah memasuki area parkir. Anggasta hanya memperhatikan di dalam mobil karena dia tak ingin ikut campur terlalu dalam. Alma memang melarang Anggasta turun karena dia tak ingin Anggasta terus dikambinghitamkan oleh Haidar.
Dua manusia itu nampak terkejut ketika langkah mereka dihadang oleh Alma yang masih mengenakan jas Anggasta dengan wajah yang begitu pucat.
"Al-ma!"
Mata Alma tertuju pada tangan Haidar dan Bulan yang saling menggenggam. Senyum pun diukirkan sambil menatap Haidar dengan begitu dalam.
"Kita cukupkan saja hubungan ini. Dan kamu bisa bersama Perempuan yang terlambat kamu cintai dan ibu kamu restui."
Jantung Haidar berhenti beberapa detik mendengar ucapan Alma. Juga Bulan yang tak bisa berkata apapun. Siluet kesedihan terlihat, tapi senyum terus diangkat.
"Teruslah saling menggenggam dan mencintai. Jangan biarkan orang yang sudah mengorbankan perasaannya demi kalian bersedih." Kalimat yang bukan hanya memukul serta menampar, tapi menusuk ke hati terdalam.
"Melihat kalian bahagia adalah titik tertinggi aku mencintai." Senyum pun dilengkungkan di tengah bibirnya yang sudah sangat pucat.
"Aku tunggu undangannya, ya."
Senyuman manis yang diberikan adalah senyuman selamat tinggal untuk Haidar. Tubuh yang sebenarnya tak mampu berdiri itu mulai berputar. Mencoba melangkahkan kaki di tengah rasa pusing yang tak terkira. Baru satu langkah, tubuhnya limbung. Haidar yang hendak bergegas meraih tubuh Alma terhenti ketika Alma sudah berada di dalam dekapan Anggasta. Bulan yang melihat secara langsung betapa sigapnya Anggasta meraih tubuh Alma hanya bisa membeku dengan mata yang nanar.
"Jangan pernah sakiti Bulan lagi. Berikan dia kasih yang tak bisa gua beri." Anggasta menjauhi mereka berdua dengan menggendong Alma bagai pengantin baru.
✨
Kedua mata perlahan mulai terbuka. Melihat langit-langit kamar yang terasa asing. Mata mulai diedarkan. Punggung tangannya sudah tertancap jarum infus dan terdengar suara yang begitu familiar di telinga.
"Kondisi kamu sangat lemah sampai kamu pingsan di parkiran."
Dirinya dibuat terkejut ternyata pemilik suara itu tengah duduk di lantai sambil menatapnya. Alma dibuat terpana akan penampilan santai, tapi masih sangat tampan dari seorang Anggasta.
Lelaki itu mulai berdiri dan menghampiri Alma. Duduk di pinggiran tempat tidur dengan mata yang tertuju pada Alma. Tetiba kehangatan mampu Alma rasakan karena usapan lembut di puncak kepala yang Anggasta berikan.
"Bukan cuma kamu yang sakit, aku juga merasakan hal yang sama."
Alma malah tertawa mendengar ucapan Anggasta. Sontak tangan yang tadi mengusap kini menyentil kening hingga Alma mengaduh. Niat hati ingin menghibur, malah ditertawakan.
"Senasib seperjuangan jangan saling meledek." Mereka berdua pun kompak tertawa. Sedih dan sakit pun seakan menguar ketika mereka bersama. Mereka puas menertawakan kisah cinta yang memilukan.
"Lucu, ya. Padahal kita mudah perihal materi, tapi sulit untuk mendapat cinta sejati."
Anggasta tertawa dan mengacak-acak rambut Alma. Perempuan itu mulai merebahkan kepalanya di bahu Anggasta. Di mana sekarang mereka tengah berdiri di depan jendela sambil menatap cahaya lampu-lampu yang indah.
"Sedari dulu setiap aku bersama kamu, aku merasa dilindungi." Anggasta mulai menatap ke arah Alma yang memejamkan mata.
"Dan sampai sekarang pun masih tetap sama." Alma mulai membuka mata. Kini, mereka berdua sudah saling pandang dengan begitu serius.
"Makasih ya, Gas."
Bukannya menjawab, Anggasta malah memeluk tubuh Alma dengan erat. Tubuh Alma pun menegang. Namun, kehangatan yang mulai mengalir membuat tangan yang awalnya ada di samping mulai melingkar di pinggang Anggasta.
"Pelukan kamu mampu mengobati rinduku terhadap pelukan mami dan papi yang sudah tidak bisa aku dapatkan lagi."
Anggasta pun memejamkan mata ketika memeluk tubuh Alma. Rasa ingin melindungi begitu kuat.
"Apa kamu mau menjalin hubungan seperti kuliah dulu?"
Hah?
...**** BERSAMBUNG ****...
Mana atuh komennya ini?
dari dulu selalu nahan buat ngehujat si bulan tapi sekarang jujur muak liat wanita oon yg mau aja diperbudak cinta sampe jadi nggak tau malu dan buta hadeh wanita jenisan bulan emang cocok ama laki-laki jenis Haidar sama2 rela jatuhin harga diri demi cinta kemaren sempet agak seneng liat karakternya pas lepasin Haidar sekarang jujur ilfil sudah dan nggak layak buat gagas terlalu berharga keluarga singa cuman dapet menantu sekelas si bulan
kalau cewe udah terluka
pilihan opa ngga ada yang meleset...
good job alma👍 gausah jadi manusia gaenakan nanti mereka yg seenak jidat kaya mamak nya si haidar
lagian tuh ya.... para karyawan gak punya otak kali ya , dimana dia bekerja bisa-bisanya merendahkan dan menggosip pimpinannya , pada udah bosan kerja kali ya .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
lnjut trus Thor
semangat
psfshal diri ny sen d iri pun menyimpsn luka yg tsk bisa di gambar kan.
sya dukung gagas sma Alma..
saya pantau terus author nya
jiwa melindungi gagas mencuat 🤭
btw oppa cucu nya abis di siram sama Mak nya Haidar TUHH masa diem2 aje